Jakarta, CNN Indonesia --
Perjalanan Timnas Indonesia di Piala Asia 2023 (2024) akhirnya selesai setelah kalah 0-4 dari Australia di babak 16 besar, Minggu (28/1).
Stadion Jassim bin Hamad jadi saksi bisu kualitas Timnas Indonesia belum cukup garang di level elite. Indonesia masih pantas disebut tim guram benua Asia.
Hadir ke Piala Asia 2023 dengan posisi tim berperingkat FIFA terendah kedua dan skuad termuda turnamen, tim asuhan Shin Tae Yong ini jadi lumbung gol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari empat pertandingan, gawang Ernando Ari Sutaryadi kebobolan 10 kali. Pada saat yang sama Indonesia hanya bisa menceploskan tiga gol. Satu di antaranya lewat penalti.
Namun, Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan mengukir pencapaian baru. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Indonesia tampil di babak 16 besar atau lolos dari babak penyisihan.
Meski kalah 0-4 dari Australia, bisa dibilang ini adalah wajah terbaik Indonesia setelah dualisme federasi dan kompetisi pada 2010, serta usai dibekukannya PSSI oleh FIFA pada 2015.
Sebelum turbulensi itu, Indonesia empat edisi beruntun tak absen di Piala Asia, dari 1996, 2000, 2004, hingga 2007. Pada empat edisi itu Indonesia hanya tampil di fase grup.
Kini Indonesia sudah menancapkan tonggak baru. Indonesia bisa menembus babak penyisihan. Tonggak ini tak boleh tercerabut lagi. Indonesia semestinya tak boleh absen lagi dari Piala Asia.
Sebuah era baru telah dimulai. Shin Tae Yong dengan segala pragmatisme, kontroversi, dan filosofinya, telah menandai pijakan baru bagi Indonesia untuk menatap masa depan.
Mulai kini, Piala Asia harus jadi target 'harga mati'. Sejak Januari 2024 ini, babak 16 besar Piala Asia edisi-edisi mendatang setidaknya adalah batas minimal langkah Timnas Indonesia.
Artinya, era reinkarnasi Timnas Indonesia resmi tutup buku. Indonesia memasuki tahap eksistensi. Dan, Shin Tae Yong bersama tim asuhannya telah membuat garis demarkasi, 16 besar Piala Asia.
Baca kelanjutan berita ini di halaman berikutnya>>>
Performa Indonesia saat kalah 0-4 dari Australia, tidak kacangan. Para pemain tampil penuh percaya diri. Mereka seolah-olah sejajar dengan Australia yang langganan Piala Dunia.
Pada babak pertama, ball possession Indonesia mencapai 46,5 persen. Ini tertinggi dibanding tiga laga sebelumnya. Bahkan jumlah tembakan Indonesia lebih tinggi dari Socceroos.
Selama 45 menit pertama ini area permainan Asnawi Mangkualam dan Shayne Pattynama dieksploitasi. Dua gol Australia bisa dibilang karena keduanya kurang tangkas menjaga area.
Namun, Asnawi dan Shayne tak layak dijadikan kambing hitam. Psikologis keduanya memang belum 100 persen di kejuaraan. Asnawi baru pulih cedera dan hati Shayne masih di ibunya yang sakit.
Dalam hal ini pemilihan starter Shin yang kuras pas. Asnawi yang terlihat tidak seprima biasanya, tetapi dipaksakan di Piala Asia ini. Pratama Arhan juga tak ada kendala, tetapi STY berjudi dengan Shayne yang sejak awal diprediksi bakal jadi starter di posisi bek kiri.
Selanjutnya di babak kedua, Australia bermain lebih determinatif dan destruktif. Pressing yang dibangun tim asuhan Graham Arnold ini membuat pemain Indonesia hilang ide.
[Gambas:Photo CNN]
Dalam situasi sulit itu, Shin memasukkan Rizky Ridho dan Witan Sulaeman. Ricky Kambuaya yang di era kepelatihan Shin sering menjadi pemecah kebuntuan tetap diparkir.
Rafael Struick yang makin matang dari laga ke laga, juga terus dipaksakan. Pelatih asal Korea Selatan ini seolah sudah tak punya opsi lain untuk lini depan. Daftar pemain yang ada seolah hanya pelengkap.
Ide-ide brilian Shin berupa strategi yang menyesuaikan kualitas pemain, tak lagi lahir. Pelatih asal Korea Selatan ini seolah memilih apatis atas tekad juang pemain lain.
Karena itu pencapaian Indonesia yang tampil di babak 16 besar Piala Asia 2023 belum perlu diglorifikasi. Pencapaian ini belum saatnya dirayakan berlebihan.
Sebaliknya ini menjadi alat tekan ke PSSI agar memperbaiki kompetisi. Liga Indonesia jadi salah satu yang diharapkan Shin Tae Yong untuk diperbaiki PSSI demi memiliki Timnas Indonesia yang tangguh.
Timnas Indonesia dengan kekuatan 'injeksi' sudah level Asia, tetapi kompetisi masih jauh dari tahap eksistensi.
[Gambas:Video CNN]