Daya Pikat Panjat Tebing: Prestasi, Diangkat PNS, dan Mudah Kuliah
Prestasi panjat tebing yang moncer pada satu dekade belakangan membuat peminat olahraga panjat tebing membeludak.
Peminat ini bukan sekadar penghobi yang ingin bugar dengan olahraga panjat tebing, tapi juga datang dari minat-minat anak muda berpotensi.
Joko Sugianto, pemilik Jogjakarta Climbing Club (JCC) dan Ook Boulder Gym (OBG) di wilayah Sleman, Yogyakarta, membenarkan meningkatnya minat masyarakat terhadap olahraga panjat tebing ini.
Landasan utama dari tingginya minat masyarakat terhadap panjat tebing adalah dampak positif jika berhasil meraih prestasi.
"Sekarang ini antusiasnya banyak. Orang tua sudah pada mengerti, karena dari prestasi panjat tebing mereka tahu, masuk ke sekolah bisa lebih mudah. Masuk kuliah dipermudah," ujar Joko Sugianto kepada CNNIndonesia.com.
Joko yang akrab disapa Ook mengatakan baru-baru ini dia diminta menyeleksi calon mahasiswa di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta yang akan mendapatkan beasiswa penuh karena dianggap berpotensi berprestasi di panjat tebing.
"Sekarang itu panjat tebing sudah dilihat sama pemerintah daerah, stakeholder yang lain, sponsorship juga banyak. Jadi orang tua sudah banyak yang mengerti," tutur Ook.
"Anak-anaknya yang masih kecil saja, orang tuanya sudah ingin anaknya langsung ke [level] prestasi. Saya bilang enggak bisa, nanti anaknya jenuh, lalu ototnya gak kuat. Nanti saja di umur 12 tahun ke atas bisa ditingkatkan untuk ke prestasi," ucap Ook menambahkan.
Iming-iming bonus besar dari pemerintah pusat, diangkat Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan gelimangan apresiasi lain saat berprestasi sebagai atlet nasional merangsang orang tua mendorong anaknya menjadi atlet panjat tebing.
"Sangat tahu [soal diangkat PNS], karena orang tua sudah mengerti kalau di event-event Porda, PON, SEA Games, saat menang dapat bonus. Kadang ada yang mengerti dapat pekerjaan dari situ. Jadi mereka berekspektasi anaknya ingin cepat-cepat berprestasi," kata Ook.
Sementara itu Dewan Penasihat Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Sapto Hardiono mengatakan melonjaknya peminat masyarakat, termasuk di daerah-daerah, terhadap panjat tebing mulai terlihat saat cabor ini meraih tiga medali emas pada Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang.
Panjat tebing makin populer ketika Aries Susanti Rahayu viral usai juara Piala Dunia Panjat Tebing IFSC 2018 di Chongqing, China.
Aries Susanti kembali melambungkan panjat tebing di Tanah Air dengan membuat rekor dunia lewat catatan waktu 6,99 detik saat juara Piala Dunia IFSC 2019 di Xiamen, China.
"Teman-teman [pengurus panjat tebing di daerah] akhirnya sempat kewalahan dalam membina juniornya karena minat yang membeludak dari masyarakat," tutur Sapto Hardiono kepada CNNIndonesia.com.
"Setelah itu, kami secara organisasi sangat terbantu dengan adanya publikasi gratis oleh media. Sehingga kami dengan mekanisme yang ada mendapatkan bibit unggul yang saat ini mulai muncul dan dibina secara berjenjang dari klub dan kota/kabupaten," kata Sapto.
Sapto memberikan gambaran dari meningkatnya minat masyarakat terhadap panjat tebing terlihat dalam perbandingan jumlah peserta Kejuaraan Junior sebelum 2018 dan 2019 serta setelahnya.
"Satu contoh mungkin ya, sebelum 2019 itu peminat khususnya atlet junior untuk kejurnas itu cukup minim. Minimal di bawah 100, tapi kemarin setelah kejuaraan nasional di Jakarta itu [peserta] di atas 150 semua. Kita cukup terkejut," ujar Sapto.
Di luar tingginya minat atlet, FPTI juga melihat perkembangan di sisi industri panjat tebing. Di mata Sapto, saat ini banyak muncul klub-klub panjat tebing, kemudian lokasi panjat tebing sebagai sarana rekreasi atau gym.
"Gym panjat tebing itu mulai berkembang di Jakarta. Selama 5 tahun terakhir ada tiga atau empat gym yang buka di Jakarta. Saya pikir itu juga dampaknya, ketika industri ini dilirik pengusaha bahwa olahraga ini bisa menjanjikan profit bagi mereka," ujar Sapto.