KOLOM

Gregoria Mariska Tunjung dan Nama Besar Indonesia di Punggung

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Senin, 05 Agu 2024 14:50 WIB
Gregoria Mariska Tunjung berhasil merebut medali perunggu Olimpiade Paris 2024. (REUTERS/Ann Wang)
Jakarta, CNN Indonesia --

Agustus 2024,

Gregoria Mariska duduk di sofa di dalam rumahnya yang tenang. Di tangannya, gelas ia genggam kuat-kuat. Matanya terus mengawasi televisi.

Layar televisi menunjukkan kenyataan pahit untuk Gregoria dan masyarakat Indonesia. Indonesia tanpa medali di Olimpiade Paris 2024.

Gregoria Mariska menghela napas. Bagaimanapun, badminton adalah dunia yang pernah lama didiaminya. Kegagalan itu jelas ikut jadi pukulan telak baginya.

Sesaat kemudian, Gregoria Mariska sempat membayangkan apa yang terjadi bila ia masih bertahan di lapangan.

Namun bayangan itu lekas-lekas ia hapus. Karena yang terpenting bagi dirinya saat ini adalah hidup tenang, tanpa tekanan berlebihan dan bahkan tanpa cacian.

-------------

Gambaran momen di atas memang hanya bayangan, bukan kenyataan yang sebenarnya. Karena Gregoria Mariska Tunjung tetap tampil di lapangan membawa nama Indonesia di punggung miliknya. Namun bayangan itu sejatinya bukan sebuah alternatif kejadian yang jauh dari kenyataan.

Gregoria Mariska sempat hampir memutuskan meninggalkan lapangan badminton. Persimpangan jalan untuk Gregoria Mariska itu terjadi di tahun 2022.

Saat itu Gregoria Mariska tak kuat menanggung segala macam tekanan yang ada. Kemunculan Gregoria Mariska adalah kombinasi harapan dan tuntutan besar yang datang bersamaan.

Ketika Gregoria Mariska juara dunia junior, penggemar badminton Indonesia seolah menuntaskan rindu besar atas kehilangan-kehilangan yang mereka rasakan.

Kehilangan sosok level 'dewi' dalam diri Susy Susanti yang pernah membuat Indonesia jadi yang terhebat di tunggal putri, kehilangan sosok pemain muda jenius berbakat dalam diri Mia Audina yang memutuskan hijrah ke Belanda, hingga kehilangan sosok penuh kejutan Maria Kristin Yulianti yang terpaksa cepat menepi karena cedera.

Kerinduan-kerinduan itu semua tumpah ke dalam diri Gregoria Mariska. Harapan yang kemudian turut disertai tekanan dan beban besar, yang nyatanya sempat tak bisa ditopang dengan baik oleh Gregoria Mariska.

s Singles Semifinals - Porte de La Chapelle Arena, Paris, France - August 04, 2024. Gregoria Mariska Tunjung of Indonesia in action during the match against Se Young An of South Korea. REUTERS/Hamad I Mohammed" title="Gregoria Mariska Tunjung semifinal olimpiade paris 2024" />Gregoria Mariska Tunjung punya beban berat sejak berstatus sebagai juara dunia junior. (REUTERS/Hamad I Mohammed)

Di Indonesia era saat ini, strata pemain Pelatnas Cipayung terkadang bisa dikelompokkan dari perlakuan sekelompok netizen terhadap mereka di media sosial.

Kelompok satu adalah kelompok pemain yang belum tersentuh oleh netizen. Tidak dicaci, tidak dipuji. Biasanya pemain ini merupakan pemain baru yang tidak terlalu mencolok dan bahkan terkadang sudah keluar pelatnas dalam waktu singkat sebelum netizen familiar dengan namanya.

Kelompok dua adalah kelompok pemain yang terus-menerus dapat caci maki dari netizen. Kelompok ini biasanya kelompok pemain kategori utama yang sudah sering berangkat ke turnamen besar ,tetapi belum bisa berprestasi dan sering kalah di babak awal.

Kelompok tiga adalah kelompok yang mendapat caci maki dan juga tak jarang dapat serbuan pujian. Biasanya mereka terdiri dari pemain-pemain yang jadi wajah utama Tim Badminton Indonesia. Ketika berprestasi, mereka dipuji namun jika kalah di babak awal, tak lepas dari caci maki.

Di atas itu, ada kelompok yang tidak pernah lagi mendapat caci maki. Yang ada hanya pujian dan pemakluman. Kelompok ini adalah level super elite yang hanya diisi pemain yang layak masuk daftar legenda.

Gregoria Mariska Tunjung datang ke Olimpiade dengan tekad berjuang sekuat tenaga untuk Indonesia. (WAHYU PUTRO A/Wahyu Putro A)

Dari paparan di atas, Gregoria Mariska masuk ke kelompok tiga. Ia jadi salah satu pemain harapan, terlebih sudah bertahun-tahun jadi pebulutangkis nomor satu di nomor tunggal putri. Namun tak jarang caci maki terus ia dapatkan ketika ekspektasi sekelompok penonton itu tidak terpenuhi.

Gregoria pun sadar bahwa ia juga ingin terus berkembang. Namun kenyataan terkadang tak seindah harapan. Ia terus dipukuli oleh kegagalan demi kegagalan. Nama besar Indonesia seolah tak lagi sanggup dibawa di punggung miliknya.

