Setelah mendapat jatah libur empat hari, Timnas Indonesia U-22 akan menjalani tiga pertandingan maraton dalam tujuh hari ke depan. Karenanya kebijakan rotasi bisa jadi solusi.
Pertandingan pertama melawan Filipina, bisa dibilang adalah skuad utama Indonesia U-22. Nyaris hanya Jeam Kelly Sroyer yang tampil kurang stabil pada pertandingan perdana tersebut.
Begitu pemain Persik Kediri ini digantikan Fajar Fathur Rachman, permainan Garuda Muda makin tajam. Terbukti pemain Borneo FC ini menyumbang satu gol di pengujung laga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan membawa 20 pemain dalam ajang ini, Indra bisa memaksimalkan semua pemain di setiap laga. Pemain yang belum tampil seperti Bagas Kaffa dan Muhammad Ferrari bisa diberikan kesempatan.
Tanpa bermaksud meremehkan Myanmar, termasuk Timor Leste, lawan berat baru akan dihadapi saat bertemu Kamboja pada Rabu (10/5) mendatang. Jika lolos, lawan makin berat.
Oleh sebab ini kebijakan rotasi agar kebugaran pemain terjaga, sekaligus menghindari cedera, bisa ditempuh. Indra pun dengan tegas mengatakan ia sudah merancang peak performance pemain.
Maksudnya, puncak permainan maksimal pemain sudah dirancang sejak sebelum berangkat ke Kamboja. Indra berharap dan meyakini, puncak permainan pemain terjadi di laga final.
Harapan ini tentu saja sulit terwujud jika pemain yang tampil itu-itu saja. Pemain kunci yang diharapkan meledak di laga semifinal dan final bisa diatur menit mainnya sejak fase grup.
Sisi pertahanan sangat perlu diperhatikan dengan saksama. Setiap pemain selayaknya mendapatkan pemanasan yang pas, sehingga tidak grogi jika nantinya tiba-tiba harus dimainkan.
Lini tengah sebagai ruh permainan tim pun belum begitu padu. Ini yang menjadi pekerjaan utama Indra Sjafri selama SEA Games ini. Jika persoalan lini tengah tidak usai, lawan bisa merajalela.
Terakhir, barisan lini depan seperti Ramadhan Sananta dan Titan Agung perlu diasah ketajamannya. Mereka butuh gol pembuka agar bisa tampil percaya diri di laga selanjutnya yang menentukan.