Jakarta, CNN Indonesia --
Dalam musik ia disebut alat bantu; penjaga tempo; pemandu stabilitas. Ialah metronom. Kini Timnas Indonesia sudah punya sosok itu.
Saat Indonesia kalah 0-2 dari Irak di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada Kamis (6/6), ketiadaan sosok metronom membuat permainan Indonesia agak sporadis.
Dalam hal ini, Thom Haye yang bertugas menjadi gelandang, adalah metronom itu. Irama yang dimainkan Haye berjalan baik seperti ada partitur di dalam kepalanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 10 menit babak pertama, Haye bersama Nathan Tjoe-A-On bisa menjaga lini tengah dengan disiplin. Situasi ini membuat Irak kehilangan ide dan kreativitas.
Cara Haye menutup ruang juga jitu. Saat Jordi Amat maju terlalu ke depan dan Rizky Ridho terlambat turun, Haye cermat menempatkan diri saat terjadi situasi serangan balik.
Visi menyerangnya juga terbilang menonjol. Pada menit ke-17 misalnya, Haye melepas umpan Panjang ke Shayne Pattynama yang langsung jadi peluang gol bagi Ragnar Oratmangoen.
Umpan terobosan yang dilepas Haye juga membuat barisan pertahanan Irak kelabakan. Dua di antaranya terjadi pada menit ke-34 dan 41, yang sayangnya tak berbuah gol.
Saat Haye diganti pada menit ke-65, setelah Jordi diganjar kartu merah, di mana Shin harus memasukkan pemain yang kuat dalam bertahan, pola serangan Indonesia tak lagi variatif.
Ivar Jenner sebagai pengganti lebih terlihat sebagai pemecah ombak. Menumpuk pemain yang kuat dalam bertahan jadi pilihan paling realistis dalam situasi kalah jumlah pemain.
Pada saat yang sama, keputusan Jesus Casas memasukkan wonderkid Ali Jasim di babak kedua merusak disiplin pertahanan Indonesia. Ia jadi otak kemenangan Irak di laga ini.
Jordi kena kartu merah karena harus menghentikan pergerakannya dan gol kedua Irak tercipta dari kecerdikannya mencuri bola dari kaki Ernando Ari yang mencoba bermain-main di kotak penalti.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>
Naluri dan pembacaan Shin Tae Yong akan permainan lawan terlihat saat melawan Irak. Setelah lima menit permainan berjalan, Shin sudah tahu titik lemah lawan.
Pada menit keenam, Shin memanggil asisten Choi In Cheol mendekat. Shin memperlihatkan gerakan tubuh menunjuk sisi sayap kiri, seperti Gerakan untuk umpan silang ke kiri.
Berselang beberapa menit kemudian, pesan Shin itu disampaikan Choi ke Jordi Amat. Terlihat Choi memberi bahasa tubuh untuk melepas umpan panjang di sayap kiri.
Pesan yang sama disampaikan Choi ke Sandy Walsh saat ada jeda perawatan pemain yang mengalami cedera. Instruksi ini langsung berbuah serangan berbahaya pada menit ke-17.
Tepat pada menit ke-20 Shin memanggil Thom Haye. Choi yang juga sering jadi penerjemah bahasa Inggris Timnas, kembali mendampingi. Ia yang menerjemahkan pernyataan Shin kepada Haye.
Pesan yang disampaikan Shin ini terbukti berbuah beberapa peluang matang. Irak dibuat kelabakan dengan permainan yang diterapkan. Intuisi strategi Shin terbukti ampuh.
 Shin Tae Yong menunjuk Jordi Amat sebagai kapten dalam laga Indonesia vs Irak. (CNNIndonesia/Abdul Susila) |
Sayang, peluang-peluang itu tak ada yang berbuah gol. Jika disaksikan dengan saksama, komunikasi masih menjadi kendala. Antarlini dan antarpemain seperti masih ada Jarak.
Shayne Pattynama seperti belum punya chemistry dengan Rafael Struick. Ragnar Oratmangoen juga tampak belum 'hubungan batin' dengan Marselino Ferdinan dan pemain lainnya.
Ketika ada jarak pemisah seperti ini, sosok pemimpin tak tampak. Sosok yang bisa menjalin keterpisahan belum muncul di dalam tim yang dipenuhi pemain keturunan ini.
Jordi Amat sebagai kapten bisa berkomunikasi dengan baik dengan Rizky Ridho, tetapi ke yang lain belum. Jarang terlihat Jordi meneriaki rekannya yang lupa fungsi dan posisi.
Ini berbeda jika Asnawi Mangkualam yang memakai ban kapten. Pemain Port FC ini tak sungkan berteriak dan mengekspresikan emosi, tetapi sepertinya masih segan ke beberapa pemain.
[Gambas:Video CNN]