Kombinasi tekanan itulah, dari luar dan dalam, yang kemudian menyudutkan Gregoria Mariska. Ia terpojok hingga berpikir harus menempuh jalan lain. Badminton tidak lagi membuatnya merasakan kebahagiaan seutuhnya.

Di tengah situasi pelik itulah, Gregoria Mariska kemudian memutuskan bertahan. Berkat dukungan orang tua, keluarga, kekasih, dan para penggemar yang mengirimnya surat-surat penuh dukungan, Gregoria memutuskan tetap memijak bulutangkis sebagai jalan hidupnya.

Janji Jorji yang Terpenuhi

Setelah tak lagi bimbang di persimpangan jalan, Gregoria Mariska mulai bisa mengeluarkan segala potensi di dalam dirinya. Ia terus bertekad berusaha sekuat tenaga, semampu yang ia bisa.

Masuk ke 2023, gelar juara dan babak akhir mulai familiar dengan Jorji. Ia juga bisa menembus 10 besar dan masuk ke kelompok pebulutangkis top dunia.

Gregoria Mariska lalu datang ke Olimpiade Paris 2024 dengan status unggulan ketujuh. Sejak awal Jorji menjanjikan bahwa ia akan tampil mati-matian, mengeluarkan segala yang ia punya, demi Indonesia.

Janji itulah yang akhirnya bisa diwujudkan oleh Gregoria Mariska. Butuh perjuangan besar untuk membuat janji itu bisa terpenuhi.

Jorji sudah sendirian membawa nama Indonesia di cabor badminton Olimpiade sejak tampil di babak 16 besar. Beberapa jam sebelumnya, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto telah kalah di babak perempat final ganda putra.

Beban itu sangat besar. Karena sepanjang sejarah Indonesia di Olimpiade, tidak ada pebulutangkis yang benar-benar tinggal jadi wakil satu-satunya saat turnamen masih ada di babak 16 besar.

Akhirnya pertarungan besar Jorji pun dimulai saat itu. Dalam duel lawan Kim Ga Eun, terlihat Jorji bermain dengan tekanan maha dahsyat.

Setelah menang mudah di gim pertama, Gregoria kalah telak di gim kedua dan tertinggal di gim ketiga. Saat situasi kritis ada di depan mata, Gregoria Mariska kemudian bisa menampilkan versi terbaik dalam dirinya dan melenggang ke perempat final.

Di babak perempat final, Gregoria Mariska Tunjung menunjukkan penampilan terbaik selama Olimpiade Paris 2024. Gregoria benar-benar membuat Ratchanok kerepotan.

s Singles Quarterfinals - Porte de La Chapelle Arena, Paris, France - August 03, 2024. Gregoria Mariska Tunjung of Indonesia reacts during the match against Ratchanok Intanon of Thailand. REUTERS/Hamad I Mohammed" title="Gregoria Mariska Tunjung" />Duel lawan Ratchanok Intanon jadi penampilan terbaik Gregoria Mariska di Olimpiade Paris 2024. (REUTERS/Hamad I Mohammed)

Riwayat tertinggal 1-8 dalam rekor pertemuan benar-benar tak tampak di lapangan. Yang ada, Gregoria menunjukkan bahwa serangan-serangan yang ia tampilkan berarti kabar buruk bagi lawan.

Setelah menang tipis di gim pertama lewat laga yang mendebarkan, Jorji bisa benar-benar menguasai keadaan dan menang telak di gim kedua.

Masuk semifinal, harapan Gregoria Mariska untuk bisa melangkah lebih jauh sebenarnya terbuka. Di babak pertama, Gregoria bisa menunjukkan bahwa An Se Young yang sering dijuluki 'bocah ajaib' juga manusia biasa, manusia yang bisa kesulitan dalam tekanan.

Sayangnya, jerat tekanan Gregoria kurang kuat. An Se Young bisa lepas di gim kedua dan kemudian menang di gim penentuan setelah lebih dulu mencatat start yang menguntungkan.

Gregoria Mariska Tunjung kemudian resmi berkalung medali perunggu setelah Carolina Marin mengalami cedera di laga semifinal. Meski tanpa pertandingan perebutan perunggu, penampilan Gregoria sepanjang Olimpiade Paris 2024 sudah membuktikan bahwa dirinya layak berdiri di podium ketiga.

Gregoria Mariska telah memenuhi janjinya untuk habis-habisan membawa nama Indonesia. Nama besar Indonesia sebagai negara kuat di badminton pun bisa sedikit terselamatkan dengan penampilan Gregoria Mariska.

Gregoria juga kini bisa jadi acuan terkini generasi muda tunggal putri Indonesia. Bahwa tunggal putri Indonesia bisa bersaing di level dunia, bukan sekadar penggembira.

Tim Badminton Indonesia memang gagal meneruskan tradisi emas di Olimpiade Paris 2024. Kekecewaan mengarah kuat pada Pengurus PBSI dan juga pemain-pemain yang ada di dalam skuad.

Namun hal itu tidak berlaku untuk Gregoria Mariska Tunjung. Karena Gregoria Mariska masih memberikan kebahagiaan untuk suporter Indonesia.

(har)
PROFILE

Putra Permata Tegar Idaman

Menggemari bulutangkis dan mengagumi Roberto Baggio sejak kecil. Pernah bekerja di harian Top Skor dan Jakarta Globe. Kini menjadi penulis di kanal olahraga CNN Indonesia

Selengkapnya