Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Indonesia telah bertransformasi. Statistik melawan Irak di Piala Asia 2023 (2024) dan Kualifikasi Piala Dunia 2026 bisa jadi bukti empirisnya.
Saat kalah 1-5 dari Irak, ball possession tim asuhan Shin Tae Yong ini hanya 33 persen. Jumlah umpan yang dilepaskan sebanyak 265 dengan jumlah akurat mencapai 196.
Lantas saat tunduk 1-3 dari Irak pada Senin (15/1), ball possession skuad Garuda masih 33 persen, tetapi jumlah umpan meningkat jadi 350 kali dengan jumlah akurat sebanyak 279.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini bisa jadi semacam indikasi bahwa Indonesia akan tampil berbeda saat melawan Vietnam pada Jumat (19/1). Sinyal bisa meraih kemenangan sudah diletupkan.
Indonesia memang belum menang lawan Vietnam dalam lima tahun terakhir, tetapi kans dapat poin terbuka. Dua kali Indonesia menahan Vietnam di era kepelatihan Shin Tae Yong.
Pertama bermain imbang 0-0 di Piala AFF 2020 (2021) dan imbang 0-0 lagi di semifinal leg pertama Piala AFF 2022. Dalam dua laga ini ball possession Indonesia kalah dari Vietnam.
Soal ball possession ini vital, sebab Vietnam dominan menang jika bisa menguasai permainan. Sebaliknya, jika kalah ball possession, Nguyen Quang Hai dan kawan-kawan lebih sering kalah.
Kabar baiknya, Shin sudah mendesain Indonesia sebagai tim dengan penguasaan bola kuat. Laga uji coba melawan Libya adalah salah satu kerangka bangunannya.
Dalam leg pertama melawan Libya, meski kalah 0-4, Indonesia menguasai jalannya laga hingga 61 persen. Adapun di pertandingan leg kedua, saat kalah 1-2, Indonesia menang 56 persen.
Masalahnya tentu saja lini pertahanan dan serang. Jika bek Indonesia tak solid, Vietnam akan menghukum Indonesia dengan cara yang mengejutkan, seperti saat mereka kalah 2-4 dari Jepang.
Shin juga harus menciptakan skema serangan mematikan. Dalam hal ini Indonesia butuh sosok striker yang bisa memecah kebuntuan, selain andalkan gelandang sebagai ujung tombak.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Jika Shin Tae Yong ingin Timnas Indonesia lolos ke babak 16 besar, satu-satunya cara terampuh adalah dengan mengalahkan Vietnam. Tak ada pilihan.
Karena rapor positif Indonesia di Piala Asia, tidak pernah kalah di laga perdana, telah rontok, ini saat mengubah sejarah. Caranya dengan menang untuk pertama kalinya pada laga kedua.
Vietnam memang berada di peringkat 100 dunia, tetapi kualitas mereka sudah tergerus. Banyaknya pemain yang absen karena cedera bisa menjadi titik lemah untuk dieksploitasi.
Kalau imbang apalagi sampai kalah dari Vietnam, habis sudah. Angan Shin membuat sejarah baru baru Indonesia di pentas Piala Asia, rasa-rasanya akan pupus dari laga kedua.
Ini karena laga terakhir melawan Jepang (24/1) kansnya kecil. Meski tak ada hukum eksakta di sepak bola, kekuatan Jepang jauh di atas Indonesia, seperti kali dengan sungai.
Sejauh ini, jika melihat hasil perdana setiap grup, dari A hingga F, kans Indonesia (Grup D) cukup terbuka bersaing dengan tim Grup C dan F dalam perburuan posisi ketiga terbaik.
Dari Grup A dan B, tim peringkat ketiga telah meraih satu poin. Dengan satu kemenangan dari dua laga tersisa, setidaknya satu tempat untuk peringkat ketiga terbaik bisa diraih.
Adapun di Grup C dan D, dua tim terbawah sama-sama nol poin. Bisa dibilang Hong Kong dan Palestina dari Grup C, secara kualitas tak lebih baik dari Indonesia di Piala Asia 2023.
Sedangkan persaingan di Grup E dan F, juga ketat. Bahrain (Grup E) punya potensi meraih tiga poin dari enam poin maksimal, sedangkan Thailand (Grup F) juga berpeluang unggul atas Kirgistan.
Ada banyak kemungkinan dalam sisa dua laga masing-masing grup, tetapi kualitasnya sudah mulai terukur. Setelah laga pertama, Indonesia masih pas dengan sebutan underdog.
Artinya, peluang Indonesia lolos tergantung daya juang pemain saat melawan Vietnam. Jika menang, tinggal bermain pragmatis ketika berhadapan dengan Jepang.
[Gambas:Video CNN]