Sudah satu bulan penuh Timnas Indonesia U-23 berkumpul bersama, sejak bertolak ke Dubai, Uni Emirat Arab pada 1 April untuk persiapan Piala Asia U-23 2024.
Setelah melakukan persiapan selama dua pekan di Dubai, tim bertolak ke Qatar untuk Piala Asia U-23. Sama sekali tak diunggulkan, tim asuhan Shin Tae Yong ini malah menembus semifinal.
Karenanya peluang lolos ke Olimpiade 2024 terbuka. Sayang tiket langsung ke Paris gagal didapat karena gagal di semifinal saat jumpa Uzbekistan dan di perebutan peringkat keempat lawan Irak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peluang tampil di Olimpiade setelah 68 tahun memang belum tertutup. Masih ada satu jalan lagi, yakni menjalani babak playoff melawan wakil Afrika, Guinea pada 9 Mei.
Masalahnya kondisi psikologis pemain sudah tidak sama. Pemain yang rutin main di Piala Asia U-23 2024 mulai keletihan dan mengalami kejenuhan dengan tekanan yang bertubi-tubi.
Adapun pemain yang belum dimainkan juga mengalami kejenuhan, sebab hanya latihan dan duduk di bangku cadangan. Sekilas ini perihal sepele, tetapi ada tanda-tanda pemain mulai lelah jiwa.
Apalagi suporter tanpa pandang bulu menyerang pemain. Mereka menghujat beberapa pemain yang dianggap tidak optimal. Serangan seperti ini sedikit banyak memengaruhi psikologis pemain.
Setelah laga melawan Irak, Shin menyebut akan menjauhkan pemain dari bola. Latihan tetap diadakan, tetapi tidak dengan bola. Shin hanya memberi latihan ringan untuk menjaga fisik.
Lebih dari itu, pemain butuh suntikan moral. Orang-orang terdekat dan tercinta pemain niscaya menyalurkan energi positif, tetapi energi negatif juga harus dikurangi.
Serangan-serangan mental lewat media sosial, selayaknya tak ditujukan ke pemain. Para pemain memang sangat butuh kritikan akan terpacu jadi lebih baik, tetapi saat ini kondisi psikologisnya sedang turun.
Dalam situasi seperti ini PSSI bisa ambil bagian. Tentu saja bukan hanya membakar motivasi di ruang ganti. Pemain butuh lebih dari itu agar perjuangan meraih satu tiket Olimpiade 2024 lebih maksimal.
(jun)