Langkah yang bisa dilakukan Timnas Indonesia adalah menerapkan formula terbaik untuk Piala Asia. Penjajakan ini sudah dilakukan oleh STY di leg kedua lawan Libya.
Pada leg pertama kontra Libya, STY menerapkan sistem coba-coba dalam dua babak. Hasilnya Timnas Indonesia kalah telak 0-4.
Sedangkan di leg kedua, STY lebih hati-hati dalam memilih strategi. Ia menerapkan taktik andalannya dengan menaruh tiga bek tengah dalam skema 3-4-3. Selain bisa mencetak gol lebih dulu, Indonesia juga mengurangi jumlah kebobolan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini di uji tanding pemungkas, STY perlu lebih hati-hati dalam menyusun strategi. Sebab ini adalah kesempatan terakhir STY untuk coba-coba.
Di satu sisi, kehati-hatian diperlukan karena Indonesia terbilang belum dengan kekuatan penuh lantaran dua bek sayap yang masih diragukan tampil. Mereka adalah Asnawi Mangkualam yang cedera dan Shayne Pattynama yang sedang diberi waktu untuk menjenguk sang ibu di Belanda.
Asnawi dan Pattynama sama-sama absen di dua pertandingan uji coba lawan Libya. Kondisi ini memaksa STY memutar otak untuk mencari alternatif. Dengan kemungkinan besar dua pemain itu belum bisa tampil lawan Iran, maka kreativitas jadi keharusan bagi STY.
STY sempat menaruh menaruh Witan Sulaeman sebagai bek kanan di leg pertama lawan Libya. Kemudian di leg kedua, giliran Justin Hubner yang dipasang sebagai gelandang bersama Ivar Jenner.
Pola tiga bek tengah layak kembali diterapkan lawan Iran. Pemain yang berposisi sebagai gelandang juga wajib memiliki visi yang baik dengan kemampuan umpan akurat.
Begitu juga dengan lini depan. Dari dua laga kontra Libya tempo hari, belum ada striker murni yang mencetak gol di sesi uji coba. Timnas Indonesia butuh daya gedor yang lebih klinis.
Dengan status pertandingan yang tertutup, praktis STY punya 'ruang' yang lebih lega untuk bereksperimen. Publik pun hanya bisa berharap yang terbaik dari laga uji coba kontra Iran.