Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Indonesia yang dianggap bocah cilik; liliput; menurut skema komputasi canggih kans lolosnya ke 16 besar Piala Asia 2023 (2024) tak sampai 15 persen, menggebrak.
Perjalanan Timnas Indonesia di Piala Asia 2023 terbilang merangkak. Tim asuhan Shin Tae Yong ini masuk kejuaraan lewat jalur paling rendah, babak play off kualifikasi.
Setelah play off, skuad Garuda mendobrak babak grup kualifikasi. Sama sekali tak diunggulkan atas Yordania dan Kuwait, Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan membuat kejutan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitu undian atau drawing dilakukan, Indonesia berada di grup tidak enak. Tim Merah Putih bersaing dengan Jepang, Irak, dan Vietnam. Walhasil Indonesia diprediksi pulang lebih cepat.
Namun takdir berkata lain. Setelah kalah 1-3 dari Irak, menang 1-0 atas Vietnam, dan tunduk 1-3 dari Jepang, Indonesia tetap lolos ke babak 16 besar dengan status peringkat ketiga terbaik.
Indonesia baru bisa memastikan diri tampil di sistem gugur setelah Kirgistan menahan Oman dengan skor 1-1. Ini membuat Indonesia jadi tim keempat di peringkat ketiga terbaik.
Sekilas Indonesia lolos ke babak 16 besar ini lewat jalur berkah atau istilah kekinian sebagai 'give away'. Anggapan itu memang tak salah, tetapi Indonesia dianggap cukup layak berada di fase ini.
Permainan Indonesia, yang merupakan tim termuda Piala Asia 2023, progresif. Dari laga ke laga, performa tim berperingkat ke-146 FIFA ini terus mengalami peningkatan.
Saat melawan Jepang misalnya, pertahanan Indonesia dikepung habis-habisan oleh Jepang, tetapi masih bisa memberi sedikit perlawanan. Indonesia tampil bukan seperti tim guram.
Kini tim liliput ini akan berhadapan dengan raksasa sepak bola Asia lainnya, yang adalah langganan Piala Dunia, Australia. Socceroos jelas bukan lawan mudah bagi Indonesia.
Akankah Timnas Indonesia kembali membuat kejutan? Bisakah Shin Tae Yong membuat racikan strategi yang membuat Australia frustrasi dan kehilangan taji?
Baca di halaman berikutnya>>>
Salah satu pernyataan Tan Malaka, tokoh pra kemerdekaan Indonesia, "Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk," kiranya bisa jadi ilustrasi jelang bentrok dengan Australia di babak 16 besar.
Sebelum duel di Stadion Jassim bin Hamad pada Minggu (28/1) sore waktu Doha, Qatar atau petang WIB ini, Indonesia sudah diberi pelajaran oleh Iran, Irak, dan Jepang.
Ketiga tim tersebut sama-sama berada di peringkat 70 besar dunia. Iraq berada di urutan ke-63 FIFA, lantas Iran di posisi ke-21, sedangkan Jepang bertengger di tangga ke-17.
Sebelumnya lagi, Indonesia juga pernah mengadu nyali melawan Argentina pada Juni 2023. Hasilnya kalah 0-2. Pada tahun yang sama Australia juga kalah dengan skor sama dari La Albiceleste.
Pelajaran yang diberikan tim-tim tangguh ini bisa menjadi modal Indonesia menghadapi Australia. Tim berkostum kuning ini adalah juara Grup B Piala Asia 2023 yang belum terkalahkan.
Tim asuhan Graham Arnold ini menang 2-0 atas India, unggul 1-0 atas Suriah, dan bermain imbang 0-0 dengan Uzbekistan selama fase grup. Sekilas kekuatan Australia tak istimewa.
Jika Shin bisa mengkonstruksi sisi pertahanan lebih solid, bukan tidak mungkin Australia kesulitan. Lini serang Australia tak begitu mentereng, tapi jelas daya dobraknya keras.
Tidak seperti Jepang yang dominan menusuk dari sayap, Australia punya lini tengah yang kreatif. Karenanya pula pilihan Shin di lini tengah bisa menjadi salah satu kunci sukses.
[Gambas:Photo CNN]
Untuk lini depan, Shin sepertinya sudah tidak pusing. Sedari awal menangani Indonesia pada 2020, Shin memang belum punya striker tajam. Lini kedua dan ketiga yang dijadikan senjata.
Jackson Alexander Irvine jadi tumpuan Australia. Pria 30 tahun ini bukan striker, melainkan gelandang. Irvine sudah melesakkan dua gol di Piala Asia 2023 dari tiga pertandingan.
Akankah Indonesia melanjutkan gebrakannya di Piala Asia 2023? Skema komputasi menolak itu, tetapi tak ada yang mustahil di sepak bola. Liliput tetap punya potensi tumbangkan raksasa.
[Gambas:Video CNN]