Legenda badminton Indonesia Greysia Polii menyebut kontroversi di Olimpiade 2012 London menjadi titik nadir dalam kariernya. Greysia mengaku sebagai korban dari sebuah 'sistem'.
Dalam podcast melalui kanal YouTube Saluran Olimpiade Indonesia bersama Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari, Greysia menceritakan kembali soal insiden kontroversial di Olimpiade 2012 London.
"Di 2012 itu BWF baru mengubah aturan, mengubah sistem. Di mana yang tadinya eliminasi, sekarang jadi ada grup-grupnya. Kalau sekarang kita dikasih kesempatan tiga kali main. Dari situ saya melihat BWF ini baik banget sama si atletnya, karena, masak kita udah tanding cuma main 30 menit habis [kalah] itu sudah gitu."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Padahal kita sudah bertahun-tahun, 20 tahun. Jadi fair dikasih kesempatan. Yang jadi janggalnya di sini adalah ketika di delapan besar, itu kita boleh 'pilih' lawan. Saya adalah korban dari sistem. Di mana di delapan besar, perempat final tadinya kan seharusnya sekarang ini sudah [diundi] lagi," ujar Greysia.
Greysia Polii yang berpasangan bersama Meiliana Jauhari, menjadi salah satu dari empat ganda putri yang didiskualifikasi pada Olimpiade 2012. Tiga ganda lainnya yang didiskualifikasi adalah Jung Kyung Eun/Kim Ha Na, Ha Jung Eun/Kim Min Jung dari Korea Selatan dan Wang Xiaoli/Yu Yang dari China.
Keempat ganda putri itu dinyatakan bersalah BWF karena tidak mengeluarkan kemampuan 100 persen pertandingan dengan tuduhan berusaha saling menghindari di babak perempat final Olimpiade 2012.
Insiden terburuk terjadi saat pertandingan melawan Ha/Kim. Greysia/Meiliana mendapatkan kartu hitam yang membuat mereka didiskualifikasi. Kedua pasangan itu dianggap sengaja mengalah demi menghindari pertemuan melawan Wang/Yu di perempat final.
"Di sinilah dramanya ada di negara China dan Korea. Saat itu Indonesia ada di dalam grup itu juga masalahnya. Ya akhirnya karena saya adalah korban dari sistem, dan pada saat saya delapan besar itu, kita boleh lihat lawan nih, mana yang paling mudah untuk kita bisa masuk semifinal kan."
![]() |
"Itu selalu pasti akan berpikiran seperti itu. Tapi karena ada drama dari China, yang waktu itu ada percekcokan antara atlet dan manajernya, karena China berambisi medali emas diambil semua, jadi sapu bersih medali emas di Olimpiade London. Nah dari situ akhirnya karena saya dinyatakan ikut main yang enggak bagus, si China ini katanya dia kayak main tidak sportif lah," ujar Greys.
Harapan Indonesia membawa pulang medali emas di Olimpiade 2012 pun musnah. Greysia pulang membawa trauma yang cukup lama dan mendalam hingga sempat berpikir untuk pensiun dari badminton.
"Waktu itu udah enggak mau [ada cita-cita jadi juara], benar-benar enggak mau. Yang namanya raket digantung [pensiun] tuh kalau bulutangkis, saya bukan di gantung lagi. Ingin saya patahin pakai gergaji," kata Greysia.
Dukungan dari berbagai pihak, antara lain NOC Indonesia, PBSI, dan masyarakat Indonesia lambat laun membuat Greysia mulai bangkit. Greys pun mendapat kesempatan kedua untuk bangkit.
"Secara IOC dan secara dunia Internasional Olahraga, saya dihukum, harus dihukum. Tapi ketika saya pulang [ke Indonesia dari Olimpiade London], NOC Indonesia dan PBSI tidak menghukum saya, tetapi memberikan saya kesempatan untuk beristirahat dulu sejenak," ucap Greysia.
"Dan hukumannya yang tadinya kalau negara yang lain itu dua tahun, bahkan ada yang dimatikan kariernya. Tapi balik ke Indonesia tuh saya dikasih kesempatan, untuk kesempatan kedua," tambahnya.
Akhirnya Greysia bangkit dan berhasil juara Asian Games 2014 bersama Nitya Krishinda dan puncaknya membawa medali emas bersama Apriyani Rahayu pada Olimpiade Tokyo 2020.
(rjr/har)