Bonus untuk atlet berprestasi peraih medali sudah menjadi kebiasaan di setiap edisi Olimpiade. Berikut sejarah bonus Olimpiade untuk atlet Indonesia dari tahun ke tahun.
Torehan medali pertama Indonesia adalah perak yang dipersembahkan 'Tiga Srikandi' panahan Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardhani, dan Lilies Handayani di Olimpiade 1988 Seoul. Setiba di Jakarta, mereka dijanjikan beasiswa Supersemar oleh pemerintah pusat.
Lilies mendapat uang tabungan Rp10 juta dari pemerintah Jawa Timur, Nurhayati menerima tabungan Rp25 juta dari pemerintah DKI Jakarta, lalu Kusuma Wardhani diberi rumah tipe 54 dari pengusaha di Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prestasi Indonesia di Olimpiade kemudian meningkat usai pertama kalinya menapak podium tertinggi di Olimpiade pada 1992. Sebenarnya medali emas sudah pernah didapatkan di Olimpiade 1972, namun saat itu cabor bulutangkis masih berstatus ekshibisi sehingga tak masuk ke perhitungan medali.
Barulah pada 1992, cabor bulutangkis masuk jadi cabor resmi dan Indonesia langsung mendulang prestasi. Ada dua medali emas yang dipersembahkan oleh Susy Susanti (tunggal putri) dan Alan Budikusuma (tunggal putra).
Prestasi bersejarah itu langsung disambut dengan guyuran hadiah kepada Susy dan Alan. Kala itu, Alan dan Susy masing-masing mendapatkan total hadiah Rp780 juta dengan rincian Rp450 juta dari MPR-DPR, Rp255 juta dari Pemda Jabar, Rp50 juta dari PBSI, dan Rp25 juta dari pihak swasta.
Pada edisi berikutnya di Olimpiade 1996 Indonesia kembali mendulang emas dari ganda putra bulutangkis, Ricky Soebagja/Rexy Mainaky. Mereka masing-masing mendapat bonus dari KONI Pusat sebesar Rp500 juta. Bonus dengan nilai serupa juga diterima oleh ganda putra Tony Gunawan/Chandra Wijaya yang meraih emas di Olimpiade 2000.
Bonus untuk atlet semakin besar di Olimpiade 2004. Saat itu Taufik Hidayat yang menyabet medali emas mendapatkan Rp2 miliar dari PBSI, Rp1 miliar dari KONI Pusat, plus alat-alat elektronik seperti televisi hingga kulkas dari perusahaan swasta.
Empat tahun berselang, tradisi bonus terus dijaga. Pemerintah pusat memberi total bonus Rp1,5 miliar untuk Hendra Setiawan/Markis Kido setelah memenangkan medali emas di ganda putra bulutangkis Olimpiade 2008.
Pada Olimpiade 2012, tidak ada medali emas yang didapatkan Indonesia. Namun pemerintah pusat tetap memberikan bonus untuk peraih medali perak sebesar Rp400 juta dan Rp200 juta untuk perunggu.
Tradisi emas kembali terjaga di Olimpiade 2016. Ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berhasil menyabet medali tertinggi di Rio. Mereka mendapatkan masing-masing Rp5 miliar dari pemerintah, Rp1,5 miliar dari klub, dan tambahan Rp1 miliar plus tiket penerbangan gratis seumur hidup dari sebuah maskapai pesawat.
Hadiah yang didapatkan atlet usai membawa medali emas semakin melimpah di Olimpiade 2020. Ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu mendapatkan masing-masing Rp5,5 miliar dari pemerintah dan berbagai hadiah dari pihak swasta seperti uang tunai Rp1,5 miliar, rumah di kampung halaman, hingga emas 3 kilogram.
Untuk Olimpiade 2024, besaran bonus atlet masih dihitung oleh pemerintah. Tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan naik mengingat di setiap edisi Olimpiade mengalami tren peningkatan.
(ikw/har)