Babak pertama bikin ngantuk, tapi babak kedua, Timnas Indonesia U-17 membuat mata melotot saat melawan Panama di Piala Dunia U-17 2023, Senin (13/11).
Garuda Asia mengawali pertandingan dengan lambat. Tidak seperti melawan Ekuador yang langsung menekan, Iqbal Gwijangge dan kawan-kawan memilih bermain menunggu.
Dalam situasi itu, disiplin posisi dan penjagaan area terlihat menonjol. Formasi segitiga saat menjaga lawan bisa dijalankan pemain dengan baik dan konsisten.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gelombang pergerakan dari kiri ke kanan dan sebaliknya pun berjalan baik. Seperti melihat ombak di bibir pantai, pemain Indonesia U-17 bisa menciptakan gelombang estetik.
Setelah pertandingan berjalan 20 menit, garis pertahanan dinaikkan. Pemain mulai atraktif melakukan serangan lewat sisi sayap, dari pos yang diisi Riski Afrisal atau Jehan Fahlevi.
Namun itu hanya bertahan lima menit saja. Setelahnya anak-anak Indonesia U-17 kembali main sabar, menunggu. Monoton sekali caranya. Pola ini membuat mata mengantuk.
Sepanjang babak pertama pemain Indonesia U-17 hanya melepas 175 umpan dengan jumlah akurat 142. Pada saat yang sama Panama melepas 258 umpan (236 akurat).
Apalagi para pemain kerap melakukan salah umpan. Salah umpan ini pula yang akhirnya membuat gawang Indonesia dibobol Panama pada menit ke-45 plus tiga, karena blunder Iqbal.
Pada babak kedua, gaya main Indonesia beda. Setelah Amar Brkic dan Nabil Asyura masuk, intensitas permainan dinaikkan. Indonesia U-17 langsung main menekan.
Bermain intensitas tinggi, terbukti membuat Panama kewalahan. Arkhan Kaka akhirnya menyamakan kedudukan dengan sundulan pada menit ke-54, memanfaatkan assist Welber Jardim.
Gol ini membuat seisi Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya bergemuruh. Saat pemain Panama menguasai bola, suporter melakukan teror dengan yel-yel dan teriakan.
Pada 15 menit menuju akhir pertandingan, pemain Panama mulai terlihat kepayahan. Saat ada jeda pemain cedera atau bola keluar, beberapa pemain memegangi lutut. Saat yang sama pemain Indonesia tegak.
Ini kontras dengan wajah Indonesia U-17 saat melawan Ekuador. Ketika itu pemain banyak yang keram, bahkan sampai harus ditarik keluar karena sudah tidak optimal.
Sayangnya, pertandingan ini harus berakhir imbang 1-1. Kendati demikian Bima Sakti berhasil meracik manajemen fisik yang jitu, sehingga Timnas Indonesia tak kelelahan di lapangan.