Jakarta, CNN Indonesia --
Racikan strategi Shin Tae Yong saat Timnas Indonesia melawan Libya di Turki pada Jumat (5/1), menggambarkan tim ini belum pantas disebut kuda hitam Piala Asia 2023.
Timnas Indonesia kalah 1-2 dalam laga kedua melawan Libya ini. Melawan tim peringkat ke-120 FIFA ini, Indonesia belum memperlihatkan tanda-tanda layak diwaspadai di Piala Asia nanti.
Dua gol yang bersarang ke gawang Indonesia tak lepas dari kesalahan antisipasi pemain bertahan. Utamanya gol kedua, tercipta karena blunder: backpass lemah Rizky Ridho kepada Ernando Ari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kombinasi trio Ridho, Jordi, dan Elkan Baggott sejatinya tampil solid. Hanya sesekali saja mereka kehilangan posisi dan bisa dikerjai lawan di babak pertama. Namun satu kesalahan langsung fatal.
Terlepas dari dua gol yang lawan, posisi gelandang bertahan yang diperankan Hubner sempat kurang berjalan efektif. Pengguna nomor punggung 20 itu terlihat bingung mencari posisi.
Ini membuat lini tengah lawan cukup enak melakukan tekanan. Kendati demikian skuad Garuda bisa menguasai jalannya permainan. Itu terbukti penguasaan bola Indonesia lebih dari 60 persen.
Pada saat yang sama Marselino Ferdinan belum menemukan sentuhan terbaiknya. Peran Marselino untuk menjalankan style of play Shin, belum berjalan baik. Marselino masih kehilangan visi permainan.
Pemain lainnya yang tampak belum menemukan sentuhan idealnya adalah Rafael Struick. Pemain ADO Den Haag ini kurang bisa menempatkan posisi. Umpan silang tak bisa dijangkau striker 19 tahun ini.
Bisa dibilang Witan Sulaeman menjadi bintang lapangan Indonesia di sepanjang babak pertama. Saat bermain di kanan atau kiri, Witan bisa membuat pertahanan Libya keteteran.
Ivar Jenner sebagai gelandang serang juga tampil efektif. Umpan terobosan pemain Utrecht ini beberapa kali berbuah peluang. Hanya saja tidak ada goal getter yang siap menerima bola.
Jika 45 menit babak pertama adalah permainan terbaik Indonesia, julukan kuda hitam Piala Asia 2023 belum layak disandang. Saat ini Timnas masih pada level permainan tim guram.
Baca kelanjutan berita ini di halaman berikutnya>>>
Wajah permainan Timnas Indonesia di babak kedua melawan Libya tak berubah. Selain tak ada pergantian pemain, tak ada pula gaya bermain yang berbeda begitu usai turun minum.
Selama 15 menit berjalan, nyaris tidak ada perbedaan signifikan dalam hal permainan. Marselino tetap belum menemukan sentuhan terbaiknya dan Hubner masih meraba-raba cara main seorang gelandang.
Namun perlahan Hubner terlihat cocok sebagai gelandang jangkar dengan beberapa kali memutus aliran bola dan juga membantu serangan. Di babak kedua Hubner bahkan punya peluang emas, namun urung jadi gol.
Yang jadi masalah, ketahanan tubuh para pemain tampak menurun. Itu tergambar dalam transisi negatif atau dari menyerang ke bertahan. Beberapa pemain tak bisa turun dengan cepat.
Salah satunya adalah Jordi Amat. Pemain Johor Darul Ta'zim yang menjadi kapten menggantikan Asnawi Mangkualam Bahar ini selalu terlambat menjaga posisinya begitu diserang balik lawan.
Begitu masuk menit ke-75, Shin Tae Yong mengganti empat pemain. Marselino Ferdinan, Ivar Jenner, Rafael Struick, dan Witan Sulaiman diganti Sandy Walsh, Egy Maulana, Ricky Kambuaya, dan Ramadhan Sananta.
Tak berselang lama Yakob Sayuri digantikan Saddil Ramdani. Lima pergantian ini juga menjadi percobaan baru Shin untuk mengejar ketertinggalan defisit gol. Laga masih berlangsung sengit.
Pergantian pemain ini membuat lini serang Indonesia lebih berbisa. Beberapa peluang berhasil diciptakan. salah satunya dari tendangan Hubner yang memanfaatkan umpan Rizky Ridho.
Sananta juga sempat mempunyai peluang pada masa injury time. Sayangnya sepakan pemain Persis Solo ini abu-abu antara menembak datar ke tiang jauh atau memberi umpan ke Hubner yang datang dari belakang.
Ini menggambarkan bahwa Shin belum menemukan satu atau dua pemain yang bisa menjadi supersub. Pergantian yang dilakukan STY membuat permainan lebih hidup, akan tetapi belum efektif.
Kendati demikian hasil ini menjadi isyarat peningkatan permainan Timnas Indonesia. Permainan Timnas memang meningkat, tetapi levelnya tetap berada di tim guram Piala Asia 2023.
Artinya pula satu pertandingan uji coba tersisa, melawan Iran pada 9 Januari akan menjadi kunci transformasi. Laga ini akan menjadi sarana naik kelas apakah jadi kuda hitam atau tetap tim guram.
[Gambas:Video CNN]