Jakarta, CNN Indonesia --
Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyebut target besar Timnas Indonesia ke Shin Tae Yong adalah mencapai posisi 100 besar dunia di ranking FIFA.
Saat ini Indonesia bertengger di peringkat ke-134. Saat Shin diperkenalkan PSSI pada 28 Desember 2019, Indonesia ada di peringkat ke-173. Selama empat tahun lebih, posisi Indonesia naik.
Hingga Mei 2024, Indonesia merangsek 39 tangga, ke posisi 134. Dari awalnya tim berposisi terbawah ketiga ASEAN, kini Indonesia hanya kalah dari Thailand (101) dan Vietnam (115).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam tempo tiga tahun ke depan atau hingga 2027, bisakah Shin membawa Indonesia masuk 100 besar dunia? Jika konsisten, posisi 100 besar ini bisa dicapai pada 2025.
Pasalnya Indonesia akan bertarung dalam fase ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Tim merah putih hanya butuh satu kemenangan dari dua pertandingan tersisa untuk lolos ke fase ketiga.
Mengacu peringkat klasemen grup terkini fase kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026, calon lawan yang akan dihadapi Indonesia di fase ketiga adalah tim-tim berperingkat 100 besar dunia.
Artinya ada banyak poin besar yang bisa dikumpulkan Indonesia di fase ketiga. Menang sama artinya akan naik peringkat, sebaliknya kalah akan membuat posisi Indonesia semakin terjerembab.
Pada fase ketiga ada 10 pertandingan yang akan dijalani Indonesia. Australia, Iran, Irak, Jepang, Qatar, dan Uni Emirat Arab adalah beberapa tim yang bakal dilawan Indonesia.
Jika target Shin dan PSSI di fase ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 adalah masuk posisi tiga dan empat, minimal empat kemenangan harus diraih Indonesia dari total 10 pertandingan.
Jika masuk dua besar atau otomatis lolos ke Piala Dunia 2026, enam hingga delapan pertandingan harus dimenangkan. Untuk sementara, bagi Indonesia posisi dua besar mungkin masih belum realistis.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>
Satu yang pasti, level usia sama sekali tidak sama dengan level senior. Buktinya Indonesia bisa juara di level usia, tetapi tidak untuk level senior.
Contoh, Indonesia tak berkutik atas Australia di Piala Asia 2023 (2024). Namun saat bentrok dengan Australia di Piala Asia U-23 2024, Indonesia yang sebaliknya menang.
Karenanya pencapaian Indonesia U-23 yang menembus semifinal Piala Asia U-23 2024 tak bisa dijadikan acuan. Pencapaian di Piala Asia U-23 2024 ini bukan berarti Indonesia tim empat besar Asia.
Pembuktian kualitas sesungguhnya di level senior. Dan, ujian terkini kualitas performa Indonesia adalah melawan Irak di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan pada 6 Juni nanti.
Untuk pertandingan ini Shin telah merilis 22 nama. Mereka ini akan berkumpul pada 27 Mei. Dengan persiapan lebih dari satu pekan, performa Indonesia diharapkan terkatrol.
Namun, banyak pihak pesimistis Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan bisa menumpas Irak. Faktanya, Indonesia menyerah 1-5 dari Irak pada pertemuan pertama di Stadion Basra pada 2023.
Sejauh ini, Irak juga belum menelan kekalahan. Dari empat pertandingan sebelumnya, semua diselesaikan dengan kemenangan. Mengalahkan Irak, walau di Jakarta, jelas bukan perkara mudah.
Bisa dibilang, Irak akan menjadi batu loncatan menatap pertandingan-pertandingan selanjutnya. Inilah modal bagi Shin dan anak asuhnya menatap panggung Piala Dunia 2026 dari dekat.
Realitasnya, PSSI terus mengakselerasi kekuatan Merah Putih. Jalan yang ditempuh PSSI dan Shin adalah menambah amunisi dengan menaturalisasi pemain keturunan Indonesia di luar negeri.
Jalan pintas ini sekilas sudah berbuah. Banyak pencapaian yang dicapai Indonesia dengan pemain naturalisasi di dalamnya. Bukan naturalisasinya yang problematik, tetapi prosesnya perlu dikritik.
Percepatan yang luar biasa dengan menggunakan tenaga negara, bukan proses wajar, ditempuh PSSI. Seolah-olah ini jalan paling penting untuk dikerjakan PSSI di tengah kondisi bola nasional yang guram.
[Gambas:Video CNN]