Sejauh ini pembinaan usia muda banyak diambil alis kalangan swasta dan sponsor. Posisi asprov dan askot/askab hanya sebatas pendamping atau pemberi izin.
Pada permasalahan ini, kompetensi pengurus asprov dan askab/askot jadi faktornya. Banyak dari asprov dan askab/askot tidak mumpuni pada posisinya.
Saat pengurus memiliki kualitas bagus, mereka akan bisa merancang program yang baik dan mendapatkan sponsor atau mitra, sehingga pembinaan usia muda berjalan dengan semestinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. Kompetisi
Banyak pihak sepakat, tim nasional yang baik akan lahir dari kompetisi yang baik. Liga 1 sebagai yang paling elite di Liga Indonesia masih butuh pembenahan.
Liga 1 yang kembali bergulir usai Tragedi Kanjuruhan jadi cerminan kebutuhan akan perubahan dalam kompetisi sepak bola Indonesia. Setelah kembali digelar pada Desember, Liga 1 2022/2023 masih memiliki kontroversi, terutama soal keputusan offside.
Jangan dulu berharap pemain, pelatih, atau tim harus legawa menerima keputusan wasit, jika wasit dan perangkatnya sendiri tidak bisa meningkatkan kualitas dalam membuat keputusan.
![]() |
Kompetisi juga patut sejalan dengan agenda Timnas Indonesia. Dalam beberapa kesempatan, persiapan dan pelaksanaan turnamen oleh Timnas Indonesia kerap bentrok dengan agenda klub.
Hasilnya pelatih Timnas Indonesia tidak mendapatkan pemain yang diinginkan karena dilarang pelatih klub. Pihak klub khawatir timnya mengalami penurunan performa jika pemain-pemain andalan 'diambil' tim nasional.
3. Banyak Kepentingan
Faktor lain yang layak menjadi sorotan bagi untuk PSSI periode baru ini adalah kepentingan di dalam kepengurusan itu sendiri.
Sejauh ini anggota komite eksekutif (Exco) PSSI merupakan orang-orang klub. Karena itu juga dalam memberikan keputusan bisa berat sebelah lantaran harus melindungi kepentingan klubnya.
Untuk masalah ini memang bukan sepenuhnya kewenangan ketua PSSI. Pasalnya nama-nama Exco PSSI akan masuk bersamaan dengan pemilihan ketua umum.
Akan tetapi dalam perjalanannya ketua PSSI bisa mendorong anggota-anggota Exco ini guna mengesampingkan kepentingan klub dalam bekerja.
Jika PSSI bisa menerapkan aturan atau statuta dengan semestinya, atmosfer sepak bola akan baik juga. Persoalan selama ini peraturan itu terkadang berbeda dan cenderung berat sebelah.
Hasilnya persepakbolaan Indonesia banyak berkutat dengan masalah-masalah tersebut ketimbang membuat kemajuan.