TESTIMONI

Zulkifli Syukur: Bongkar Kebobrokan Wasit Kontroversial PON 2024

Zulkifli Syukur | CNN Indonesia
Rabu, 18 Sep 2024 19:10 WIB
Pelatih tim Sulawesi Tengah Zulkifli Syukur membeberkan tingkah aneh wasit saat anak melawan Aceh di perempat final PON 2024.
Zulkifli Syukur mengatakan mental anak asuhnya hancur di laga Aceh vs Sulteng. (Instagram/@kontingen_sulteng)

Terus terang dari awal saya memegang tim ini fokus saya membenahi mental dan sikap mereka karena kebiasaan-kebiasaan pemain, apalagi pemain tarkam kan. Itu fokus utama saya membenahi mental dan sikap mereka, baik di dalam lapangan atau di luar lapangan.

Bahkan saat fase grup kemarin, ada salah satu pemain saya melakukan pelanggaran sampai diberikan kartu kuning saya denda mereka Rp500 ribu. Saya tidak mau mereka bermain tidak sportif. Saya tidak pernah mengajarkan mereka untuk memancing keributan dalam pertandingan, tidak pernah sekalipun.

Namun ketika ada kejadian seperti kemarin itu memang sudah di luar dari kontrol saya. Ketika pemain saya melakukan pelanggaran pun mereka tidak pernah bereaksi berlebihan, bahkan ketika mereka mendapatkan kartu merah pertama dan ketika mendapatkan kartu merah kedua itu saya akui memang pelanggaran. Ketika diganjar kartu kuning pun masih wajar tapi kalau sudah dapat kartu merah langsung menurut saya berlebihan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, mungkin di kartu merah kedua pun pemain saya masih bisa terima. Saat wasit memberikan penalti tanpa ada sentuhan apapun, di situ mereka kesal dengan keputusan wasit. Kami jajaran pelatih melihat keputusan itu di pinggir lapangan sangat kesal dengan keputusan tersebut, apalagi mereka yang sedang bermain di dalam lapangan. Dikerjai habis-habisan.

Mereka pemain-pemain muda yang mentalnya masih labil. Mereka tidak ada niat untuk melakukan itu. Andai ada niat untuk melakukan itu kenapa tidak dari kartu merah pertama mereka melakukan hal tersebut?

Begitu aksi pemukulan itu dilakukan pemain saya, Muhammad Rizki, saya langsung memarahi dia. Saya tanya: "Kenapa kamu melakukan hal seperti itu, kan saya tidak mengajari?."

Lalu dia bilang: "Saya refleks coach, karena capek kami dikerjain begini terus". Saya bilang: "Ya, tapi jangan sampai kayak gini, kasian kamunya. Orang semua melihat, ngapain kita bertindak anarkis."

Setelah pertandingan pun di ruang ganti. orang tua Rizki langsung menelpon saya, minta tolong. Lalu saya bilang: "Baik bu saya akan tanggung jawab, saya akan melakukan pendampingan buat Rizki."

Ini merupakan tindakan refleks dari Rizki. Puncak amarahnya Rizki setelah dipermainkan di dalam pertandingan dan dia tahu bahwa itu salah.

Tetapi mau bagaimana sekarang semua sudah terjadi. Sekarang saya hanya bisa menguatkan mental mereka, memperbaiki mental mereka. Mungkin bisa dilihat sendiri dari beberapa video yang beredar di media sosial, hampir seluruh pemain saya menangis. Kita bisa melihat bagaimana hancurnya mental mereka, bahkan pemain saya yang meminta untuk tidak bermain lagi.

Sekarang, siapa yang mau saya mainkan kalau misalkan seluruh pemain saya yang bermain di dalam lapangan, meminta untuk diganti dan meminta untuk tidak bermain. Kan bisa kita bayangkan sehancur apa mental mereka.

Para pemain saya ini saat diganjar penalti pertama sudah tidak mau bermain. Makanya saya lama di locker room, saya koordinasi dengan ketua Asprov Sulteng. Akhirnya saya mencoba meyakinkan mereka lagi. Akhirnya mereka mau bermain. Ternyata penaltinya bisa ditepis. Saya pikir masalah itu sudah selesai, sudah clear, ternyata masih ada penalti berikutnya.

Kontingen Sulteng di PON 2024Mantan pemain Timnas Indonesia Zulkifli Syukur berharap Komdis PSSI menjatuhkan sanksi yang seadil-adilnya usai insiden di laga Aceh vs Sulteng. (Foto: Instagram/@kontingen_sulteng)

Saat pertandingan dihentikan pas tendangan penalti pertama saya juga melihat perangkat pertandingan begitu 'sibuk'. Baik itu dari panitia, liaison officer, terlalu sibuk keluar masuk ruang ganti kami.

Mereka bilang: "Ayo main, ayo main, ayo main". Dan di situ saya bilang: "Saya akan bermain jika ada pergantian wasit". Saya katakan, "Mengapa kok ini semua berubah ketika terjadi gol pertama? Mengapa kalian semua terlihat panik?"

Begitu penalti kedua diberikan kami berhenti lagi. Terus setelah berhenti, ditambah empat menit lagi tambahan waktu. Harusnya kan sampai 107, tapi waktu bertambah lagi sampai 120 menit, dari situ pun kan sudah salah. Ya memang mereka menunggu gol, baru diberhentikan pertandingan.

Saya yakin jika penalti yang di menit-menit akhir itu tidak masuk, pertandingan belum akan selesai. Saya yakin itu, gimana caranya lah. Misal penaltinya tidak gol, mungkin itu diulang dengan alasan ada pemain saya yang masuk terlalu cepat ke kotak penalti atau kiper saya yang bergerak lebih dulu. Bisa jadi kan?

Kembali saya tegaskan soal ini. Saya tidak masalah kalah atau menang yang saya pertimbangkan mental pemain saya. Itu saja.

Bisa dilihat sehancur apa mental pemain saya dikerjai habis-habisan. Di usia mereka, padahal ini usia-usia emas bagi mereka untuk menanjak ke level yang lebih tinggi tapi ini malah hancur, malah dipertontonkan hal yang tidak baik. Nah ini saya pikir kurang tepat, kurang bagus.

Satu yang pasti, saya tetap tidak setuju apa yang dilakukan pemain saya dan memang dia pantas mendapatkan sanksi. Tetapi yang harus dilihat disini soal sebab akibatnya karena tidak mungkin pemain saya melakukan ini jika tidak ada sebabnya.

Kemudian yang kedua, dia melakukan pemukulan juga tidak ada niat. Itu bentuk refleksnya setelah beberapa kejadian yang merugikan tim di malam hari itu. Saya harap, baik itu Komdis PSSI atau bapak Ketua Umum PSSI Erick Thohir bisa melihat itu secara objektif terhadap kasus pemain saya. Tetapi, tentu saya tetap tidak pernah membenarkan apa yang sudah dilakukan oleh pemain saya, seperti itu.

Harapan saya sebelum menjatuhkan sanksi, Komdis PSSI baiknya melihat pertandingan itu secara utuh baru memutuskan sesuatu.

(jal)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER