WAWANCARA EKSKLUSIF

Irwansyah: Saya Ingin Lihat All Indonesian Final di Turnamen Besar

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Kamis, 02 Feb 2023 19:10 WIB
Pelatih tunggal putra, Irwansyah punya tanggung jawab besar membangkitkan kejayaan tunggal putra Indonesia. Berikut wawancara CNNIndonesia.com dengan Irwansyah.
Irwansyah selalu mencoba membesarkan hati dan jiwa para pemain di tiap laga. ( ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pelatih tunggal putra Pelatnas Cipayung PBSI, Irwansyah, punya tanggung jawab besar membangkitkan kejayaan tunggal putra Indonesia. Berikut wawancara CNNIndonesia.com dengan Irwansyah.

Irwansyah, pelatih tunggal putra Pelatnas Cipayung PBSI, ikut mendapat sorotan seiring terjadinya All Indonesian Final di Indonesia Masters 2023 antara Jonatan Christie vs Chico Aura Dwi Wardoyo.

Tak hanya itu, kini ada tiga pemain Indonesia yang duduk di posisi 15 besar dunia yaitu Jonatan di peringkat kedua, Anthony Ginting di posisi ketiga, dan Chico di peringkat ke-15.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut wawancara CNNIndonesia.com dengan Irwansyah terkait pandangannya terhadap atlet-atlet Indonesia, badminton, dan kehidupan:

Kini ada tiga pemain tunggal putra di 15 besar. Bagaimana komentar Anda?

Sangat bagus, mereka bisa naik peringkatnya. Tetapi memang kalau dari saya pribadi, juara itu juga penting. Jadi tidak ranking saja yang dipikirkan. Banyak orang yang mengejar ranking itu dengan banyak ikut kejuaraan saja agar rankingnya tinggi.

Buat saya, titel itu penting. Jadi kalau juara sudah dapat dan hasil bagus, ranking pasti naik. Sejauh ini mereka dapat ranking yang bagus. Hal ini bagus juga, tetapi yang mau saya buat adalah bagaimana konsisten untuk juara karena ranking bakal menyusul.

Apa tantangan yang perlu ditaklukkan agar pemain-pemain Indonesia bisa konsisten juara?

Kalau menurut saya pribadi, level pemain-pemain saya ini sudah level juara. Tetapi kadang-kadang di lapangan itu cara mereka berpikir untuk strategi kadang-kadang enggak keluar karena dari diri mereka sendiri.

Tekanan yang ada harus diolah oleh mereka. Kan ada tekanan angin di sisi lapangan mungkin lebih kencang, di sebelah sana lebih berat jadi bolanya ke mana-mana. Situasi seperti itu yang mau dibuat lebih dibiasakan lagi di latihan dan saya sebagai pelatih harus mengarahkan agar pemain bisa meng-handle situasi tersebut.

Pemain kita merasakan itu dan musuh juga, jadi adaptasi harus cepat. Saya berharap dengan kepercayaan diri mereka yang ingin saya ubah, mudah-mudahan bisa konsisten.

Berarti permasalahannya kurang lebih sama antara Jonatan, Ginting, Chico, dan pemain lainnya?

Ya, karena ekspektasi di lapangan itu mereka jadi membebani diri sendiri.

Oke saja pemain mau juara, tapi musuh juga mau juara.

Untuk handle pikiran mereka, itu yang ingin terus saya olah. Kalau sudah dapat momen itu, mereka bisa juara dan stabil.

Dari tiga turnamen di bulan Januari dalam laga saat pemain Indonesia kalah, lebih banyak karena faktor pikiran dan kesalahan sendiri atau memang lawannya berat?

Kita tidak bisa bilang murni kesalahan kita saja karena musuh juga bagus dari strategi dan pertahanan. Tapi memang di situ tekanan harus bisa di-handle.

Awal tahun kan baru mulai kejuaraan lagi. Situasi itu tidak mudah untuk adaptasi. Musuh pun bagus-bagus. Strategi di lapangan itu penting. Setiap hari kami sudah bicara selalu soal strategi, di malam sebelumnya juga kami diskusi dengan pemain.

Kalau kita takut untuk mengeluarkan strategi, kita bakal takut juga untuk melaksanakan strategi.

