Jakarta, CNN Indonesia --
Perjuangan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 sempat diguncang isu paspor ganda. Namun hal ini tidak boleh mengganggu fokus tim demi berpentas di pentas global.
Saat ini Timnas Indonesia berada di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Sudah dua pertandingan yang dijalani skuad Garuda dengan dua hasil imbang.
Imbang dua kali sekaligus menghasilkan dua poin. Ini membuat Indonesia sementara berada di peringkat keempat, atau tempat terakhir agar berhak melaju ke putaran keempat kualifikasi. Akan tetapi, perjalanan tim besutan Shin Tae Yong masih begitu panjang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terdapat total 10 pertandingan pada putaran ketiga kualifikasi. Artinya Timnas Indonesia masih perlu bertanding delapan kali lagi untuk memperebutkan tiket lolos langsung ke putaran final Piala Dunia 2026, atau tiket melaju ke putaran keempat kualifikasi.
Tiket lolos langsung ke babak penyisihan Piala Dunia 2026 hanya diberikan kepada dua tim teratas pada klasemen akhir. Lalu peringkat ketiga dan keempat berhak melangkah ke putaran keempat kualifikasi.
Untuk mendapatkan tiket lolos langsung adalah tantangan super besar bagi Timnas Indonesia karena ada barisan raksasa Asia seperti Jepang, Arab Saudi, dan Australia yang jadi langganan Piala Dunia.
Kesempatan yang lebih realistis bagi Indonesia adalah lolos ke babak keempat kualifikasi. Dengan bekal dua poin di dua laga pembuka, motivasi Maarten Paes dan kawan-kawan akan semakin menyala untuk delapan pertandingan berikutnya.
Di sisi lain, muncul polemik di tengah perjuangan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Belum lama ini, menguar narasi tentang pemain naturalisasi yang ditengarai punya paspor ganda.
Pemain-pemain yang diberi status WNI, dianggap masih mengantongi paspor lama, dalam konteks ini adalah paspor Belanda. Padahal baik Indonesia maupun Belanda tidak menerapkan dua kewarganegaraan.
Baca kelanjutannya di halaman berikutnya...
Melalui UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI, Indonesia hanya mengenal kewarganegaraan tunggal dan kewarganegaraan ganda terbatas.
Untuk kewarganegaraan ganda terbatas khusus bagi anak yang berasal dari pernikahan campuran antara WNI dengan WNA. Namun mulai usia 18 hingga 21 tahun, sang anak harus memilih kewarganegaraan. Situasi ini terjadi pada Irfan Bachdim dan Elkan Baggott.
Nah, untuk pemain yang lahir di luar Indonesia dan kedua orang tuanya juga WNA, maka perlu menjalani proses naturalisasi. Namun setelah resmi jadi WNI maka yang bersangkutan harus menyerahkan paspor negara asalnya.
Dugaan memegang paspor ganda adalah tuduhan serius karena menyalahi hukum di Indonesia. Terlebih karena Belanda juga sudah tidak mengenal kewarganegaraan ganda sejak 2014 alhasil semua pemain naturalisasi seharusnya sudah tidak memegang paspor lamanya.
Belum lagi nama-nama pemain yang diduga memegang paspor ganda tidak disebutkan. Tuduhan tanpa bukti yang valid adalah bola liar dan bisa mengusik fokus tim atas apa yang sedang dijalani, dalam hal ini Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Patut diakui bahwa Timnas Indonesia mengalami peningkatan di lapangan dengan kehadiran pemain naturalisasi. Ini terlihat dari performa di Piala Asia 2023 dengan lolos ke fase gugur, peringkat FIFA yang naik tajam, dan tampil di putaran ketiga yang merupakan gerbang utama ke Piala Dunia 2026.
Mengimbangi Arab Saudi dan Australia juga memperkuat argumen peningkatan tim. Ini membuka harapan publik bahwa Timnas Indonesia mampu melangkah jauh menuju Piala Dunia.
Di satu sisi, polemik yang tengah terjadi bisa jadi pengingat bagi Timnas Indonesia dan PSSI untuk tetap menapak ke tanah. Sebab berita-berita wangi dan cerita manis dari Timnas Indonesia dapat membuat publik terlena terhadap persoalan esensial dalam lingkup bal-balan nasional.
Pasalnya urusan PSSI bukan hanya Timnas Indonesia. Contoh tanggungjawab besar lainnya adalah kompetisi dan pembinaan usia muda. Dua aspek ini juga punya persoalan turunan yang sama-sama penting semisal kualitas wasit, sepak bola wanita, dan kekerasan yang masih terjadi di lapangan hijau.
Sekali lagi, tidak ada masalah dalam naturalisasi pemain sebanyak apapun itu karena kebetulan pula mengambil pemain dengan latar belakang negeri asing sah di mata hukum dan keolahragaan. Tapi PSSI sebagai payung sepak bola Indonesia, harus tetap fokus pada segala tek tek bengek yang sudah jadi tugas mereka.
[Gambas:Video CNN]