Momok utama Mali dalam pertandingan Piala Dunia U-17 2023 adalah kartu merah. Saat ada pemain yang diusir karena kartu merah, soliditas melemah.
Itulah yang membuat Spanyol dan Prancis bisa mengalahkan Mali. Sebelum ada kartu merah, dua tim asal Eropa ini kurang bisa berkutik di dalam garis pertahanan Mali.
Karenanya kartu merah tak ingin lagi jadi momok. Pemain Mali diinstruksikan tampil lebih sabar. Pergerakan lawan tak perlu dihalau dengan gangguan keras. Cukup dengan menjaga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu keunggulan utama Mali U-17 asuhan Soumaila Coulibaly adalah penguasaan bola dan penjagaan wilayah. Pemain Mali sangat disiplin menjaga teritorinya.
Saat lawan menguasai bola, minimal dua pemain melakukan pengawalan dengan satu pemain lainnya mendukung dan mengawasi. Ini yang membuat lawan-lawan Mali kewalahan.
Akan tetapi, Mali juga lemah dalam antisipasi bola-bola mati. Dua gol Prancis di babak semifinal adalah buktinya. Jika ini tak bisa diantisipasi, Argentina berpeluang meraih kemenangan.
Apalagi Argentina punya beberapa pemain yang andal dalam urusan bola mati, utamanya tendangan bebas. Adapun skema tendangan penjuru Argentina juga cukup presisi.
Mengingat kedua tim sama-sama kuat penguasaan bola, pertarungan lini tengah tak akan terhindarkan. Kematangan gelandang akan menjadi kunci sukses.
Hamidou Makaluo merupakan sosok kunci Mali. Pada saat yang sama Argentina mengandalkan peran vital Valentino Acuna. Kedua pemain akan bekerja keras.
Mali niscaya pula sudah menyiapkan serum anti Echeverri dan Ruberto. Adapun pemain lini depan Mali yang pergerakannya harus diantisipasi Mali tak lain dan tak bukan adalah Ibrahim Kanate.
Siapakah yang paling bisa menciptakan harmoni dalam perebutan peringkat ketiga Piala Dunia U-17 2023 ini berpeluang jadi pemenang. Kutub Afrika versus Latin akan unjuk keindahan.
(jun)