Jakarta, CNN Indonesia --
Sikap manajemen Persija Jakarta yang mempertanyakan metode pemusatan latihan (TC) jangka panjang Timnas Indonesia U-20 kembali menguak efektivitas sistem persiapan tim ini.
PSSI memutuskan memulai TC Indonesia U-20 pada 1 Februari di Senayan, Jakarta. Dalam persiapan tampil di Piala Asia U-20 2023 ini dipanggil 30 pemain, yang sembilan di antaranya adalah pemain Persija.
Ini jadi pertanda bahwa pemain muda Indonesia makin matang. Situasi saat ini menggambarkan bahwa pemain-pemain muda sudah bisa bersaing dengan pemain lebih senior, bahkan untuk klub besar seperti Persija.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelatih Persija Thomas Doll tidak senang dengan metode ini. Sebabnya enam dari sembilan pemain yang dipanggil rutin tampil di Liga 1 2022/2023. Sudah begitu PSSI juga tak menjalin komunikasi baik soal ini.
Tanpa ada pembicaraan dengan Doll, PSSI langsung memanggil pemain. Pola seperti ini, menurut Doll dan manajemen Persija, harus dikritik dan diubah. Karenanya Persija berencana tak melepas pemain.
Pada saat yang sama Shin Tae Yong sangat berkepentingan untuk meracik skuad mumpuni. Meski Indonesia sudah pasti tampil di Piala Dunia U-20 2023, Piala Asia U-20 2023 dianggap sarana tepat memanaskan mesin.
Apalagi ada fakta kebugaran pemain tak optimal saat masuk TC. Ini dianggap sebagai kendala yang terus terulang. Karena itu pula Shin kerap membutuhkan masa persiapan panjang untuk memoles kondisi pemain.
Sebagai pelatih yang sengaja dikontrak dengan target utama membuat Garuda Muda tampil mentereng, kinerja Shin akan dinilai PSSI dari ajang ini. Lebih dari itu nama besarnya juga dipertaruhkan.
Satu kegagalan telah dilakukan Shin bersama Timnas Indonesia U-20, yakni di Piala AFF U-19 2022. Ketika itu Muhammad Ferarri dan kawan-kawan tak menembus babak semifinal karena kalah head to head dengan Vietnam dan Thailand.
Bagusnya, Indonesia U-20 bangkit saat kualifikasi Piala Asia U-20 2023. Selepas kualifikasi itu Indonesia U-20 pun sempat menjalani pemusatan latihan di Turki dan Spanyol selama sebulan lebih.
Bedanya, pemusatan itu berlangsung di putaran pertama kompetisi, sedangkan kali ini di putaran kedua. Sebagian besar tim sangat membutuhkan skuad terbaik agar bisa mencapai target musim ini.
Baca kelanjutan berita ini pada halaman berikutnya>>>
Pola pemusatan latihan jangka panjang yang dilakukan Shin Tae Yong di Timnas Indonesia U-20 sejatinya bukan hal baru dan bukan pula sistem usang.
Hingga kini metode mengumpulkan pemain dalam satu lokasi dengan durasi yang lama masih dianggap jalan sukses. Tidak hanya bagi tim-tim semenjana seperti Indonesia, juga tim-tim mapan di Asia Timur dan Eropa.
Jepang misalnya, sempat melakukan pemusatan latihan di Spanyol pada akhir 2022. Pada November itu Young Samurai Blue berlatih tanding dengan Slovakia, Prancis, dan Spanyol di Pinatar.
Korea Selatan pun demikian. Menjelang Kualifikasi Piala Asia U-20 2023 misalnya, mereka melakukan pemusatan latihan di Portugal. Selama berada di negeri Cristiano Ronaldo itu mereka menggelar dua uji coba.
Inggris U-20 yang sudah menggenggam tiket lolos ke Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia pun sempat melakukan pemusatan latihan panjang. Itu terjadi pada Maret 2022 dan September 2022.
Pemusatan latihan pada Maret misalnya, hampir berlangsung satu bulan. Ini dilakukan menjelang Piala Eropa U-19 2022 yang menjadi sarana kualifikasi Piala Dunia U-20 2023. Metode TC panjang juga dipakai.
Hanya memang pemain-pemain yang tampil bersama klub papan atas Inggris tidak mengikuti TC sejak awal. Mereka baru dilepas klub beberapa hari menjelang kejuaraan yang berlangsung pada 18 Juni hingga 1 Juni 2022.
Pola komunikasi pun berjalan dengan baik. Federasi melakukan lobi ke klub agar pemain yang dibutuhkan negara bisa dilepas. Hal inilah yang dirasa Persija tak dilakukan PSSI untuk TC jelang Piala Asia U-20 2023.
Dengan kata lain, apa yang dikeluhkan Persija ada benarnya. Pola federasi, sebagai perwakilan Shin Tae Yong yang memegang kendali Indonesia U-20, selayaknya diubah agar tidak melahirkan konflik.
Apalagi ada fakta performa pemain yang dipanggil ke Timnas tampil moncer bersama klub. Tanpa mengecilkan peran klub, hasil gemblengan Shin Tae Yong di Timnas Indonesia terbukti menghasilkan gaya main yang baik untuk klub.
Sebaliknya, pemain-pemain yang rutin tampil bersama klub belum tentu memuaskan jajaran pelatih Timnas. Namun tak bisa dimungkiri juga klub kerap dikecewakan, karena pemain andalannya dipanggil tetapi tak dimaksimalkan.
[Gambas:Video CNN]