Apakah berarti tetap ada arahan sebelum laga All Indonesian Final di Indonesia Masters kemarin?

Itu saya cuma kasih arahan bermain dengan bagus. Dua-duanya di final sudah bagus.

"Contohkan ke masyarakat bahwa kamu yang the best."

Mereka sama-sama berteman dan kompak, jadi kompak di luar dan di dalam lapangan. Mereka kan mau dilihat orang, jadi harus ada mental dan semangat tinggi tapi tetap harus jadi contoh.

Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia Jonatan Christie (kanan) bersama rekan senegaranya Chico Aura Dwi Wardoyo (kiri) dan pelatihnya Irwansyah (tengah) berpose dengan trofi dan medalinya usai pertandingan final turnamen Daihatsu Indonesia Masters 2023 di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (29/1/2023).  Jonatan Christie atau Jojo menjuarai Indonesia Masters 2023 usai menang atas Chico Aura Dwi Wardoyo dengan skor 21-15 dan 21-13. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/tom.Irwansyah gembira melihat Jonatan dan Chico bisa memanggungkan All Indonesian Final di Indonesia Masters. (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)

Bagaimana perasaan coach Irwansyah waktu melihat All Indonesian Final di Indonesia Masters?

Saya terharu, saya bangga walaupun bukan Olimpiade. Saya berharap satu hari nanti pemain-pemain saya bisa melakukannya di kejuaraan yang lebih penting.

Saya juga senang karena mereka melakukannya di Indonesia. Semifinal itu sulit banget si Jonatan dan Chico.

Level mereka sudah terlihat dan pantas juara dari Ginting, Jonatan, Chico, dan Vito. Kemudian di lapis duanya juga sudah pantas menjadi juara. Makanya pas nonton kemarin itu bangga karena saya tinggal nonton saja mereka main di final.

Tetapi coach Irwansyah masih tetap terlihat sibuk mencatat di final Indonesia Masters kemarin?

Saya catat untuk kekurangannya. Saya ingin ada yang dibaguskan lagi. Bertemu teman kan sudah hafal tetapi ada situasi yang terbaca sama teman, mereka harus tahu juga. Kalau ketemu musuh yang sudah hafal pola main, mereka harus bisa cari jalan keluar juga.

Kalau saat mencatat di buku dalam sebuah pertandingan, biasanya habis berapa lembar?

Tidak pasti, tetapi setiap kejuaraan itu selalu saya tulis. Sekali main Jonatan lawan Lakshya Sen misalnya, saya catat yang spesifiknya. Kalau saya memang suka catat.

Tiap pelatih berbeda-beda, ada yang suka diingat saja, ada yang dicatat. Kalau saya dari dulu, saya suka catat, waktu jadi pemain juga saya mencatat kelebihan dan kekurangan.

Saya ada satu buku untuk evaluasi, satu minggu, satu bulan. Apa kekurangan dan kelebihan saya catat. Misal: "Tenaga saya sudah bagus, defense bagus. Tapi defense ke kiri kurang enak."

Nah kekurangan itu yang saya perbaiki.

Sejak saya jadi pelatih, saya cari apa kekurangan anak-anak ini. Poin salah-salahnya itu ketahuan nanti. Dengan mencatat, saya juga tak khawatir lupa.

Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia Jonatan Christie dalam babak semifinal turnamen Daihatsu Indonesia Masters 2023 di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu, 28 januari 2023. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)Irwansyah selalu mencatat kelebihan dan kekurangan ketika mengawasi pemain menjalani sebuah laga. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)

Berarti Anda juga mewajibkan pemain-pemain tunggal putra saat ini untuk mencatat?

Saya arahkan untuk mencatat. Mereka punya catatan masing-masing, tapi saya tidak mau memaksa. Kalau mereka rasa itu benar, ya jalankan. Kalau tidak mau, ya bagaimana lagi. Tapi kalau mau maju, mereka harus mencatat kelemahan dan kelebihan.

Mereka itu kan di sini [Pelatnas Cipayung] seperti orang yang belajar terus. Mereka harus tahu musuh-musuhnya makanya ada video analisa. Dengan kita mencatat itu kita bisa ingat, anak-anak juga harus begitu.

Jadi Sabtu-Minggu mereka bisa lihat lagi catatannya. Jadi jangan yang dicatat kelemahan saja, tapi juga kelebihan. Saya kasih tahu kekurangan mereka, juga kelebihannya.

Saat Anda melakukan evaluasi, apakah pemain yang kalah juga dilakukan evaluasi sesaat setelah pertandingan juga?

Habis mereka main pasti datang ke saya, kalah atau menang. Tetapi kalau kalah pasti down. Kalau kalah, arahannya yang penting bukan mengenai kalahnya terlebih dahulu, namun agar membuat jiwanya tetap besar.

Poin-poin kalahnya tetap pasti saya kasih tahu tapi harus kita besarkan jiwanya terlebih dahulu. Perkataan negatif itu saya coba hindari.

Setelah main, saya selalu menunggu mereka keluar lapangan. Nanti di luar saya tunggu mereka, bila mereka menang, saya bilang, "Hebat banget lu mainnya".

Tetap saya puji juga ketika mereka menang atau kalah.  Salah strategi, salah bermain, tentu bukan keinginan pemain. Jadi saya arahkan lebih positif lagi. "It's ok, tidak apa-apa".

Kalau dari gesture, Anda dengan pemain seperti bapak sama anak atau kakak adik, bagaimana proses pembentukannya?

Saya dekat sama mereka, bukan berarti hilang respek. Saya sudah punya pengalaman sejak dari pemain, banyak pelatih yang saya lihat. Semua itu saya kumpulkan yang bagus-bagus, yang tidak bagus tidak saya ambil.

Saya sebagai pelatih sekarang ini ingin menjadikan pemain dengan cara saya. Waktu tahun 2016 saya sebagai asisten Koh Hendri Saputra saat itu kerjasamanya juga sangat bagus.

Ketika baru di sini saya mencoba mendekatkan diri dengan anak-anak, misalnya saya ajak ke rumah untuk coba masakan istri. Jadi begitulah, enak atau tidaknya masakan itu kan urusan lain, tetapi yang penting berkumpul.

Kadang-kadang pemain dan pelatih itu ada jarak banget, nah saya tidak mau. Karena saya maunya mereka bicara ke saya kalau ada apa-apa. Hidup ini kan tidak lempeng-lempeng saja jadi mereka bisa bicara dan saya juga bisa jaga rahasia.

Saya ingin atlet terbuka, karena kalau atlet itu pikirannya lepas di lapangan, itu lebih berani tidak mikir yang lain.

Berapa bulan yang dibutuhkan sampai akhirnya atlet bisa banyak bercerita pada coach Irwansyah?

Tidak lama, waktu itu saya masih asisten yang penting sering ngobrol. Nggak lama menurut saya. Cuma kan di sini disiplin memang harus diterapkan. Makanya mereka nyaman sama saya bukan berarti respek itu hilang. Kalau sudah kelewatan, saya tegur. Jadi tetap menghargai.

Makanya saya bangga dengan mereka karena mereka bisa begitu terbuka dengan saya. Dari yang senior dan junior sama-sama perasaannya seperti semuanya.

Sekarang ada Alwi yang paling muda, perlakuan saya ke dia juga sama seperti saya ke senior.

Sebagai pelatih, bagaimana merasakan momen harus melakukan degradasi pada atlet?

Setiap pelatih memang berat untuk memutuskan, tapi semua itu kan memang harus terjadi karena pemain yang di bawah [Pratama] juga mau naik. Kami tidak bisa simpan semua, kalau tidak berprestasi, kami tidak bisa apa-apa.

Jangan akhir tahun itu kami justru jadi tidak tega. Akhir tahun, tergantung pemain bisa jadi yang terbaik atau tidak.

Bagaimana melihat persaingan di tunggal putra Pelatnas Cipayung saat ini?

Persaingan dan saingan itu harus banyak karena kalau tidak, itu bisa terlalu nyaman bagi pemain. Senior tidak boleh lengah karena Pratama juga mau naik.

Itu kalau yang di atas tidak juara kita pertahankan, kasihan yang di bawah juga. Makanya pemain itu harus sadar bahwa di sinilah mereka bisa berproses jadi pemain hebat.

Baca lanjutan wawancara ini di halaman berikut >>>

Sejarah Panggilan Aboy dan Dongeng untuk Pemain

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER