Jakarta, CNN Indonesia --
Arsenal tidak memiliki pilihan selain bangkit dengan meraih kemenangan atau tergelincir dari puncak klasemen jika kalah dari Manchester City.
Melawan Man City pada laga tunda pekan ke-12 genting bagi Arsenal. Alasannya Arsenal hanya tertinggal tiga poin di belakang Man City sebelum kickoff.
Jika Arsenal gagal meraih poin, tim asuhan Mikel Arteta tersebut harus siap turun peringkat ke posisi kedua, sedangkan Man City menyodok ke posisi teratas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kekalahan tidak saja membuat Arsenal kehilangan puncak klasemen, tetapi juga membuat rapor buruk mereka berlanjut.
Sebelum duel melawan The Citizens, Arsenal memiliki rapor tanpa kemenangan dalam tiga pertandingan terakhir, dua kali kalah dan satu kali imbang.
Menariknya, satu dari kekalahan itu didapat setelah dibekuk Man City 0-1 di Piala FA. Kekalahan itu memutus catatan apik klub asal London tersebut yang tidak kalah dalam delapan laga beruntun di semua ajang.
Lebih dari itu, posisi Bukayo Saka dan kawan-kawan sebagai penantang gelar juara Liga Inggris musim ini bisa terancam jika kalah dari Man City.
Pasalnya hal tersebut berkaitan dengan mental atau psikologi pemain Arsenal itu sendiri. Sejak kalah dari Man City di Piala FA, Arsenal kesulitan bangkit: kalah dari Everton yang merupakan juru kunci dan ditahan tim papan tengah Brentford di kandang sendiri.
Mental pemain Arsenal diprediksi bisa makin 'terguncang' apabila kembali kalah dari Man City yang merupakan pesaing terdekat dalam membidik gelar juara musim ini.
Mantan pemain Arsenal William Galas yakin langkah London Merah di musim ini makin berat jika kalah dari Man City.
"Jika Arsenal kalah pada hari Rabu, akan sangat, sangat sulit bagi mereka untuk berada di depan Man City selama sisa musim ini," ucap Gallas dikutip dari talkSPORT.
"Efek psikologis dari kekalahan dalam pertandingan ini sangat besar. Para pemain Arsenal akan melemah jika kalah dari Man City," ucap Gallas menambahkan.
Ditambah lagi Arsenal terkenal sebagai tim yang bagus sejak awal hingga pertengahan musim, tetapi menurun pada paruh kedua. Bayang-bayang tersebut bisa menambah beban bagi Martin Odegaard dan kawan-kawan.
 Arsenal bakal berusaha keras agar kejutan mereka bisa terus berlanjut di musim ini. (Action Images via Reuters/MATTHEW CHILDS) |
Faktor lain yang bisa makin melemahkan Arsenal adalah tekanan dari rival lain, Manchester United, yang sedang dalam performa bagus pada musim ini.
Meski demikian situasi akan berbeda, bahkan berbalik 180 derajat jika menang atas Man City. Bukan saja menjaga atau menjauhkan jarak dengan tim asuhan Pep Guardiola, pemain Arsenal bisa makin percaya diri di Premier League layaknya mendapat suplemen tambahan.
Karena itu pertandingan ini seperti penentuan bagi perjalanan Arsenal di Liga Inggris 2022/2023. The Gunners tidak memiliki pilihan selain menang untuk bangkit, atau menerima kenyataan tergusur dari posisi teratas klasemen lantaran dipermalukan tim tamu.
Baca kelanjutan berita ini di halaman berikutnya>>>
Setelah juara Premier League untuk kali terakhir pada 2003/2004, Arsenal seperti dihantui dengan penurunan performa pada putaran kedua.
Kerap menjadi pemuncak klasemen hingga pertengahan musim, lalu turun dan gagal juara pada pertengahan putaran kedua.
Kondisi itu membuat Arsenal jadi bulan-bulanan suporter rival. Mereka menganggap Arsenal layaknya gajah yang berada di puncak pohon. Sesuatu yang tidak terduga, tetapi bisa jatuh kapan saja dengan tiba-tiba.
Situasi tersebut bisa terjadi pada musim ini. Sejauh ini Arsenal bertahan di puncak klasemen dalam delapan pekan beruntun, atau total selama 13 pekan sejak awal musim.
Akan tetapi dalam dua laga terakhir The Gunners kehilangan lima poin, atau hanya meraih satu poin usai ditahan Brentford 1-1 pada laga sebelumnya.
Sebelum imbang dengan Brentford, Arsenal dikejutkan Everton yang menang 1-0 di Goodison Park. Dua kali gagal menang itu dianggap sebagai sinyal Arsenal bisa makin tergelincir.
Dengan begitu bayang-bayang sebutan 'gajah yang bisa tiba-tiba jatuh kapan saja' berpotensi jadi kenyataan. Potensi itu terlihat lantaran lawan yang dihadapi Arsenal kali ini adalah Manchester City, si rival paling dekat.
Jika mengalahkan Arsenal, Man City akan menguasai puncak klasemen Liga Inggris. Gagal menang dalam tiga laga beruntun akan jadi rekor terburuk Arsenal pada musim ini.
Apabila kembali gagal menang dan bahkan kalah, tanda-tanda keterpurukan Arsenal bisa makin menjadi.
Setidaknya terdapat enam momen, setelah juara pada 2003/2004, yang jadi rapor buruk Arsenal kehilangan gelar juara usai jadi pemuncak klasemen selama beberapa pekan.
Pada musim 2004/2005 ketika menyandang status juara bertahan, Arsenal di posisi teratas selama 11 pekan sejak awal musim, tetapi pada akhir musim jadi runner up.
Kondisi serupa terulang pada 2007/2008 ketika di posisi puncak hingga pekan ke-28, namun langsung tergelincir ke posisi keempat setelah gagal menang dalam lima pertandingan beruntun, empat kali imbang dan sekali kalah.
Arsenal juga jadi pemuncak klasemen dalam tiga pekan pertama pada 2009/2010, namun lambat laun menurun ke posisi kedua, dan berakhir di peringkat ketiga.
Di musim 2013/2014 Arsenal di posisi teratas dan menjadi penantang gelar juara setelah bertahan selama 18 pekan hingga matchday ke-24.
Tetapi kekalahan dari Liverpool 1-5 dan imbang dengan Manchester United 0-0 sebagai dua pesaing terdekat pada musim itu membuat Arsenal kehilangan gelar juara.
Musim 2016/2017 terasa seperti 2009/2010 bagi Arsenal. Di puncak klasemen selama empat pekan pada pertengahan musim, tetapi kembali gagal usai hanya jadi runner up.
Melihat catatan negatif itu Arsenal seperti dihantui 'kutukan' gagal juara Liga Inggris. Arsenal layak belajar dari pengalaman buruk tersebut jika tidak ingin kembali 'jatuh' pada lubang yang sama.
[Gambas:Video CNN]