TESTIMONI

Gendut Doni: Arti di Balik Nama Si Top Skor Piala Tiger

Gendut Doni Christiawan | CNN Indonesia
Rabu, 19 Jul 2023 19:21 WIB
Gendut Doni Christiawan membagikan cerita kisah hidup dan perjuangannya menembus Diklat Salatiga hingga masuk Timnas Indonesia.
Gendut Doni Christiawan pernah jadi andalan Timnas Indonesia. (AFP/PORNCHAI KITTIWONGSAKUL)
Jakarta, CNN Indonesia --

Saya Gendut Doni Christiawan, mantan pesepakbola yang pernah berkesempatan membela Timnas Indonesia dan sejumlah klub profesional.

Nama depan saya yang tak biasa 'Gendut' sering kali mengundang pertanyaan. "Nama asli atau sekadar julukan?", "Kok badan gendut bisa jadi pemain bola?", Begitu kira-kira pertanyaan banyak orang.

Ada cerita unik di balik nama tersebut. Sebenarnya saya terlahir dengan nama Doni Christiawan. Tapi saat kecil saya sakit-sakitan karena masalah di paru-paru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kakek saya minta tambahkan nama 'Gendut' di depan nama lahir dan diamini ayah dan ibu. Kepercayaan orang Jawa dulu ya begitu. Orang tua saya nuruti saja saran dari kakek.

Saya ingat, setelah ganti nama saya sering dibawa ke pantai untuk dimandikan air laut. Ya orang tua zaman dulu masih ada tradisi begitu lah ya.

Vietnamese soccer player Tran Quan Huy (R) battles for the ball with Indonesia soccer player Gendut Christiawan (L) during Tiger Cup 2000 match in Bangkok on 16 November 2000.  Vietnam draw with Indonesia 1-1 in half time.    AFP PHOTO/Pornchai KITTIWONGSAKUL (Photo by PORNCHAI KITTIWONGSAKUL / AFP)Gendut Doni Christiawan sakit-sakitan ketika masih kanak-kanak. (AFP/PORNCHAI KITTIWONGSAKUL)

Artinya mungkin sehat dan bugar. Tapi katanya sih beneran saya enggak sakit-sakitan lagi setelah ganti nama. Alhamdulillah itu jadi nama keberuntungan saya.

Saya berterima kasih ke almarhum kakek yang memberikan nama itu. Saya percaya nama adalah sebuah doa dan harapan.

Kalau dulu itu hanya sebuah nama, karena postur saya tidak pernah gendut mulai anak-anak sampai jadi pesepakbola profesional. Nama itu juga membuat saya gampang dikenal banyak orang.

Kalau sekarang orang lihat di jalan mungkin sudah beda, ya. Perut saya sudah gendut beneran. Hehehe...

Saya terlahir di keluarga sepak bola. Ayah saya adalah mantan pemain bola dan juga atlet lari. Setelah pensiun ayah banting setir jadi pelatih di SSB Manunggal, klub milik perusahaan tekstil di Salatiga, PT Damatex Dayatiga Manunggal.

Mau tak mau, saya dan dua kakak saya, Nugroho Adiyanto dan Deftendi, ikut SSB Manunggal. Kami bertiga dilatih langsung ayah baik di rumah maupun di SSB.

Kecintaan terhadap sepak bola terus berlanjut. Bahkan kami punya cita-cita yang sama untuk masuk Diklat Salatiga sebagai pembuka jalan jadi pesepakbola profesional.

Berdarah-darah Masuk Diklat Salatiga

Dua kakak saya lebih dulu lulus seleksi Diklat Salatiga yang bisa dibilang sebagai salah satu diklat terbaik di Indonesia. Banyak bintang lahir di sini.

Kakakku, Nugroho, sekali seleksi langsung lolos. Dia satu angkatan dengan Kurniawan Dwi Yulianto, Kurnia Sandi, dan Supriyono. Deftendi juga lolos seleksi dan bergabung bersama Tugiyo yang akhirnya jadi pemain legenda PSIS Semarang.

Berbeda dengan jalan cerita dua kakak saya yang langsung lolos, perjuangan saya bisa dibilang harus berdarah-darah dulu. Tiga kali saya gagal lolos seleksi. Pertama karena patah tangan, kedua 'dikalahin' pemain titipan, ketiga karena harus membela klub junior Salatiga, PSISA di sebuah turnamen.

Saya sempat down. Apa iya saya benar-benar tidak layak masuk Diklat Salatiga seperti dua kakak saya? Sampai kakak saya Deftendi bilang: "Kalau kamu enggak lulus lagi di seleksi keempat, saya yang mundur. Wong kamu bagus, kok."

Legenda sepak bola Indonesia Gendut Doni Christiawan, top skor Piala Tiger 2000. (Arsip Gendut Doni Christiawan)Gendut Doni melalui perjuangan yang tidak mudah untuk menjadi pemain profesional. (Arsip Gendut Doni Christiawan)

Mulai dari situ saya semangat lagi dan mencoba jalani tes keempat. Alhamdulillah kali ini lolos. Saya bangga sekali karena termasuk tujuh orang terpilih masuk Diklat Salatiga dari 300 pemain muda yang ikut seleksi.

Seleksi Diklat Salatiga memang dikenal ketat. Tesnya seperti standar masuk mau angkatan. Mulai di tes fisik dulu selama satu minggu: lari, push up, sit up, semuanyalah. Baru terakhir teknik. Bersyukur banget bisa lolos.

Tiga tahun di Diklat Salatiga membuat skill dan mental bermain saya bertambah. Saya juga bersyukur bisa bertemu dengan pelatih John Osok yang jasanya tak akan pernah saya lupakan. Motivasi dia, semangat, dan kebaikannya bikin kami percaya diri menatap masa depan.

Gemblengan keras di Diklat Salatiga membentuk saya jadi pemain yang lebih lengkap. Skill bertambah, mental meningkat, dan percaya diri melawan tim manapun.

Saya dan beberapa pemain Diklat Salatiga mendapat kesempatan membela Timnas Pelajar Asia dan Pra-Olimpiade.

Tahun 1998, saya sempat dikontrak sebagai pemain pinjaman PSIS Semarang yang saat itu berlaga di Liga Champions Asia. Namun kebersamaan saya dengan klub idola saya saat kecil hanya sebentar.

Pada 1999 saya menerima tawaran Persijatim yang saat itu banyak diperkuat pemain muda dari diklat-diklat se-Indonesia. Ini merupakan klub profesional pertama saya untuk tampil di kompetisi kasta tertinggi. Meski masih muda, saya sudah lumayan banyak bikin gol di Persijatim dalam semusim.

Baca di halaman selanjutnya>>>

Momen Terbaik di Piala Tiger

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER