Saya pertama kali bertemu dengan coach Indra Sjafri tahun 2012 saat ikut kursus kepelatihan C AFC di Bea Cukai, Jakarta. Saya ada di sana sebagai salah satu peserta dan coach Indra merupakan instruktur yang membawakan materi mengenai youth development.
Disela-sela kursus saya didatangi, diajak ngobrol oleh coach Indra. Dia bertanya apakah saya bersedia membantu beliau di Timnas Indonesia U-19.
Saya tidak menyangka dapat ajakan tersebut apalagi sebetulnya kan belum kenal juga dengan coach Indra. Sempat bertanya-tanya juga kenapa saya yang dari segi pengalaman masih minim, padahal kan banyak pelatih-pelatih yang lain lebih pengalaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat mendapatkan ajakan itu saya masih terikat kontrak sebagai asisten pelatih di PSIS. Kemudian saya minta coach Indra untuk minta izin kepada manajer tim PSIS yang pada akhirnya tidak melepas saya.
Selang beberapa bulan, petinggi PSIS memberikan saya lampu hijau untuk mengabdi sebagai asisten pelatih Timnas Indonesia U-19. Begitu izin didapatkan, saya telepon coach Indra, saya katakan "Apakah Pak Indra masih membutuhkan saya?" dan beliau ternyata masih menunggu saya. Dalam hati saya bilang berarti ini jalan nasib he..he..he
Saya mulai bergabung sebagai staf pelatih Timnas Indonesia U-19 saat seleksi tim di Universitas Negeri Yogyakarta. Saya masih bolak-balik waktu ke klub dan juga Timnas U-19.
Kemudian PSIS tidak lolos 12 besar Divisi Utama. Saya kembali ke Timnas U-19 lalu setelahnya saya terus bersama tim ini sampai bisa lolos ke Piala Asia U-19 2014.
Momen kedua bekerja sama dengan coach Indra datang juga saat mengikuti kursus kepelatihan. Kali ini saya tengah mengikuti kursus B AFC di Sawangan, kalau tidak salah itu tahun 2015.
Coach Indra menelpon saya. Dia bilang "Ko, bantu saya di Bali United". Waktu itu saya sudah mau tanda tangan kontrak, mau pulang kampung ke Semarang. Itu terjadi bersamaan dan pada akhirnya saya langsung berangkat ke Bali jadi staf pelatih membantu coach Indra.
Dua tahun setelah itu coach Indra dipanggil ke Timnas U-22. Saya disuruh coach Indra dan pemilik Bali United untuk tetap tinggal di Bali saja dulu dan sampai 2019 saya bertahan di sana.
Begitu saja bekerja di Persis Solo, coach Indra mengajak saya untuk membantu dia untuk kali ketiga sebagai asisten pelatih. Coach Indra telepon saya, ya tidak pakai lama saya langsung mengiyakan. Pemilik Persis juga memberikan dukungan penuh jadi saya langsung berangkat ke Jakarta.
Pekerjaan sebagai asisten pelatih di Timnas U-22 pun terasa agak berbeda dari sebelumnya. Kami [saya, Bima, dan Kurniawan] reuni tetapi kali ini sebagai asisten pelatih.
Kami sudah mengetahui karakter satu sama lain, pernah beberapa tahun bersama di Italia dan pernah main bersama juga. Setelah pernah main bersama kini kami dipertemukan sebagai pelatih. Kami dekat antara satu dengan yang lain dalam waktu yang lama sekali.
Jika pun ada perbedaan-perbedaan di antara kami itu bukan masalah karena kami sudah saling mengenal. Termasuk pengalaman yang kami punya karena kami kan pernah ngalamin kayak pemain Timnas U-22 juga, bermain di SEA Games dan jadi pemain tim nasional.
Bekerja bersama coach Indra juga sebuah pengalaman yang menyenangkan. Beliau berpengalaman di timnas kelompok umur, punya banyak ilmu, tegas, berkarisma, dan seorang yang pintar mengatur staf yang mendukung pekerjaannya.
Kalau soal kena marah ya itu suatu hal yang biasa, kadang pelatih ketika tegang yang bisa terjadi seperti marah-marah itu. Beliau ini pelatih yang bisa merangkul semuanya, terutama asisten pelatih.
Kemampuannya dalam bekerja sama juga luar biasa. Coach Indra kasih kesempatan pada kami yang usianya lebih muda untuk memberikan masukan. Kan tidak semua pelatih seperti itu. Terlebih waktu pertama kali saya jadi asisten pelatih tahun 2013, saat masih berusia 38 tahun.
Sekarang setelah plong membantu Indonesia juara SEA Games 2023 saya memutuskan bergabung ke PSIS. Kontrak saya bersama Persis sebenarnya hingga tahun 2025 dan saya masih kursus kepelatihan lisensi Pro AFC.
Namun saya minta izin ke pemilik klub, saya izin ingin lebih dekat dengan keluarga. Saya izin untuk pulang kampung, alhamdulillah tenaga saya saya dibutuhkan PSIS sebagai manajer yang merangkap asisten pelatih.
Semoga kehadiran saya di PSIS bisa ikut membantu tim mengukir prestasi di kompetisi Liga 1 musim depan yang tentu saja tidak akan mudah.