Southgate seolah sadar, pertahanan timnya rapuh saat bermain dengan dua bek tengah. Namun, nyatanya, formasi tiga bek juga belum ampuh.
Buktinya Swiss bisa dengan mudah menembus garis demarkasi yang dibuat trio Kyle Walker, John Stones, dan Ezri Konsa. Gol Swiss jadi gambaran lini belakang Inggris sungguh keropos.
Namun, sejumlah pakar sepak bola Inggris menilai ini wajar. Pasalnya sudah lama Southgate tak memakai formasi itu. Formula 4-4-2 atau 4-2-3-1 lebih sering digunakan The Three Lions.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk melawan Belanda, tiga bek bakal jadi opsi paling memungkinkan. Pasalnya lini depan Belanda punya kecepatan, seperti Memphis Depay, Gakpo, dan Donyell Malen, juga Xavi Simons.
Tiga bek ini juga bisa jadi opsi untuk menghambat opsi umpan-umpan silang Belanda saat Wout Weghorst atau Joshua Zirkzee dimainkan sebagai kartu truf.
Dalam pola dinamis 4-2-3-1 Belanda yang diolah Koeman, selain Simons yang jadi lebih bernyali, Jerdy Schouten jadi kunci. Gelandang PSV Eindhoven ini tampil stabil.
Kecerdikan Schouten menjaga wilayah membuat Simons nyaman menusuk jantung pertahanan lawan. Adapun Tijjani Reijnders seperti dikonstruksi Koeman bermain sporadis. Perusak.
Terlepas dari itu, ketenangan dan kekaleman, sepertinya bakal berperan besar. Tim-tim yang suka main grusa-grusu, buru-buru, juga membabi-buta, sudah berguguran.
Musim panas Jerman yang mencapai 29 derajat celcius memang harus disikapi dingin. Sikap dingin inilah yang dipertontonkan Southgate selama kejuaraan Euro 2024.
Kritik dan sorotan akan permainan membosankan Harry Kane dan kawan-kawan, ditanggapi dengan senyuman. Pada akhirnya, dalam intrik Southgate, menang adalah ambisi.
Karenanya, kick and rush yang identik dengan Inggris dan total football yang khas Belanda, mungkin hidup lagi. Kembali ke tradisi akar sepak bola yang bakal memenangkan duel kolosal.