WAWANCARA EKSKLUSIF

Pramudya Kusumawardana: Saya Tertekan dan Dilanda Cemas Sepanjang 2023

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Kamis, 21 Des 2023 11:32 WIB
Pramudya Kusumawardana memutuskan mundur dari Pelatnas Cipayung PBSI di pengujung 2023. Berikut wawancara CNNIndonesia.com dengan Pramudya.
Pramudya Kusumawardana memutuskan meninggalkan Pelatnas Cipayung di akhir 2023. (AFP/JAM STA ROSA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pramudya Kusumawardana memutuskan mundur dari Pelatnas Cipayung PBSI di pengujung 2023. Berikut wawancara CNNIndonesia.com dengan Pramudya.

Pramudya memutuskan mundur dari Pelatnas Cipayung saat usianya baru menginjak 23 tahun. Pramudya mengutarakan empat alasan utama sebagai latar belakang keputusannya untuk meninggalkan Cipayung.

Kesehatan mental, pendidikan, kelayakan menuju Olimpiade, hingga impian dan target pribadi yang ingin ia capai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana pandangan Pramudya lebih detail soal hal-hal yang ia alami sampai akhirnya memutuskan meninggalkan Pelatnas Cipayung?

Berikut wawancara eksklusif CNNIndonesia.com dengan Pramudya Kusumawardana:

Bagaimana awal mula kamu kenal badminton?

Saya kenal badminton karena Papa. Papa saya orangnya sangat menyukai olahraga. Dulu sempat ditawari olahraga lain seperti lari, sepak bola. Namun badminton kan memang populer di Indonesia dan saya punya banyak teman di badminton. Jadi akhirnya pilih badminton.

Papa tipe yang suportif namun memang didikannya keras.

Waktu itu di Sukabumi saya ikut klub bernama Sinema. Lalu pelatih bilang kalau badminton-nya mau lebih berkembang, saya harus ke Jakarta. Dari situ sedikit tahu bahwa prosesnya bakal panjang.

Saat itu saya sangat senang bisa main badminton. Kemudian saya sempat masuk Exist lebih dulu untuk main di single. Lalu karena saya kurang berkembang, dari Exist saya pindah ke PB Djarum yang terkenal bagus di nomor ganda.

Pramudya Kusumawardana/Yeremia Yacob Rambitan.Pram/Yere berlatih keras saat pandemi covid-19 melanda sehingga saat turnamen kembali dimulai mereka bisa tampil menggigit. (Dok.PBSI)

Bagaimana perasaan kamu saat akhirnya bisa masuk Pelatnas Cipayung?

Saya di PB Djarum tiga tahun dan perkembangannya baik, bisa juara di kelompok remaja dan taruna. Jadi termasuk cepat maju. Terus saya juga masuk ke Pelatnas di usia muda.

Saat umur 18 masuk Pelatnas, di situ saya sudah merasa ada perbedaan besar dibanding periode sebelumnya. Sudah tidak bisa fun lagi.

Di Pelatnas, saya sudah tahu bahwa perjalanan ini tidak seindah yang ada di pikiran. Pilihan karier ini bakal jadi perjalanan yang sulit.

Jadi sudah ada beban dan kegembiraan di lapangan yang terkikis dalam diri kamu ketika masuk Pelatnas?

Iya, dari situ saya sudah menyadari bahwa pilihan karier ini berarti profesionalitas, bukan semata passion. Saya mulai berpikir begitu.

Bagaimana kesan awal berpasangan dengan Yeremia Rambitan, terlebih saat itu tak lama kemudian Covid-19 melanda?

Tahun 2019, kami sempat struggle. Di tahun sebelumnya, bersama partner sebelumnya saya juga kurang bagus hasilnya.

Di 2019, saat itu road to Olympics sedang berlangsung sehingga banyak pemain turun ke level bawah. Jadi susah untuk berkembang bagi kami.

Sebenarnya, saya dan Yere berbeda jauh karakteristiknya sebagai individu, berbeda dari segi pikiran.

Nah saat Covid-19 melanda, hal itu jadi momen kami melakukan bonding dan berproses. Setelah Covid-19 selesai dan turnamen mulai digelar, kami benar-benar siap sehingga hasil di Spain Masters cukup baik.

Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan saat pertandingan Indonesia Masters 2021 di Bali.Pramudya menyebut karakteristiknya sebagai individu dengan Yeremia berbeda. (Arsip PBSI)

Perjalanan kamu dengan Yeremia cukup bagus dan bisa masuk 15 besar. Apakah ada beban waktu peringkat kalian makin naik saat itu?

Sebenarnya tidak ada beban di momen itu. Dari diri saya sendiri, saya jadi semakin termotivasi karena bisa mulai naik dari junior ke senior.

Saat di junior, ada beban tersendiri seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Namun di senior saat itu, saat momen kami sedang naik, tidak ada beban sama sekali.

Setelah kami bisa juara Asia, ada ekspektasi dan target yang mulai direncanakan untuk mengukur diri.

Ketika jadi juara Asia 2022 apakah badminton masih menggembirakan untuk kamu?

