Selain jumlah gol Timnas Indonesia U-23 yang membuat puas mata, kinerja tiga gelandang pilihan Shin Tae Yong memperlihatkan sentuhan berbeda.
Maksudnya, berbeda dengan permainan Timnas Indonesia yang sehari sebelumnya menang 2-0 atas Turkmenistan. Permainan Timnas Indonesia di Surabaya kurang enak dilihat, tidak seperti U-23.
Marselino yang punya gocekan lihai, tendangan terukur, dan kecerdikan berpikir cepat, membuat lini tengah Garuda Muda hidup. Bisa dibilang pemain KMSK Deinze ini adalah ruh permainan tim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada saat yang sama Ivar memperlihatkan kelasnya sebagai pemain trah Belanda. Sentuhan pertamanya visioner dan umpan-umpan panjang serta terobosannya membuat lawan kewalahan.
Adapun Arkhan bisa menjadi box to box midfielder yang cakap. Pemain Arema FC ini seperti punya tabung oksigen tambahan saat bertanding. Ia selalu terlihat di arena mana saja permainan berjalan.
Karenanya tak mengherankan jika Marselino mencetak dua gol dan satu assist, serta Ivar menyumbang dua assist. Dua pemain ini tak hanya bekerja dengan keras, tetapi juga dengan cerdas.
Ketika gelandang baru masuk, Rayhan Hannan, daya ledaknya agak berkurang. Namun ini masih dalam batas kewajaran, sebab pemain Persija ini baru debut bersama Indonesia U-23 di laga tersebut.
Untuk posisi kiper, lini belakang, hingga depan, tak banyak celah yang tampak. Hanya soal chemistry antarpemain dan ego di kotak penalti saja yang belum terjalin dengan sangat baik.
Jika Penampilan Marselino, Jenner, juga Arkhan, banyak dipuji publik seusai laga, tidak demikian dengan Hokky Caraka. Aksi Hokky setelah mencetak gol disorot negatif oleh publik.
Selepas mencetak gol kedelapan Indonesia, Hokky berselebrasi dengan telunjuk kanan menutup lubang kuping dan telunjuk kiri tegak di depan bibir. Ini bisa diartikan, 'diam kalian.'
Hokky menikmati selebrasi itu, sampai mengabaikan ajakan tos dari Fajar Faturrahman. Entah kepada siapa selebrasi itu ditujukan, tetapi hal semacam ini bisa mereduksi.
(nva)