Datang ke Jerman dengan status juara bertahan UEFA Nations League 2023, awalnya Spanyol tetap dipandang sebelah mata.
Namun, perlahan tapi pasti, Luis De La Fuente menyadarkan publik bahwa sepak bola Spanyol masih ada. Masih ada di level teratas meski generasi emasnya telah purna tugas.
Gaya main La Furia Roja racikan De La Fuente tak menanggalkan gaya tiki-taka. Namun, tidak sepenuhnya ala Barcelona. Kini pendekatannya lebih agresif dan progresif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seni bermain bola dengan kekuatan umpan dan intuisi keindahan, dipadu padankan oleh De La Fuente dengan nuansa 'rock' mirip gegenpressing untuk membungkam imajinasi lawan.
Sinyal atau kolektivitas pemain Spanyol sudah seperti di jaringan 5G yang stabil. Terbuka pula, dari empat semifinalis Euro 2024, akurasi umpan Spanyol memang paling tinggi.
Begitulah kira-kira permainan Spanyol pada 20 hingga 30 menit pertama permainannya. Setelah itu, jika berkaca lima laga sebelumnya, Spanyol main agak kehilangan jati diri.
Ini pula, yang kira-kira, membuat Jerman akhirnya bisa memperpanjang nafas di babak delapan besar. Beruntung De La Fuente kembali bisa menyadarkan pemain di masa injury time.
Yang juga membuat Spanyol tampak begitu stabil, tak ada pemain yang didewakan. Saat Pedri cedera di awal laga melawan Jerman, Dani Olmo tampil mengagumkan sebagai pengganti.
Namun, absennya Dani Carvajal dan Robin Le Normand di semifinal karena akumulasi kartu, bisa menjadi titik lemah. Prancis punya barisan depan yang lincah dan cepat.
Kylian Mbappe, Antoine Griezmann, N'Golo Kante, Eduardo Camavinga, hingga Randal Kolo Muani, bisa merepotkan Spanyol, meski untuk saat ini sekilas sama sekali tak berbahaya.
Prancis adalah tim dengan jumlah gol paling minim, satu. Menang ada dua gol lainnya, tetapi tercatat atas nama lawan alias gol bunuh diri. Spanyol bisa berbahaya buat Prancis.
(nva)