ANALISIS

Sepak Bola Olimpiade Hilang Magis, Medali Emas Tak Lagi Prestisius

Abdul Susila | CNN Indonesia
Rabu, 24 Jul 2024 08:20 WIB
Cabang olahraga sepak bola perlahan mulai kehilangan pamor pada ajang Olimpiade karena minim bintang-bintang kenamaan.
Argentina diperkuat pemain senior seperti Nicolas Otamendi dan Julian Alvarez. (REUTERS/Thaier Al-Sudani)
Jakarta, CNN Indonesia --

Cabang olahraga sepak bola Olimpiade 2024 makin kehilangan magis. Saat cabang olahraga lainnya menjadikan Olimpiade target utama, sepak bola hanya pelengkap.

Di Olimpiade Paris 2024 misalnya, tak banyak bintang dunia ambil bagian. Hanya ada beberapa nama, seperti Nicolas Otamendi dan Julian Alvarez (Argentina) dan Achraf Hakimi (Maroko).

Penerapan pemain U-23 sejak 1992 dan tak masuk agenda resmi FIFA, jadi salah satu faktor. Dampaknya, pemain-pemain yang sudah punya nama, yang utamanya berkiprah di Eropa, tak ambil bagian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski Olimpiade musim panas berlangsung saat sebagian besar kompetisi besar Eropa belum dimulai, klub enggan melepas pemainnya. Para pemain juga kurang tertarik ambil bagian.

Status amatir dan profesional memang pernah jadi sengketa antara IOC dan FIFA. Karena sengketa ini, cabang olahraga sepak bola sempat dihapus dari nomor perlombaan pada Olimpiade 1932.

Saat dipertandingkan lagi dengan kebijakan pemain profesional bisa ambil bagian pada 1992, antusiasmenya sudah tak sama. Marwah dan magis sepak bola Olimpiade merosot.

Padahal, cabang olahraga lain menganggap Olimpiade sebagai puncak rantai prestasi. Meraih medali emas Olimpiade sama artinya mencapai podium tertinggi.

Setiap cabang olahraga punya kejuaraan dunia, sama dengan Piala Dunia milik FIFA, tetapi harkat Olimpiade tetap mewah. Prestise semacam ini tidak berlaku di sepak bola.

Untuk nomor bulutangkis misalnya, emas Olimpiade sering dianggap sebagai pengkhatam prestasi. Begitu juga dengan nomor perlombaan lainnya seperti angkat besi, atletik, dan renang.

Cabang olahraga tinju, yang diikuti pemain-pemain amatir, juga tetap prestisius. Mereka yang mendapat medali emas biasanya bisa langsung tarung perebutan sabuk gelar juara dunia begitu alih status.

Ini terjadi karena FIFA membuat dikotomi. Semua kejuaraan di luar FIFA dianggap sebagai turnamen minor, bukan mayor. Juara Piala Eropa U-21 bahkan dinilai lebih bergengsi dibanding Olimpiade.

Karenanya pula banyak mantan pesepakbola dunia menilai sepak bola Olimpiade sudah tak menarik. Oleh karena itu pula juara umum Olimpiade tak tergerus marwahnya tanpa medali emas sepak bola.

Baca kelanjutan berita ini di halaman berikutnya>>>

Argentina, Brasil, Prancis, atau Spanyol Calon Kuat Juara Olimpiade

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER