Mentalitas Jawara Asia Tenggara
Sempat melatih klub, Bali United pada 2015 hingga 2016, Indra balik ke Timnas pada 2017. Awalnya kembali menangani Indonesia U-19, tetapi kemudian naik kelas ke Indonesia U-22 pada 2019.
Kepercayaan itu didapat Indra setelah sukses di Piala Asia U-19 2018. Bertepatan pula Luis Milla Aspas yang dipercaya menangani Timnas Indonesia dan Indonesia U-23 mundur usai Asian Games 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Target yang dibebankan PSSI kepada Indra adalah lolos ke Piala Asia U-23 2020. Karenanya Indonesia U-22 ambil bagian dalam Piala AFF U-22 2019 untuk pertama kalinya pada edisi kedua kejuaraan itu.
Indra tak punya banyak waktu untuk persiapan ajang ini. Pemusatan latihan nyaris hanya satu bulan dan cuma bisa menggelar tiga laga uji coba lokal. Namun hasilnya di luar perkiraan.
Tangan dingin Indra berhasil memoles Marinus Wanewar dan kawan-kawan menjadi jawara. Pada babak semifinal menumpas Vietnam dan di final mengalahkan sang juara bertahan Thailand.
Pemain-pemain yang dipanggil Indra untuk ajang ini adalah mayoritas jebolan Asian Games 2018 yang dikombinasi eks-Piala Asia U-19 2018. Bisa dibilang tim asuhan Indra penuh bintang.
Satu hal yang membuat tim ini tampil digdaya dan bisa meraih gelar juara adalah mentalitas jawara. Selain bisa merajut kolektivitas permainan, cara Indra mengangkat mental pemain semakin jitu.
![]() |
Penyerap Ilmu dan Programmer Matang
Indra bisa melatih Indonesia U-22 di SEA Games 2023 kiranya karena garis tangan. Sebelum diminta menangani Garuda Muda, Indra masih menjabat sebagai Direktur Teknik PSSI.
Pelatih 60 tahun ini ditunjuk PSSI era Mochamad Iriawan karena Shin Tae Yong harus fokus mempersiapkan Indonesia U-20 untuk tampil di Piala Dunia U-20 2023 yang akan berlangsung di Indonesia.
Ajang ini akhirnya batal karena hal-hal politis terkait kehadiran Israel. Kendati demikian Indra tetap diminta melanjutkan persiapan tim untuk tampil di SEA Games 2023 Kamboja.
Tiga cara yang dipakai Indra sejak 2011, kembali diaplikasikan. Indra tetap blusukan, tetapi lewat cara meminta rekomendasi pelatih-pelatih Liga 3, Liga 2, dan Liga 1 untuk diseleksi.
Filosofi Pepepa juga kembali dipakai. Kata-kata "pendek pendek panjang" selalu diteriakkan Indra dalam pemusatan latihan. Urusan membangun mentalitas tak dimungkiri Indra kian ahli.
Lantas apa yang berbeda dari tiga fase sebelumnya? Kecakapan Indra merancang periodisasi latihan dan kematangan strategi. Taktik Indra untuk menumpas Vietnam dan Thailand tidak sama.
Secara usia Indra makin matang sebagai penyusun program. Ia juga tak tabu menyerap ilmu dari siapa saja, termasuk dari Luis Milla dan Shin Tae Yong, tanpa menanggalkan idealismenya sendiri.
(abs/har)