Jakarta, CNN Indonesia --
Vietnam adalah tim hebat yang harus dikalahkan Timnas Indonesia pada laga semifinal Piala AFF 2022.
Capaian bersama Park Hang Seo menunjukkan Vietnam adalah kumpulan individu-individu top yang bermain kolektif dengan rancak. Tak dipungkiri Nguyen Quang Hai dan kawan-kawan menjadi salah satu tim hebat di Asia Tenggara.
Rasa iri pecinta sepak bola Indonesia terhadap prestasi Vietnam adalah hal yang lumrah. Kadang ada benarnya pepatah 'rumput tetangga selalu lebih hijau'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juara Piala AFF 2018, disusul dua kali menjadi juara SEA Games (2019 dan 2021), serta menjadi runner up Piala Asia U-23, dan masuk semifinal Asian Games 2018 membuat skuad Golden Star tampak silau di lihat dari sini.
Di sisi lain ada peribahasa yang menyatakan 'tak ada gading yang tak retak'. Park Hang Seo pernah menyesal begitu dalam ketika Vietnam tumbang di semifinal Piala AFF 2020.
Foto Hang Seo berlutut di pinggir lapangan ketika Vietnam kalah dari Thailand pada semifinal yang berlangsung pada pengujung 2021 sempat ramai dibicarakan. Sebuah gambaran yang menampilkan sosok tua yang ambisius dan seolah tak pernah mengenal kata kalah.
Vietnam kala itu kalah dari Thailand yang juga berstatus sebagai tim top Asia Tenggara.
Vietnam dan Thailand adalah batu sandungan bagi Indonesia untuk angkat piala. Kali ini, di Piala AFF 2022, lagi-lagi kans menjadi juara bisa digagalkan dua negara tersebut.
Di depan mata ada Vietnam, fokus telah diarahkan Shin Tae Yong dan Timnas Indonesia ke lawan 'tradisional' yang satu ini. Keberhasilan mengalahkan Vietnam akan jadi capaian yang menyenangkan kalau hal itu tak tergolong membanggakan.
Melawan Vietnam sudah pasti tak mudah. Kelas Vietnam menanjak dalam lima tahun terakhir. Deretan prestasi yang sudah disebut di atas jadi bukti. Kerja keras dan cerdas mutlak dibutuhkan Timnas Indonesia.
Yang jadi masalah adalah ada banyak lubang menganga di tubuh skuad Merah Putih. Kendati bisa melaju ke semifinal, mencetak 12 gol, dan tak pernah kalah, tim ini masih belum optimal.
Dari empat pertandingan fase grup selalu ada gumaman tak puas dari suporter. Jika melongok ke media sosial, ada saja celah untuk mencela performa Timnas Indonesia.
Jika saja pemain-pemain Indonesia mau dan bisa berkomentar menghadapi netizen yang 'maha benar', bukan tak mungkin mereka bakal berkata, "Salah terus gue di mata lo."
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>
Sayangnya kesalahan memang kerap ditemukan di penampilan Timnas Indonesia sejauh ini. Bahkan Shin Tae Yong tak bisa menyembunyikan kekecewaan di pinggir lapangan.
Shin ibarat pusing tujuh keliling melihat anak asuhnya melakukan kesalahan. Salah satu hal yang membuatnya gemas adalah penyelesaian peluang. Sejak laga pertama melawan Kamboja, hingga laga terakhir bertemu Filipina, ada saja pemain-pemain yang gagal melakukan finishing ketika mendapat peluang emas.
Melawan Vietnam, hal ini wajib dihindari. Terlebih Vietnam punya catatan mentereng tanpa kebobolan dari empat pertandingan. Agaknya Shin dan anak asuhnya sadar betul dan paham, namun aplikasi di lapangan tak semudah mengucap kata-kata.
"Saya sudah tegaskan bahwa semifinal dan final ini bukan lagi selisih 3-4 gol lebih, tapi 1-2 gol cukup. Yang penting bagaimana kami bisa memanfaatkan peluang dengan baik atau tidak," tegas Shin ketik ditanya soal buang-buang peluang di fase grup.
Komentar Shin yang demikian bisa saja diutarakan guna menutupi kelemahan Timnas Indonesia, tetapi di sisi lain tersirat pula pandangan pragmatis pelatih asal Korea Selatan itu mengenai laga semifinal. Tak peduli mau main seperti apa, bertahan atau menyerang, yang penting cetak gol dan jangan sampai kalah.
Selama fase grup, Indonesia setidaknya menampilkan tiga performa berbeda. Tampil menyerang dengan penguasaan bola penuh, saat melawan Kamboja dan Brunei. Bermain lebih pasif ketika menghadapi Thailand, sebelum lawan mendapat kartu merah. Serta tampil terbuka saat melawan Filipina.
 Vietnam tampil di semifinal sebagai juara Grup B Piala AFF 2022 (Photo by Nhac NGUYEN / AFP) |
Mengacu pada performa Vietnam yang biasanya tampil menyerang, ada kemungkinan Shin 'membiarkan' lawan bermain, namun bukan lantas diartikan parkir bus.
Pilihan ini penuh risiko, tetapi bisa membuka celah di area tengah dan belakang lawan. Keberadaan Jordi Amat sebagai jenderal lapangan belakang akan sangat krusial jika benar Shin memilih untuk bertahan dulu.
Lebih masuk akal jika Timnas Indonesia bermain normal, seperti kata Shin. Bermain di kandang, di hadapan suporter yang penuh semangat melihat kemenangan tim kesayangan, bisa saja skuad Garuda menunjukkan gaya seperti saat melawan Kamboja atau Brunei.
Terlebih Vietnam juga belum dalam kondisi yang ideal betul setelah Selasa bertanding dan langsung terbang menuju Jakarta. Latihan timnas Vietnam pun terkendala cuaca.
Jika memainkan gaya penguasaan bola yang maksimal, pemain dituntut tak melakukan kesalahan dalam mengalirkan bola. Hanya saja, seperti halnya finishing yang buruk, pemain-pemain Timnas Indonesia juga beberapa kali kedapatan salah umpan yang bisa memancing lawan membuat huru-hara di lini belakang.
Vietnam, bagaimanapun memiliki kualitas dan level di atas Kamboja, Brunei, dan Filipina. Melawan tiga negara tersebut, Indonesia masih melakukan kesalahan.
Demi mengalahkan Vietnam, yang merupakan tim hebat, Indonesia wajib bermain lebih dahsyat dan kuat.
Untuk menjadi juara, sebuah kesebelasan wajib mengalahkan lawan yang lebih baik. Tak ada tim pemenang yang mendapat trofi dengan sekadar menang lawan skuad ecek-ecek.
Dua laga semifinal jadi pembuktian. Jika menang, maka Indonesia pantas disetarakan dengan Vietnam. Sementara kekalahan menunjukkan level kita belum sampai situ. Belajar lagi, latihan terus.
[Gambas:Video CNN]