Saya jadi lebih antusias saat itu dan hal itu memotivasi. Karena kami jadi punya tujuan untuk juara ini dan itu di tahun 2022. Jadi ada target yang kami rencanakan walaupun susah.

Di momen itu, ada target yang masih bisa tercapai meskipun susah dan saya masih antusias. Saya merasa karier saya masih on track setelah juara Asia.

Lalu kemudian Yeremia cedera. Seberapa berat hal itu untuk kalian berdua?

Itu berat sekali karena memutar kondisi 180 derajat. Karena hal itu mengubah target saya dan juga Yere.

Saat itu lalu muncul dalam pemikiran bahwa karier saya itu tergantung dengan partner juga, bukan dari saya sendiri.

Situasi sulit digambarkan, kayak dibilang hancur juga enggak karena masih ada kesempatan kembali.

Tetapi di momen itu, kami break enam bulan sedangkan teman-teman lain masih terus berkompetisi.

Dari situ saya merasa bahwa saya harus menggali skill lain kalau-kalau bakal gagal di kemudian hari. Di situ, sudah muncul pemikiran seperti itu.

Ganda putra Indonesia Yeremia Erich Yoche Yacob yang berpasangan dengan Pramudya Kusumawardana cedera dalam laga Perempat Final Indonesia Open 2022 di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (17/6/2022). (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)Momen Yeremia cedera di Indonesia Open 2022. Saat itu grafik Pramudya/Yeremia sejatinya tengah meningkat. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)

Jadi dari Januari 2023 kamu sudah berpikir harus ada Plan B yang disusun?

Iya betul.

Saat mulai berpikir bahwa ada kemungkinan kamu mengambil jalan lain, kamu sempat bercerita ke Yeremia?

Kalau masalah itu, rumit sama Yere. Kalau dengan pelatih, sudah ngomong sebelum All England karena saat itu juga ada masalah keluarga setelah Papa meninggal.

Mama sendiri, kakak saya di luar negeri. Jadi situasi secara umum bukan cuma di badminton saja yang berubah drastis dan berganti, tetapi di keseharian saya dan juga situasi di keluarga.

Di masa penuh pertimbangan itu, Pram/Yere bisa juara SEA Games. Apakah hal itu menambah keyakinan untuk bertahan?

Kalau juara SEA Games, kami sebelumnya sudah ikut SEA Games di seri sebelumnya. Bagi saya itu bukan target, tetapi keharusan untuk jadi juara.

Namun untuk targetnya, masih ada banyak yang harus dipenuhi, baik dari segi permainan dan lain-lain.

Kamu dan Yere sebenarnya tipe pasangan yang seperti apa? Akrab di dalam dan luar lapangan atau hanya akrab di lapangan?

Membahas ini akan panjang dan mungkin bakal banyak pertanyaan.

Kelihatan di luar lapangan kami solid, begitu juga di dalam lapangan. Memang dari dulu bonding sama Yere itu susah karena di awal kami tidak dekat sama sekali terus sekarang jadi dekat.

Setelah Yere cedera, itu mulai lagi dari nol terkait komunikasinya. Makanya dari kemarin ada rumor sudah tidak sama lagi dan lain-lain.

Memang ada benarnya juga karena harus mulai dari nol lagi, baik itu komunikasi dan segalanya. Itu yang kemudian jadi pertimbangan. Bukannya stabil, malah makin menurun.

Apa yang membuat komunikasi jadi menurun setelah sempat akrab?

Kalau menurut pandangan saya, efek cedera Yere itu berdampak ke kami berdua. Yere juga pasti struggle banget.

Tapi di satu sisi yang saya rasakan, saya juga berat karena ini mungkin lebih ke personal diri saya sendiri. Banyak hal yang kemudian membuat komunikasi kami bukan makin bagus, tetapi mundur ke belakang. Salah satunya mungkin gara-gara cedera.

Dari pandangan yang ada sejauh ini, kamu berarti tipe orang yang perfeksionis?

Bukan begitu, tetapi saya lebih terencana karena ini jangka panjang. Karena, 'Siapa yang tidak mau juara?'

Tetapi juga kita harus lihat kesempatan ke depan dan kita harus tahu juga catatan kita dan bagaimana lima tahun ke depan.

Apakah ada perkembangan? Menurut saya, kami ada di zona nyaman tetapi sudah tidak ada ruang untuk improvement.

Tetapi kalau berbicara soal passionate, saya sudah tidak ada passion lagi. Terus motivasi, saya sudah tidak punya motivasi lagi.

Ini memang tentang kesehatan mental, jadi kalau diteruskan juga makin jeblok, bukan makin bagus. Jadi buat apa diteruskan lagi.

Pada dasarnya, harus mulai dari nol lagi. Entah tetap bersama Yere atau tidak bersama Yere lagi.

