Setelah pertandingan melawan Irak, esok paginya pemain langsung terbang ke Manila. Perjalanan dari Basra ke Manila juga panjang. Pemain baru sampai di Manila pada keesokan paginya.
Setelah perjalanan panjang, lapangan Stadion Rizal Memorial dinilai kurang baik. Bukan soal rumput sintetis yang dipersoalkan Sumardji, melainkan soal kualitas lapangan yang sudah kurang layak.
"Kalau dari mata saya melihat dan hati saya, apa namanya melihat kondisi, kondisi lapangan itu [bikin] mengelus dada gitu. Mohon maaf nih, saya bukan saya membela anak-anak, tidak," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak membela coach Shin. Tidak. Kita dari Irak itu langsung ke Filipina itu transit saja enam jam. Bayangkan coba. Jadi kita dari berangkat pagi, ketemunya itu pagi lagi," ujar Sumardji mengisahkan.
Selepas pertandingan melawan Filipina, kondisi pemain disebut Sumardji banyak mengalami lecet-lecet. Tidak ada pemain yang tidak mengalami lecet. Ini terjadi karena kualitas lapangan yang kurang baik.
"Kondisi lapangan, aduh ya, kalau menurut saya mohon maaf enggak layak begitu. Satu, sintetis. Oke enggak apa-apa sintetis. Kedua, lapangannya licin, itu. Yang ketiga, sudah licin, gampang jatuh."
![]() |
"Kalau jatuh, luka juga. Saya itu sampai kasihan. Baru kali itu saya melihat pemain bola 11 dimainkan hanya satu yang tidak luka, kiper saja. Yang 10 semuanya luka. Ini kan ya, mohon maaf," kata Sumardji.
Lelaki yang juga Manajer Timnas Indonesia ini jujur mengungkap hal ini bukan untuk pembenaran. Sumardji hanya ingin publik melihat kisah di balik penampilan kurang efektif pemain di dua laga tersebut.
"Ini saya sampaikan supaya juga jangan terlalu mem-bully anak-anak. Anak-anak sudah mati-matian berjuang. Mereka mati-matian membela negara ini tapi ya terus jangan masyarakat mem-bully yang berlebihan."
"Tapi, yang harus kita ingat bahwa memang semua itu perlu tekanan. Koreksi kepada individu pemain boleh-boleh saja. Silakan," ucap lelaki yang juga menjabat di Korlantas Polri tersebut.