TESTIMONI

Agus Prayogo: Cerita Demam Demi Emas Ketujuh SEA Games

Agus Prayogo | CNN Indonesia
Rabu, 24 Mei 2023 19:02 WIB
Agus Prayogo bercerita tentang perjuangan meraih medali emas SEA Games 2023 dari cabor marathon yang penuh liku.
Raihan medali emas ini jadi yang ketujuh buat Agus Prayogo selama berpartisipasi di SEA Games. (REUTERS/JEREMY LEE)

Sebenarnya dari Kemenpora saya tidak ditarget medali emas. Alasannya di SEA Games sebelumnya kan saya ada di posisi perak, hanya menempati peringkat dua.

Pesimisme juga menghinggapi saya. Dari data-data yang ada, ada sedikit pesimisme mengingat dari segi catatan waktu, rival-rival tanding saya lebih bagus.

Akan tetapi semua pesimisme itu akhirnya sirna di Kamboja. Saya meyakini apapun bisa terjadi dengan kondisi cuaca yang ekstrem dan alhamdulillah keyakinan saya itu terbukti.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati meraih emas, dari data catatan, dari data prestasi saya, catatan waktu saat latihan di Bandung lebih bagus ketimbang saat lomba di Kamboja.

Di SEA Games ini catatan waktu memang jelek sekali, tapi enggak jadi masalah karena di SEA Games bicara medali, bukan catatan waktu. Ini juga jadi medali emas kedua saya dari cabang olahraga maraton setelah SEA Games 2017.

Satu yang pasti raihan tujuh emas di SEA Games ini tidak pernah ada dalam bayangan saya sebelumnya saat masih kanak-kanak.

Tidak pernah sama sekali saya punya orientasi ke sana. Prinsip yang saya pegang sejak dulu ya coba memberikan yang terbaik saja.

Saya mulai berlatih lari saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar, sekitar tahun 1995 saat tinggal bersama nenek di Magelang, Jawa Tengah. Di situ saya mulai juara dari tingkat pelajar hingga ke level nasional.

Sarana pendukung untuk menjadi seorang atlet di masa kanak-kanak ketika itu masih sangat minim. Apalagi olahraga lari belum sepopuler sekarang.

Mencari apparel susah sekali. Di awal-awal, saya lari tanpa alas kaki dan belum mengenal lintasan juga.

Saya latihan lari di jalan raya tanpa alas kaki. Kaki lecet dan kapalan itu sudah seperti teman sehari-hari.

Pelari elit Indonesia Agus Prayogo mengikuti lomba lari Mandiri Jakarta Marathon 2015 kategori Full Marathon di kawasan Menteng-Kuningan, Jakarta, Minggu (25/10). Sebanyak 15 ribu peserta Jakarta Marathon 2015 itu terbagi dalam empat kategori, Full Marathon yang diikuti dua ribu pelari, kategori Half Marathon diikuti empat ribu pelari, kategori 10K diikuti enam ribu pelari, dan kategori 5K diikuti tiga ribu pelari. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/aww/15.Agus Prayogo sudah menekuni dunia balap lari sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)

Tantangan saat latihan ya seperti itu. Sekitar dua tahun saya latihan tanpa alas kaki, saat kelas 5 sampai 6 SD. Baru pas masuk SMP saya sudah tahu soal sepatu yang bisa digunakan untuk berlatih lari.

Prinsip yang saya pegang itu akhirnya mengantarkan saya masuk pelatnas atletik tahun 2009. Awal masuk pelatnas sempat nggak percaya diri tetapi berkat konsistensi dan giat berlatih perlahan membuahkan hasil

Tahun 2009 saya berhasil menyumbangkan medali emas untuk pertama kalinya di ajang SEA Games dari nomor 10 ribu meter. Pada SEA Games 2011, saya dapat dua medali emas. Berlanjut lagi terus dari SEA Games ke SEA Games sampai sekarang.

Saya memang memulai karier sebagai atlet lari dari jarak menengah. Seiring berjalannya waktu, semakin bertambahnya usia, di atletik itu jaraknya bertambah.

Pas juara SEA Games di nomor 5000 meter, 10 ribu meter, kecepatan menurun juga saat bertambahnya usia. Pelari akan kalah cepat dari atlet yang lebih muda, namun saat bertambahnya usia daya tahan seorang atlet itu akan lebih bagus.

Maka dari itu dengan usia saya yang hampir menginjak 40 tahun, saya lebih cocok di nomor maraton. Kalau saya dipaksakan di nomor 5000 meter pasti saya akan kalah cepat dari yang muda-muda.

Kini dengan usia yang sudah tidak muda lagi, saya pikir akan main di satu ada dua SEA Games lagi lah. Sekarang junior-junior saya sudah banyak yang mulai bagus. Andaipun harus gantung sepatu sekarang, istilahnya tidak lagi khawatir karena memang sudah ada yang siap yang meneruskan.

Saya juga merasa beruntung jadi salah satu anggota TNI. TNI memberikan support kepada anggotanya yang berprestasi.

Kesatuan tempat saya berdinas juga memberikan kesempatan kepada saya untuk tetap berprestasi bersama Indonesia. Saya diberikan dispensasi untuk terus berlatih dan fokus bergabung mengikuti pelatnas.



(jal)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER