ANALISIS

Meredam Muram di Birmingham, Menanam Keyakinan di All England

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Senin, 18 Mar 2024 06:16 WIB
Tim badminton Indonesia sukses meraih dua gelar juara dan satu runner up di All England 2024, Minggu (17/3).
Fajar/Rian back to back juara All England 2024. (Dok PBSI)

PBSI jelas terlambat membentuk Tim Satgas Olimpiade atau Tim AdHoc. Namun Tim AdHoc yang dikepalai Fadil Imran tidak benar-benar sepenuhnya telat karena masih ada beberapa bulan waktu tersisa menuju pertempuran akbar di Paris 2024.

Detail-detail kecil yang lebih diperhatikan, seperti ukuran kesiapan fisik seorang atlet dan bukan hanya sekadar gambaran kira-kira, serta pendampingan psikologis, memberikan dampak yang besar.

Ketika hal-hal kecil diperhatikan, hal-hal besar yang didambakan bisa semakin terbuka untuk datang. Persiapan matang memang tidak menjamin gelar juara akan didapatkan, namun persiapan matang di segala aspek bisa menjamin atlet yang berlaga berdiri di lapangan dengan kondisi 100 persen dan bisa mengerahkan segala yang mereka punya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Persiapan yang lebih detail, lebih menyentuh segala aspek harus terus dijalankan, bahkan lebih dipertajam seiring Olimpiade yang makin dekat.

Satu hal penting lainnya, Ricky Soebagdja sebagai Kabid Binpres PBSI yang baru secara terbuka sering mengakui situasi darurat. Ketika sosok-sosok penting sadar dan terbuka mengakui bahwa ada situasi darurat, hal itu sama saja mereka sudah mengambil langkah pertama dalam penanganan dan penanggulangan untuk bisa dilaksanakan lebih cepat.

Kejayaan di All England 2024 belum menjamin keberhasilan Tim Badminton Indonesia di Paris 2024 mendatang. Namun suasana muram yang mengiringi perjalanan dalam beberapa bulan ke belakang kini bisa diredam.

Muram yang mereda, berganti suasana kegembiraan dan kepercayaan akan hasil yang lebih baik di turnamen-turnamen berikutnya. Jonatan, Fajar/Rian, Ginting, dan Gregoria Mariska Tunjung yang bakal jadi andalan di Paris 2024 mendatang tampil mengkilap di Birmingham.

Gregoria gagal melanjutkan langkah karena ketidakberuntungan dan insiden lampu sorot di akhir pertandingan. Di luar momen menyesakkan itu, Gregoria bisa menunjukkan perlawanan seimbang melawan Akane Yamaguchi dan hanya kalah tipis di akhir pertarungan.

Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva juga tampil gemilang di babak pertama namun kemudian kalah di babak kedua. Hal yang paling utama dari Apri/Fadia saat ini memang terlebih dulu mengembalikan level Apri/Fadia seperti saat Apri belum cedera.

Bulan-bulan berikutnya masih jadi momen-momen krusial bagi PBSI, Tim Ad Hoc, pelatih, dan para pemain yang berjuang langsung di garis depan. Di waktu yang tersisa, keyakinan-keyakinan dalam diri pemain harus terus ditanamkan, terutama lewat sentuhan-sentuhan persiapan di keseharian.

All England 2024 bisa jadi pedoman dan pengingat. Tim Badminton Indonesia masih punya potensi untuk jadi yang terkuat, terlepas dari banyak kesulitan dan rintangan yang dalam beberapa waktu terakhir terus menjerat.




HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER