Jakarta, CNN Indonesia --
Indonesia menelan kekalahan pahit di Badminton Asia Mixed Team Championships (BAMTC) 2023. Namun masih ada kesempatan untuk melakukan pembalasan di Piala Sudirman.
Bila dikatakan secara terus terang, BAMTC 2023 bukanlah masuk dalam hitungan gelar buruan utama. Fokus utama tiap negara di tahun ganjil tentu Piala Sudirman yang digelar di bulan Mei mendatang.
Karena itu banyak negara yang menurunkan para pemain pelapis untuk tampil di turnamen tersebut. BAMTC kerap kali digunakan banyak negara untuk memberi kesempatan pemain-pemain muda untuk unjuk gigi dan berlaga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun harus diakui bahwa Indonesia gagal di BAMTC 2023. Menurunkan nyaris kekuatan terbaik, hanya minus Jonatan Christie, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, dan Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi bila diukur dari dua ranking teratas tiap nomor, Indonesia tumbang di babak perempat final.
Indonesia kalah dari Korea dengan skor 1-3 setelah sempat unggul lebih dulu di partai pertama. Di turnamen ini, Korea tidak menurunkan komposisi terbaiknya. Hal itulah yang kemudian membuat kekalahan Indonesia makin jadi sorotan.
Ketika sebuah tim kalah, semua hal tentu seolah menjadi salah. Termasuk Indonesia di BAMTC 2023. Menurunkan kekuatan utama kemudian dianggap sia-sia karena Indonesia tak mampu untuk sekadar bertahan hingga dua hari terakhir pertandingan.
Mengurai kekalahan tersebut, satu hal yang menarik dilihat adalah keputusan Indonesia menurunkan komposisi nyaris utama. Hal ini justru jadi bukti bahwa Indonesia dalam hal ini PBSI, punya ambisi besar untuk membawa pulang Piala Sudirman di tahun ini.
Ambisi tersebut diperlihatkan dengan langsung menggodok pemain-pemain yang mungkin jadi tim bayangan di Piala Sudirman nanti di BAMTC 2023. Dengan tampil di BAMTC 2023, chemistry di Tim Beregu Campuran sudah terbentuk dari sekarang.
Ketika pada akhirnya kalah, kekalahan tersebut tentu terasa sangat menyesakkan dan menyakitkan. Kekalahan itu bisa saja menjatuhkan mental, namun di sisi lain juga bisa jadi pukulan yang berujung pada kebangkitan, tentu bila PBSI dan para atlet bisa merespons kekalahan ini dengan baik.
 Chico Aura Dwi Wardoyo jadi salah satu pemain yang tampil bagus dan sempat membuat Indonesia unggul 1-0 dalam laga lawan Korea. (Arsip PBSI) |
Dalam BAMTC 2023 kemarin, terlihat jelas bahwa pemain-pemain Indonesia tidak bisa menampilkan level terbaik permainan mereka, termasuk saat menang lawan Thailand. Anthony Ginting dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang diharapkan bisa jadi penyumbang poin malah menampilkan performa jauh dari kemampuan terbaik yang bisa mereka tunjukkan.
Adaptasi kondisi lapangan dan sakit yang diderita sejumlah pemain di kubu Indonesia turut membuat skuad Merah-Putih kesulitan mengimbangi permainan Korea.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>
Melihat kekuatan tiap negara jelang Piala Sudirman, bila mengukur seluruh kekuatan penuh, sejatinya tidak ada negara yang benar-benar dominan dan berada jauh dalam daftar unggulan di atas kertas.
Dari segi ranking, mungkin Jepang jadi skuad dengan komposisi terbaik lantaran punya wakil di lima besar di empat nomor. Hanya nomor tunggal putra saja mereka tak punya wakil di lima besar karena Kodai Naraoka masih di peringkat ketujuh.
China yang berhasil jadi juara BAMTC 2023 dan bakal jadi tuan rumah Piala Sudirman mendatang pun tidak benar-benar sepenuhnya menakutkan seperti beberapa tahun sebelumnya saat mereka punya 'Super Team'.
China tentu masih harap-harap cemas di nomor tunggal putra dan ganda putra yang digelar di tiga partai awal. Nomor yang terbilang lebih riskan kehilangan poin dibanding tiga nomor lainnya.
Sementara itu Korea juga masih punya kekurangan di nomor tunggal putra meski mereka solid di nomor tunggal putri dan ganda putri.
Indonesia bahkan masih bisa punya peluang menang bila bentrok dengan tiga negara di atas. Indonesia masih bisa berharap mencuri poin di nomor tunggal putra dan ganda putra dalam duel lawan Jepang, China, dan Korea.
Dengan format tunggal putra dan ganda putra dimainkan di partai pertama dan ketiga, peluang Indonesia memberikan tekanan pada tiga negara di atas cukup besar.
Namun lantaran kekuatan saat ini yang merata, Indonesia juga patut waspada bertemu negara-negara lain di luar tiga negara besar di atas.
Misal saat bertemu Denmark yang dimotori Viktor Axelsen dan baru berhasil jadi juara Eropa, itu berarti nomor tunggal putri dan ganda putri harus punya peran besar untuk merebut poin.
 Piala Sudirman 2023 bakal sengit lantaran banyak negara yang punya kekuatan merata. (AFP/RICHARD A. BROOKS) |
Bahaya besar juga bisa hadir bagi Indonesia bila bertemu Taiwan. Taiwan punya kekuatan bagus di tiga nomor awal, yaitu tunggal putra, tunggal putri, dan ganda putri, sehingga Indonesia harus bisa bertahan dan saling bertarung di tiga partai awal.
Karakter India juga mirip Taiwan. Bila Indonesia berjumpa India, tiga partai awal yang jadi sumber kekuatan utama India bakal jadi krusial.
Thailand juga tidak bisa disepelekan. Mereka punya kekuatan merata di empat nomor. Mungkin hanya di nomor ganda putra saja Thailand tak punya pemain elite yang masuk kategori 10 besar.
Gambaran di atas bisa jadi hal-hal yang mungkin terjadi di Piala Sudirman mendatang. Indonesia bisa saja tampil mengejutkan dan melakukan pembalasan, atau malah kembali kalah tanpa bisa menyentuh babak semifinal.
Semakin Indonesia menyadari kesalahan dan melakukan perbaikan, maka ruang-ruang untuk melakukan pembalasan bakal terbuka lebih lebar.
Dalam waktu yang singkat, hanya tiga bulan, aspek kebersamaan dan mental bertanding sebagai tim beregu adalah hal yang mutlak untuk ditingkatkan. Kebersamaan yang solid bakal melahirkan kekuatan tambahan.
Satu lagi, turun ke lapangan dengan menyandang nama Indonesia di punggung dalam kejuaraan beregu harus bisa dijadikan pelecut semangat bukan malah membuat kaki-kaki terasa jadi berat.
[Gambas:Video CNN]