ANALISIS

Timnas Indonesia Makin Eropa Jelang Jumpa Vietnam di GBK

Abdul Susila | CNN Indonesia
Jumat, 08 Mar 2024 09:20 WIB
Shin Tae Yong panggil empat pemain baru untuk bela Timnas Indonesia jelang melawan Vietnam di Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion GBK.
Penyerang Timnas Indonesia Rafael Struick saat duel lawan pemain Vietnam. (AP/Hussein Sayed)

Pepatah 'anjing menggonggong kafilah tetap berlalu' sepertinya sedang dipakai Shin Tae Yong untuk Timnas Indonesia menjelang laga melawan Vietnam.

Kritik banyak kalangan atas pilihan pemain yang itu-itu saja, diabaikan Shin. Dipertahankannya nama-nama yang kurang bersinar di Liga 1 dan mengabaikan nama-nama yang sedang bersinar, jadi jawaban.

Shin seperti enggan mengambil risiko membongkar pasar skuad secara situasional. Pelatih asal Korea Selatan ini seolah mulai berprinsip pragmatis: yang penting tim menang, persetan yang lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan pelatih Korea Selatan di Piala Dunia 2018 ini juga tak henti mencari pemain keturunan Indonesia untuk dinaturalisasi. Shin terkesan putus asa dengan kualitas pemain di dalam negeri.

Sinisme yang muncul dari akar rumput maupun pelaku sepak bola nasional, dianggap angin lalu. Shin tetap teguh dengan pragmatismenya, pemain berdarah Indonesia di seluruh dunia perlu disatukan.

Baginya, persatuan dalam frasa 'bhinneka tunggal ika' yang akan membuat Indonesia bangkit. Menurutnya dikotomi darah murni dan darah campuran tak relevan lagi di dunia serba digital ini.


Namun pragmatisme ini bisa masuk kategori idealisme. Pemain muda yang terus dikritik karena tak tampil optimal di Timnas, terus mendapat kepercayaan. Ini pembibitan ala Shin.

Pelatih 53 tahun ini seperti sedang merawat talenta muda yang belum matang seperti Rafael Struick, Hokky Caraka, Ramadhan Sananta, Marselino Ferdinan, dan Pratama Arhan tetap berkembang.

Menarik pula apakah Rizky Ridho, sebagai representasi bek terbaik Indonesia saat ini, dipakai atau tidak. Dikepung bek-bek ber-DNA Eropa, jadi tantangan tersendiri bagi Shin dan Ridho.

Membangun Timnas Indonesia dengan pragmatisme dan idealisme milik Shin bisa diperdebatkan, tetapi masa depan sepak bola Indonesia harga mati. Nilai pemain bola nasional tak boleh terus didegradasi.

Jika PSSI menilai program naturalisasi adalah rencana jangka pendek, ada saatnya untuk berhenti. Shin boleh pragmatis, tetapi federasi sepantasnya idealis menjaga nilai-nilai mewah pembinaan.



(abs/rhr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER