TESTIMONI

Rossy Pratiwi, Ratu Tenis Meja Indonesia Gemblengan Pelatih Korut

Rossy Pratiwi Dipoyanti | CNN Indonesia
Rabu, 17 Jan 2024 19:25 WIB
Nama Rossy Pratiwi Dipoyanti Syechbubakar mungkin tak akan pernah dikenal dunia tenis meja jika bukan karena didikan 'super keras'.
Rossy Pratiwi mengoleksi 13 medali emas SEA Games. (CNN Indonesia/Abdul Susila)

Seharusnya saya punya kesempatan bawa pulang tiga emas di SEA Games 1989 di Malaysia, masing-masing dari nomor beregu, ganda, dan tunggal putri. Tapi saya memilih walkout di final tunggal putri karena dicurangi wasit.

Itu merupakan akumulasi dari kecurangan wasit yang terjadi sebelumnya termasuk pertandingan tunggal putra Anton Suseno. Ketua PTMSI saat itu Ali Said, menyerukan saya walkout karena kesal dicurangi juga.

Pukulan saya sebenarnya menyentuh garis di pinggir meja tapi dianggap keluar. Padahal pemain Malaysia itu enggak pernah menang sebelumnya lawan saya. Tapi, saat itu karena Pak Ali kesal dan mengutamakan harkat martabat Indonesia, jadi saya walkout.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di malam hari, wasit Malaysia sampai datang ke hotel kami untuk meminta maaf dan mengakui memang ada instruksi mencurangi Indonesia. Waktu itu kami tidak usut lebih jauh karena merasa sudah lewat dan membiarkan Malaysia dapat emas karena kecurangan.

Setelah event selesai, baru saya berpikir ulang. Sebenarnya ngapain juga harus mundur? Soalnya saya sudah unggul di set pertama dan kalau enggak salah sedang unggul 18-17 di set kedua. Saya yakin tetap bisa menang sebetulnya. Tapi, keputusan walkout sudah diambil dan tak perlu disesali. Semoga kejadian itu tak terulang.

Kenangan indah lainnya adalah SEA Games 1993 di Singapura. Saya sukses memborong empat emas di nomor tunggal putri, ganda, ganda campuran, dan beregu. Ini salah satu momen terbaik dalam karier saya.

Rasanya luar biasa dan membanggakan bisa terus mengibarkan bendera Merah Putih berkibar di negara lain. Tak ada apapun yang bisa membayar rasa bangga kami. Padahal saat itu tidak ada kucuran bonus besar-besaran seperti sekarang.

Legenda tenis meja Indonesia Rossy Pratiwi Dipoyanti. (Tangkapan Layar Instagram @rossy_oly)Rossy Pratiwi Dipoyanti Syechbubakar mengharumkan nama Indonesia di berbagai ajang internasional. (Tangkapan Layar Instagram @rossy_oly)

Makanya saya kalau lihat atlet junior tuh gregetan banget. Bukan dalam arti negatif ya. Maksud saya, kalau sudah jadi atlet fokus kerja keras karena banyak keuntungannya. Sekolah sampai kuliah bisa jalur prestasi. Bonus banyak, kerjaan juga mudah jadi ASN.

Jadi kalau sudah terjun ya benar-benar fokus dan kerja keras karena banyak sekali fasilitas yang didapatkan dibanding dulu. Kalau dikerasin pelatih jangan lembek apalagi ngambek. Pasti ada hikmahnya. Kalau bisa saya hidup jadi atlet di zaman sekarang deh. Hahaha...

Dulu saja kita sudah lolos Olimpiade belum tentu diberangkatkan karena keterbatasan anggaran. Kalau sekarang anggaran lebih besar, tinggal kualitas atletnya yang kurang. Jadi gregetan saya. Sayang banget.

Legenda tenis meja Indonesia Rossy Pratiwi Dipoyanti bersama keluarga. (Dok. Rossy Pratiwi)Legenda tenis meja Indonesia Rossy Pratiwi Dipoyanti bersama keluarga. (Dok. Rossy Pratiwi)

Saya sendiri jadi ASN bukan karena prestasi sebagai atlet tenis meja tapi karena jadi pelatih di Sumatera Selatan. Dari situ kemudian saya bisa minta dimutasi ke Pemkot Bogor dan berdekatan dengan tempat tinggal keluarga saya.

Saya berharap pemerintah juga memperhatikan kesejahteraan mantan atlet-atlet nasional yang pernah berjuang untuk Indonesia. Masih banyak dari mereka yang kondisinya memprihatinkan dan sangat butuh perhatian dari pemerintah.

(jun)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER