PSSI Godok Formula Kursus Lisensi Pelatih Murah di 38 Provinsi

CNN Indonesia
Jumat, 21 Jun 2024 20:04 WIB
Arya menyebut PSSI tengah menggodok formula kursus lisensi pelatih berbiaya murah. (CNN Indonesia/Ramadhan Nur Fadillah).
Jakarta, CNN Indonesia --

Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Arya Sinulingga menyebut federasi sedang menggodok formula kursus lisensi pelatih murah.

Ini jadi konsentrasi PSSI setelah menelisik dalam satu tahun terakhir kondisi kepelatihan di dalam negeri. Saat ini banyak klub sekolah sepak bola, tetapi pelatihnya tak berlisensi.

Salah satu contoh kasusnya terjadi di Sumatera Utara. Arya mengetahui kondisi di Sumatera Utara karena saat ini menjabat sebagai pelaksana tugas (plt) Ketua Asprov PSSI Sumatera Utara.

Dari peninjauannya di Sumatera Utara dan perbincangan dengan pelaku sepak bola akar rumput, biaya kursus jadi kendala. Jika dibiarkan, ini akan jadi masalah.

"Ini yang diminta pak Erick [Thohir]. Saya ke sana [Sumatera Utara] ditugaskan pak Erick agar PSSI pengurus di pusat untuk melihat masalah di bawah. Ternyata masalah banyak banget."

"Sumber pemain kan ada dua, dari klub dan regional. Masalah pertama adalah SSB banyak, tapi pelatih yang berlisensi cuma 20 persennya," ucap Arya dalam podcast dengan CNN Indonesia.



Karena itu PSSI mencoba mencari jalan tengah. Biaya kursus lisensi pelatih akan coba dikurangi. Untuk mekanismenya seperti apa, sedang digodok secara matang.

"Ini yang pak Erick minta benahkan. Akhirnya kami ingin perbanyak pelatih. Kami membuat formula kursus pelatih [berbiaya] murah," ucap pemilik klub Liga 2, Sada Sumut FC ini.

"Biaya lisensi D Rp3-5 juta, lisensi C Rp10 jutaan, lisensi B Rp28-30 juta. A lebih mahal di atas Rp50 juta dan yang paling mahal itu A pro bisa mencapai Rp250 juta," katanya menambahkan.

Sebagai perbandingan, biaya kursus di Singapura jauh lebih murah dibanding Indonesia. Cara yang digunakan Singapura untuk memangkas biaya akan coba diterapkan oleh PSSI.

"Bulan Agustus ini kami ingin mulai programnya. Instruktur saja bisa sampai satu orang atau dua orang. Harusnya instruktur ada di setiap kabupaten," kata Arya.

Selain wasit, jumlah kompetisi usia muda di daerah juga terbilang minim. Untuk itu Asprov PSSI Sumatera Utara yang dipegang Arya akan menggelar kompetisi usia muda.

"Wasit juga kurang. Terus kompetisi juga jarang, paling cuma satu seminggu. Jadi jam terbang pemain kurang. Di daerah pelatih tidak ada, wasit kurang, kurang kompetisi."

"Jadinya tidak ada yang main bola sehingga infrastruktur tidak ada. Banyak lapangan jadi pasar malam," katanya menjelaskan.



(abs/ptr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK