Di satu sisi, Kusnaeni berpendapat Timnas Indonesia U-20 punya potensi agar bisa bersaing di Piala Asia U-20. Kelincahan dan nyali bertarung dapat menjadi bekal menghadapi lawan.
"Buat saya, strateginya mencoba memaksimalkan kekuatan kita dalam kecepatan dan keberanian untuk melewati bek-bek lawan dengan gesit. Kita bisa menyulitkan lawan, cuma harus lebih hati-hati terhadap pertahanan," kata Kusnaeni.
Pertahanan juga menjadi catatan yang perlu diperbaiki oleh lini yang dipimpin Muhammad Ferrari. Pola menahan laju serangan diharapkan bisa lebih rapi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin waktu turnamen mini hampir semua gol lahir dari kesalahan sendiri," ucap Kusnaeni.
Selain kesalahan di mini turnamen, kekurangan materi pemain juga dapat mengganjal langkah pemain untuk melaju jauh ke fase knockout.
Terlebih lagi dengan absennya Marselino Ferdinan dan tiga calon pemain naturalisasi yang belum bisa bergabung di Timnas Indonesia U-20.
"Untuk tujuan juara terus terang agak berat. Kalaupun ada Marselino dan tiga pemain naturalisasi juga tidak mudah," ujar Kusnaeni.
"Dengan materi yang semakin tidak lengkap, ada empat pemain inti yang tidak dibawa maka peluangnya semakin berat," katanya menambahkan.
Dengan memperhatikan hasil mini turnamen dan kekuatan tim, Shin Tae Yong dipercaya bisa memperbaiki kekurangan anak buahnya. Selain itu, motivasi jelang Piala Dunia U-20 juga dibutuhkan untuk membakar semangat para pemain.
"Jadikan Piala Asia U-20 ini sebagai proses menuju Piala Dunia U-20 karena itu akan mendorong pemain untuk lebih termotivasi, ngotot, dan fight," kata Kusnaeni.
"Kalau pemain dapat tantangan itu lebih realistis dibandingkan menyuruh pemain untuk raih juara," sambungnya.