Southeast Asian Games - Badminton - Morodok Techo Badminton Hall, Phnom Penh, Cambodia - May 16, 2023 Men's doubles gold medallists Indonesia's Pramudya Kusumawardana Riyanto and Yeremia Erich Yoche Yacob celebrate during the medal ceremony REUTERS/Cindy LiuPram/Yere sempat merebut emas SEA Games 2023. (REUTERS/CINDY LIU)

Sebenarnya bagaimana kondisi kesehatan mental kamu saat ini?

Mungkin dari awalnya cuma motivasi saja. Motivasi yang saya rasakan sudah tidak ada. Awalnya itu, tetapi kemudian mulai mempengaruhi keseharian.

Lama-lama saya susah tidur. Yang harusnya 7-8 jam, ini maksimal cuma dua jam. Berat badan turun karena tidak nafsu makan. Kecemasan yang berlebihan. Sampai dark thoughts.

Terus pikiran yang ada itu kayak pikiran buruk, depression, anxious, setiap saat. Setiap pulang ke Indonesia itu bawaannya sedih. Jadi memang kondisi kesehatan mental saya sudah terganggu.

Apa yang kamu khawatirkan, badminton atau perjalanan hidup?

Secara umum, sudah campur aduk. Saya berpikir, 'Apakah perjalanan di badminton ini sepadan?'

Saya berpikir, 'Saat ini tujuannya apa?'

Saya itu tipe orang introvert, saya tidak suka dengan ketenaran. Di badminton kan berkesinambungan, ketika juara bakal terkenal.

Jadi sudah tidak bisa dipisah lagi antara kehidupan pribadi dengan karier.

Saya kembali berpikir, 'Apa keinginan saya di hidup ini?'

Jadi bukan semata-mata ingin main di Olimpiade misalnya. Secara finansial, saya juga masih bisa dibilang dalam keadaan baik.

Ini bukan masalah finansial, tetapi tentang hidup dan passion.

Berarti setelah pulang dari tur dari luar negeri dengan kekalahan, berarti itu beban berat buat kamu?

Saya orang yang tahu proses, tetapi belakangan ini proses demi proses sudah tidak bisa saya nikmati dan membuat stres.

Saya tertekan.

Sudah berapa lama kamu hanya tidur dua jam sehari?

Sudah lama sekali, mungkin dari awal tahun karena masalahnya bukan di karier doang. Dari papa enggak ada, mama sakit, dan support system yang tidak begitu bagus di Indonesia.

Jadi memang cukup lama saya menahan itu. Mungkin belakangan itu jadi lebih rusak lagi karena tidak ada support dan tidak ada cara untuk menyembuhkan itu, sehingga saya burnout.

Kamu sudah konseling ke psikolog atau PBSI tentang masalah ini?

Kalau konseling sudah, saat bonding dengan Yere juga sudah pernah dilakukan. Untuk psikolog di luar juga sudah pernah dicoba, jadi menurut saya lebih baik memulai lagi hidup di luar negeri.

Karena di luar negeri lingkungannya lebih suportif untuk kesehatan mental. Di Indonesia, masih tabu soal mental health karena masih konservatif untuk hal itu.

Berarti kapan tepatnya keputusan untuk lanjut pendidikan ke luar negeri terjadi?

Setelah China Masters. Setelah itu saya ngomong sama Yere dan saya cukup syok juga saat itu. Karena keputusan saya itu terakhir bergantung sama Yere, karena kami kan partner.

Saya berpikir bahwa ini sudah sulit ke depannya Jadi rumor ini sudah ada dari pertengahan tahun dan semakin menguat di Hong Kong Open.

Mungkin Yere juga sudah tahu. Saya juga syok karena Yere tidak ada argumen atau memotivasi saya.

Cuma iya saja. Jadi dari situ, saya berpikir, 'Okelah jadi makin mantap.'

Kalau sudah begitu berarti memang sudah selesai. Makanya kalau saya lanjutkan lagi, mau jadi apa? Bukan makin bagus, malah makin buruk.

Saat di Arctic Open tidak ada komunikasi dengan Yere. Itu karena beban berat yang ada di diri kamu?

Dari situ, orang sekitar juga sudah sadar saya butuh bantuan, tetapi dari situ saya tidak bisa berharap dengan siapapun. Jadi saya coba memperbaiki itu.

Tetapi karena masalah yang ada pada saya itu di kehidupan secara umum, jadi orang lain juga susah untuk membantu.

Ganda putra Indonesia Pramudya Kusumawardana/Yeremia Rambitan menjadi juara Badminton Asia Championship (BAC) 2022 setelah mengalahkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik di Muntinlupa Sports Complex, Manila, Minggu (1/5).Momen saat Pramudya/Yeremia juara BAC 2022. Ini merupakan salah satu momen terbaik mereka sebagai pasangan. (Dok. PBSI)

Kamu cerita hal yang kamu alami ke Koh Ar [Aryono Miranat] atau Koh Herry [Iman Pierngadi]?

Saya memang tertutup orangnya, jadi harus percaya dulu untuk membuka diri.

Saya terbuka dengan Koh Ar dan Koh Herry. Mereka juga suportif dan melakukan yang terbaik untuk saya.

Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>

Memulai Langkah Baru di Australia

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER