Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Indonesia U-17 mendapat jalan mewah agar bisa berbicara di pentas Piala Dunia U-17 2023 yang akan berlangsung di empat kota pada November-Desember nanti.
Garuda Asia, begitu Timnas Indonesia U-17 disebut, menyambut Piala Dunia U-17 2023 dengan tergopoh. Ini karena FIFA menetapkan Indonesia sebagai tuan rumah setelah Peru mundur.
FIFA mengumumkan status tuan rumah tersebut pada 24 Juni 2023. Pada hari yang sama Ketua Umum PSSI Erick Thohir langsung menetapkan Bima Sakti Tukiman menjadi nahkoda utama Indonesia U-17.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bima langsung membentuk tim kepelatihan dan mendata pemain yang akan dipanggil. Pada 9 Juli atau dua pekan setelah ditetapkan sebagai pelatih, latihan perdana dilangsungkan di Senayan, Jakarta.
Ketika itu ada 34 pemain yang dipanggil. Jumlah ini dianggap masih kurang. Sebagai jalan keluar PSSI menggelar seleksi nasional di 12 kota. Pada saat yang sama pemain diaspora juga dipanggil.
Seleksi ini dilakukan karena kompetisi usia muda tidak berjalan secara konsisten. Elite Pro Academy U-16 pada 2023 belum berlangsung. Ajang ini terakhir kali digelar pada 2019. Itu pun dengan durasi singkat.
Dari seleksi selama dua pekan lebih ini ada lima pemain yang lolos, plus satu diaspora. Pemain ini akan bersaing untuk masuk daftar yang akan mengikuti pemusatan latihan di Jerman.
Iqbal Gwijangge dan kawan-kawan dijadwalkan berangkat ke Jerman pada 16 September. Jerman dipilih sebagai lokasi karena konsultan pelatih yang didatangkan PSSI untuk Indonesia U-17, Frank Wormuth, juga dari Jerman.
Ada peran pemerintah dalam pemusatan latihan ini. Dalam hal ini Kemenpora menggelontorkan dana hingga Rp399,5 miliar untuk penyelenggaraan Piala Dunia U-17 2023, termasuk dana untuk persiapan.
Gerak cepat PSSI dengan menunjuk Bima, menjalankan TC, menggelar seleksi nasional, menunjuk konsultan pelatih, hingga mendorong dana dari pemerintah segera cair, jadi jalan mewah bagi Timnas Indonesia U-17.
Memang semua kinerja cepat ini belum menjamin prestasi di Piala Dunia U-17 2023, tetapi jalurnya dirintis dengan baik. Harmonisme seperti ini harus terus diperlihatkan PSSI.
Analisis bersambung ke halaman kedua >>>
Saat PSSI dan pemerintah dapat impresi positif atas langkah-langkah yang dilakukan, tidak demikian dengan tim kepelatihan Timnas Indonesia U-17. Tidak sedikit publik meragukan kapasitas mereka.
Saat ini Indonesia U-17 ditangani Bima Sakti bersama Indriyanto Nugroho, Firmansyah, Ilham Romadhona, dan Kurnia Sandy. Mereka adalah pelatih-pelatih muda yang dulunya sempat membela Timnas Indonesia.
Meski belum punya nama beken sebagai pelatih, mereka ini sudah malang melintang di sepak bola usia muda. Namun, yang namanya menangani Timnas, termasuk di usia muda, pencapaian selalu jadi ukuran. Setidaknya itu yang diinginkan sebagian netizen.
Selama masa persiapan dalam dua bulan, Juli dan Agustus, tiga pertandingan internasional digelar. Hasilnya Indonesia U-17 kalah dari Barcelona Juvenil A, Kashima Antlers, dan Korea Selatan U-17.
Pendapat publik, yang itu tergambar di media sosial, permainan Indonesia U-17 dianggap belum meyakinkan. Bukan hanya soal kekalahannya, tetapi permainannya dinilai biasa-biasa saja.
Bagi Bima, Indriyanto, Ilham, Firmansyah, dan Kurnia, ini situasi yang kiranya positif. Tekanan dari publik ini bisa membuat mereka 'melek' bahkan 'melotot' dalam melakukan persiapan.
[Gambas:Video CNN]
Mereka ini tentu sudah biasa ditekan saat masih menjadi pemain. Dulu, mungkin, mereka dibela pelatih saat dianggap main jelek, tetapi kini mereka yang menanggung beban kritik bahkan hujatan publik.
Pemusatan latihan di Jerman selama September-Oktober, harus dimanfaatkan Bima dan kawan-kawan dengan maksimal. Prestasi usia muda memang belum dianggap penting, tetapi wajah Indonesia ada di tangan mereka.
Jika bisa meramu skuad Indonesia U-17 hingga tampil solid, indah, determinatif, dan eksplosif, kritik kepada mereka akan berkurang. Ini akan jadi jalan menapaki karier lebih mentereng.
Terlepas dari itu, PSSI harus menggelar kompetisi usia muda. Elite Pro Academy U-15 hingga U-20 harus digelar rutin dengan durasi yang panjang. Inilah jalan sukses sepak bola: kompetisi usia muda.
Karena itu jalan mewah yang dibangun PSSI bersama pemerintah untuk Piala Dunia U-17 2023 ini hanya akan menjadi bayangan kecil. Jalan mewah yang sesungguhnya adalah kompetisi usia muda berjenjang.