Australia adalah langganan Piala Dunia selama hampir dua dekade atau lima edisi terakhir. Ini menegaskan perbedaan kelas dengan Timnas Indonesia. Tapi bukan berarti Indonesia tanpa peluang. Pengalaman STY jadi kunci jika melirik rekam jejaknya.
STY pernah berkarier di liga Australia bersama Queensland Roar (saat ini Brisbane Roar) pada 2005 kemudian memulai perjalanan kepelatihan sebagai asisten pelatih tim tersebut hingga 2009.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu Shin Tae Yong pernah mendampingi pelatih Uli Stielike sebagai asisten di timnas Korea Selatan ketika menghadapi Australia di final Piala Asia 2015. Sayangnya Korea kalah 1-2 dalam laga itu.
"Saya tinggal di Brisbane empat sampai lima tahun. Saya tahu gaya mainnya," kata STY pada sesi jumpa pers sebelum laga, Sabtu (27/1).
Pernyataan STY mengisyaratkan dirinya punya pemahaman tentang gerak-gerik Australia. Ini jadi titik terang untuk Indonesia.
Melirik perjalanan Australia di fase grup, tim besutan Graham Arnold itu juga bukan tanpa kelemahan. Dari dua laga pembuka Grup B, Australia baru bisa mencetak gol di babak kedua.
Sedangkan di laga ketiga lawan Uzbekistan, mereka baru bisa mencetak gol di akhir babak pertama dan itupun dari titik penalti. Kemudian Australia ditahan imbang dengan skor 1-1. Situasi itu bisa dimanfaatkan Indonesia dengan membombardir pertahanan Australia di menit-menit awal. Tusukan eksplosif dari sayap dapat jadi kekuatan skuad Garuda.
Timnas Australia asuhan Graham Arnold kali ini bukan tim yang tanggung seperti satu dekade terakhir. Kondisi itu bisa dimanfaatkan tim Garuda untuk menciptakan kejutan.
Saat ini posisi Timnas Indonesia kepalang tanggung. Meski target lolos 16 besar sudah terpenuhi, tidak ada salahnya meningkatkan target untuk melaju ke perempat final.
(har)