Ketika Pep Guardiola ngotot merekrut Erling Haaland dari Borussia Dortmund, beban berat ada di pundak penyerang asal Norwegia itu. Pasalnya Haaland harus bisa menggantikan posisi Sergio Aguero yang sudah bertahun-tahun konsisten mencetak banyak gol untuk Manchester City.
Bukan tugas yang mudah tentunya. Terlebih Haaland belum pernah merasakan sulitnya bermain di Premier League, yang disebut-sebut sebagai liga sepak bola terberat di dunia.
Beruntung bagi Haaland, Man City merupakan klub impian semua penyerang nomor 9. Kehadiran pemain seperti Kevin De Bruyne, Jack Grealish, Bernardo Silva, dan Phil Foden memungkinkan seorang penyerang tengah bisa mendapat banyak peluang dalam satu laga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu mindset pola permainan Guardiola adalah menyuplai umpan matang ke penyerang tengah sebanyak mungkin.
Itu salah satu kunci sukses Haaland bisa mencetak 52 gol bersama Man City musim lalu. Mungkin pemain seperti Harry Kane juga tidak akan kesulitan mencetak banyak gol jika bergabung dengan The Citizens.
Haaland merupakan pemain yang efisien di depan gawang lawan. Ditambah postur tubuh dan kekuatan lari yang bagus, Haaland bisa dengan mudah mencetak gol menggunakan kedua kaki dan kepalanya.
Tapi bukan tidak mungkin Haaland akan flop di musim keduanya. Salah satu faktor yang bisa membuat hal itu terjadi adalah kondisi tubuh. Di pengujung musim lalu Haaland sempat mengalami cedera dan sedikit mempengaruhi performanya.
Guardiola tentunya harus dengan pintar memutar strategi untuk menjaga performa Haaland. Melakukan rotasi lebih sering dengan memanfaatkan Julian Alvarez sebagai pengganti bisa jadi opsi.
Satu yang pasti, jika tidak bisa tampil lebih bagus musim ini, Haaland akan tetap jadi lumbung gol bagi Man City. Secara statistik, Haaland selalu konsisten setidak mencetak minimal 20 gol di liga dalam tiga musim terakhir.
(har)