Tahun demi tahun berlalu, Jonatan Christie kini sudah menginjak usia 26. Usia tersebut melepaskan Jonatan dari label 'pemain masa depan' dan sebutan-sebutan yang serupa maknanya.
Emas Asian Games 2018 memang jadi titik tolak Jonatan. Setelah merebut emas fenomenal tersebut, harapan besar makin diarahkan pada Jonatan.
Dari segi konsistensi permainan, Jonatan mulai bisa menapak naik dan masuk ke posisi 10 besar. Jonatan bahkan berhasil duduk di posisi nomor dua dunia meskipun ia belum bergelimang gelar-gelar besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena itulah keberhasilan Jonatan merebut tiga gelar di tahun ini plus pemecahan kutukan dengan merebut gelar Super 500 dan Super 750 adalah titik penting dalam karier Jonatan saat ini.
Jonatan akhirnya bisa melepas sebuah beban berat yang sudah mengiringinya selama bertahun-tahun. Beban bernama sensasi sesaat Asian Games 2018 lantaran Jonatan tak kunjung meraih gelar-gelar besar setelah lima tahun berlalu dari prestasi akbar miliknya tersebut.
Dalam keberhasilan Jonatan memecahkan kutukan dan beban tersebut, langkah Jonatan tak benar-benar mulus. Ia malah kerap kali dapat kritikan tajam seiring kegagalan-kegagalan yang didapat.
Hal yang paling mencolok dalam kritikan-kritikan terhadap Jonatan adalah Jonatan kerap kali membuang keunggulan dan ketidakmampuan Jonatan untuk segera bangkit di tengah situasi pertandingan yang sedang menyulitkan. Jonatan seolah lebih sering larut dalam kebingungan saat keunggulan miliknya mulai dikikis satu per satu oleh lawan.
Duel lawan Chou Tien Chen di Denmark Open dan laga lawan Lee Zii Jia di Kejuaraan Dunia jadi salah satu contoh saat Jonatan sempat unggul, tersusul, kemudian tak berdaya untuk secepatnya bangkit mengejar ketinggalan.
Jonatan tidak boleh terus terjebak dalam pola pikir dan kondisi psikologis seperti itu. Ia harus bisa lepas dari bayang-bayang kegagalan bila kembali dihadapkan pada momen saat keunggulan besar miliknya terbuang.
Jonatan harus fokus pada hal-hal yang jadi keunggulan dalam dirinya, misalnya dalam hal stamina. Jonatan punya rekor 16 laga tak terkalahkan pada duel yang berlangsung selama tiga gim di 2023.
Poin-poin kekuatan itu yang harus jadi pondasi pemikiran Jonatan. Ketika situasi di lapangan sedang tidak menguntungkan, ia tak boleh larut dalam penyesalan dan perenungan akan kegagalan sebelumnya melainkan fokus pada hal-hal yang bisa jadi senjata.
Kritikan yang mengalir deras untuk Jonatan di tahun tersukses dalam kariernya di 2023 bisa jadi sebuah pertanda. Bahwa ekspektasi terhadap Jonatan makin tinggi seiring pencapaian prestasi yang lebih baik di tahun-tahun sebelumnya, juga sebagai pengingat bahwa usianya sudah masuk kategori matang.
Pada tahun 2023 sejauh ini, Jonatan seperti berdiri di dua sisi. Sisi pertama adalah saat ia berdiri di tempat yang diinginkan banyak orang yaitu podium tertinggi, sedangkan sisi kedua adalah saat ia terjerembab pada kegagalan di babak-babak awal.
Dengan pola pikir yang lebih mantap soal kepercayaan diri di lapangan, rasanya Jonatan akan punya peluang untuk lebih berdiri pada sisi yang berhiaskan kemenangan.