Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Indonesia dibangun Shin Tae Yong untuk menjadi tim yang eksplosif. Akankah skuad Garuda meledak saat menjamu Filipina?
Duel Indonesia versus Filipina dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 akan berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta pada Selasa (11/6) malam.
Laga ini akan menentukan apakah Indonesia bisa melaju ke fase ketiga kualifikasi dan lolos langsung ke Piala Asia 2027 atau tidak. Indonesia dituntut menang di laga ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melawan Filipina, yang notabene bukan 'the big four ASEAN' tim asuhan Shin Tae Yong ini sepantasnya main menyerang dan menekan. Main bertahan, apalagi negatif, kiranya bukan pilihan.
Namun, saat ini Timnas Indonesia identik dengan formasi tiga bek sejajar. Formasi ini distigma sebagai strategi menumpuk pemain bertahan dan cuma mengandalkan serangan balik.
Shin mulai paten menggunakan formasi tiga bek sejajar di Timnas Indonesia saat tampil di Piala AFF 2020 (2021). Tepatnya saat melawan Vietnam yang berakhir dengan skor 0-0.
Setelah itu, formasi tiga bek ini semakin sering digunakan. Bahkan bisa dibilang ini jadi formasi utama tim Merah Putih. Sudah jarang Shin memakai skema empat bek sejajar lagi.
Dan, awalnya dikonsep sebagai sistem pertahanan yang solid, formasi 3-4-3 atau 3-5-2 mulai memperlihatkan dampak ledaknya. Dengan formasi ini Indonesia mulai tampil agresif.
Dalam 11 laga selama 2024 misalnya, Timnas Indonesia nyaris tak pernah main negatif; bertahan. Menyerang dan menekan, meski lawan lebih kuat, tetap dipraktikkan.
Teranyar, Irak dibuat kelabakan pada 45 menit babak pertama, Kamis (6/6). Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan main eksplosif, meski penyelesaian akhirnya belum klinis.
Melawan Irak, Timnas Indonesia wajar tidak meledak di GBK. Kualitas bertahan lawan solid bak karang. Tetapi, melawan Filipina tidak bisa tidak, sepantasnya; seharusnya meledak-ledak.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Dalam laga melawan Filipina ini, kemungkinan besar ada dua debutan yang bakal tampil. Kedua pemain yang dimaksud adalah Calvin Verdonk dan Malik Risaldi.
Utamanya Verdonk punya kans jadi starter. Ini karena statistik Verdonk di Liga Belanda (Eredivisie) musim ini mentereng. Bahkan paling baik di antara pemain keturunan lainnya.
Bersama NEC Nijmegen, Verdonk menjalani 33 laga Eredivisie 2023/2024. Ia hanya absen sekali karena akumulasi kartu kuning. Dari 33 laga itu, Verdonk menyumbang dua gol dan assist.
Verdonk merupakan pemain berposisi bek sayap kiri. Namun, pemuda 27 tahun ini juga sering main sebagai bek tengah. Posisi bek tengah ini diperankannya sebanyak delapan kali.
Artinya pula ada potensi Verdonk bermain sebagai bek tengah. Opsi ini bisa saja diambil Shin mengingat Jordi Amat absen karena menjalani sanksi kartu merah saat lawan Irak.
Bisa jadi Verdonk berduet dengan Jay Idzes dan Rizky Ridho. Bisa pula bersama Justin Hubner atau Muhammad Ferarri. Verdonk bisa menjadi pelengkap elemen yang hilang.
Sedangkan potensi Verdonk dimainkan sebagai bek sayap kiri juga terbuka, meski sayang. Pasalnya ada tiga pemain bek kiri yang punya kualitas tidak terlalu berbeda jauh.
[Gambas:Photo CNN]
Tiga bek kiri yang dimaksud adalah Pratama Arhan, Shayne Pattynama, dan Nathan Tjoe-A-On. Dari ketiga pemain ini, Nathan semakin sering ditempatkan sebagai gelandang.
Terlepas dari itu, mau nantinya Verdonk main sebagai bek tengah atau bek sayap kiri, ia harus membuktikan kualitasnya. Kehadiran Verdonk harus semakin menguatkan performa Timnas.
Dan, tentu saja, yang ingin dilihat suporter adalah permainan indah, solid, juga menang. Verdonk kiranya bisa menjadi katalisator untuk memenangkan Timnas Indonesia.
Oleh sebab itu tak ada alasan untuk tidak meledak saat melawan Filipina. Hasil imbang 1-1 seperti terjadi di Manila pada 21 November 2023, jangan sampai terulang di GBK.
[Gambas:Video CNN]