ANALISIS

Bedah Istilah 'Dari 275 Juta Jiwa, Cari 11 Pemain Bagus Enggak Bisa'

Abdul Susila | CNN Indonesia
Rabu, 18 Jan 2023 08:37 WIB
Per Juni 2022, jumlah penduduk Indonesia adalah 275.361.267 jiwa. Mengapa dari jumlah itu begitu sulit mencari 11 pemain Timnas Indonesia yang berprestasi?
PSSI bicara prestasi tapi Timnas Indonesia belum punya training center. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Usia PSSI sebagai federasi sepak bola sudah 92 tahun. Ini usia yang lebih tua ketimbang negeri ini. Namun demikian PSSI masih seperti anak ingusan yang masih duduk di sekolah dasar.

Sebagai sebuah federasi, PSSI menjadi pusat pengelolaan sepak bola dalam negeri. Karena sifatnya yang independen, pemerintah tidak bisa semena-mena ikut mengatur. Dalam hal ini pemerintah dan PSSI dibatasi koridor sinergi dan simbiosis mutualisme.

Dalam usia yang sudah 92 tahun, PSSI tidak punya kantor sendiri. Sampai sekarang masih menyewa dan pindah-pindah. Dan, yang lebih penting, PSSI tak punya lapangan pusat pelatihan atau training center Timnas Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini soal skala prioritas. Selama PSSI belum menganggap training center sebagai sebuah ekosistem wajib, infrastruktur paling penting Timnas Indonesia ini kiranya akan sulit maju dan berkembang.

Jika berkaca dalam dua dekade terakhir, training center hanya jadi lipstik saat pencalonan. Begitu sudah terpilih hal ini tak kunjung diwujudkan. Selalu ada saja kendala dan persoalan yang dijadikan alibi sebagai penghalang.

Selanjutnya kompetisi. Liga sepak bola Indonesia sebagai anak kandung PSSI memang berjalan setiap musim. Hanya saja jalannya liga tidak berjalan mulus. Ada saja aral yang membuat kompetisi tidak berlangsung optimal.

Pesepak bola Persikabo 1973 Ryan Kurnia (kiri) mencoba melewati pesepak bola Rans Nusantara FC Mitsuru Maruoka (kanan) saat pertandingan Liga 1 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (9/12/2022). Pertandingan tersebut berakhir imbang dengan skor 1-1. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/nzKompetisi lokal belum bisa maksimal mendorong sukses tim nasional. (Antara Foto/Hendra Nurdiyansyah)

Kompetisi sepak bola sebagai sebuah industri tak didukung kebijakan sehat dan menyehatkan. Klub kontestan kompetisi pun tidak dipagari dengan syarat-syarat tegas dan mengikat sebagaimana diatur FIFA dan AFC.

Lisensi AFC sepertinya hanya formalitas kertas dan aktivitas. Arema FC dengan Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 yang menelan 135 korban jiwa adalah bukti nyata. Arema dapat lisensi, tetapi kualitas verifikasinya meragukan.

Strata kompetisi yang dijalankan PSSI juga belum optimal. Kini PSSI hanya punya dua strata kompetisi profesional dan satu strata semi profesional, yaitu Liga 1, 2, dan 3.

Kompetisi usia muda menjanjikan dengan Elite Pro Academy dari usia 15 hingga 19. Namun pada prakteknya tak cukup memberikan jam terbang untuk mengasah bakat dan tekad para bibit masa depan. Durasi kompetisi masih terlalu pendek.

Adagium, 'kompetisi yang bagus akan melahirkan Timnas yang mulus, dan pembinaan yang mapan akan melahirkan prestasi masa depan,' kiranya belum tergambar dalam kinerja PSSI.Perbaikan kompetisi berjenjang dan berkualitas menjadi harga mati, jika ingin permainan Timnas Indonesia bisa dinikmati.

Sebaliknya langkah-langkah instan yang ditempuh. Carter pesawat untuk Timnas Indonesia misalnya bisa diusahakan, tetapi membangun lapangan latihan belum mampu. Naturalisasi dilakukan, namun atlet lokal tak diberi medan tempur yang teruji.

Karenanya jumlah sumber daya manusia sebanyak 275 juta jiwa belum akan menghasilkan prestasi sepak bola. Olahraga ini bukan hanya soal kinerja individu, tetapi juga sistem yang dilaksanakan secara kolektif oleh negara, federasi, pelatih, dan pemain, juga suporter.

(rhr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER