Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Indonesia jatuh lagi di lubang yang sama saat bermain imbang 2-2 melawan Bahrain dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Sempat tertinggal 0-1, lalu menyamakan kedudukan 1-1, kemudian unggul 2-1, Indonesia lantas harus rela bermain imbang 2-2 dengan Bahrain usai kebobolan di menit ke-90+9 pada laga di Stadion Nasional Bahrain, Riffa, Kamis (10/10).
Memang, seperti ada situasi tidak ideal yang dibuat wasit. Sejatinya tambahan waktu di masa injury time hanya enam menit, tetapi laga tetap berjalan hingga 100 menit lebih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wasit Ahmed Al Kaf memilih tetap melanjutkan pertandingan, kendati enam menit waktu injury time sudah habis. Ini bisa diperdebatkan, tapi kelalaian di menit akhir harus jadi noktah merah.
Artinya, menit-menit akhir atau masa injury time masih jadi momok. Sebelumnya, saat imbang 1-1 lawan Arab Saudi, gawang Indonesia juga dibobol pada masa injury time babak pertama.
Ini kali kedelapan tim Merah Putih kebobolan di 10 menit terakhir pertandingan, babak pertama dan babak kedua, atau yang kelima kemasukan gol di masa injury time dalam 15 pertandingan selama 2024. Fokus Timnas Indonesia di menit-menit akhir laga harus diperbaiki.
Nahasnya juga, gol-gol yang bersarang di gawang Indonesia banyak yang berawal dari bola mati. Artinya antisipasi bola mati; tendangan bebas; sepak pojok; penalti, masih lemah.
Dalam lima laga terakhir, melawan Bahrain, Australia, Arab Saudi, Filipina, dan Irak, gawang Indonesia kebobolan lima kali dan empat di antaranya dari bola mati.
Hadirnya bek-bek level Eropa, seperti Mees Hilgers, Jay Idzes, hingga Eliano Reijnders, tak membuat situasi bola mati bisa diatasi. Kiranya ini bukan lagi soal postur tubuh.
Rasanya, ada formula yang kurang efektif, atau bahkan luput, dalam sesi latihan. Shin Tae Yong sudah sepantasnya introspeksi mengapa hal ini terulang dan terulang lagi.
Analisis Timnas Indonesia vs Bahrain berlanjut ke halaman kedua >>>
Apakah wasit Ahmed Al Kaf melebihkan waktu pertandingan Bahrain vs Indonesia di Stadion Nasional Bahrain, Riffa, pada Kamis (10/10) malam? Bisa diperdebatkan.
Saat pertandingan berjalan 89 menit dan 34 detik, ada pelanggaran yang dilakukan Witan Sulaeman. Lalu laga dilanjutkan di angka 91 menit 50 detik. Artinya ada waktu sekitar dua menit yang terbuang.
Lalu ada beberapa momen yang membuat laga dihentikan. Seperti di menit ke-94 saat Marselino Ferdinan diganjar kartu kuning. Namun, seharusnya hal itu menjadi bagian dari pertandingan.
Dari seluruh rangkaian enam menit yang diberikan wasit saat injury time babak kedua, sebenarnya tidak ada insiden yang benar-benar membuat laga seharusnya berjalan hingga 100 menit, kecuali insiden tendangan bebas karena pelanggaran Witan.
Bahkan ketika Marselino Ferdinan tergeletak kesakitan di kotak penalti Bahrain, wasit Ahmed Al Kaf tidak menghentikan pertandingan. Pelanggaran-pelanggaran lain yang dilakukan pemain Indonesia seharusnya tidak dihitung wasit sebagai tambahan waktu saat injury time.
Namun, pada akhirnya wasit Ahmed Al Kaf tetap membiarkan berjalan hingga menit ke-100 dan Bahrain mencetak gol penyeimbang saat injury time kedua bermain sembilan menit.
Protes dari PSSI tentunya tidak akan mengubah hasil pertandingan Bahrain vs Indonesia, meski akan menjadi pelecut bagi AFC untuk meningkatkan kinerja wasit di Asia.
Maka dari itu, insiden wasit di Bahrain vs Indonesia harus segera dilupakan. Tidak akan mengubah hasil jika kita terus menyalahkan wasit atas hasil imbang ini.
[Gambas:Video CNN]
Sebaliknya, Shin Tae Yong harus punya rencana yang lebih matang untuk menghadapi situasi ini, mengingat Indonesia sering kebobolan di menit-menit akhir. Ini yang perlu jadi sorotan, agar tak terulang saat melawan China (15/10).
Ada kalanya sebuah pergantian pemain berjalan efektif, tetapi ada pula masanya tidak efisien. Situasi tidak efisien inilah yang terjadi saat Timnas Indonesia melawan Bahrain.
Dua pergantian terakhir yang dilakukan Shin misalnya, memasukkan Nathan Tjoe-A-On dan Witan Sulaeman, kurang memberi dampak signifikan. Kali ini formula pergantian STY gagal.
Kedua pemain ini membuat pelanggaran krusial di depan garis kotak penalti. Harus diakui situasi ini membuat Bahrain yang mengejar gol penyeimbang seperti dapat angin segar.
Jika formula yang sama dilakukan saat melawan China, hasil akhir imbang atau malah kekalahan, mengintai. Hai Shin Tae Yong, jangan lagi Timnas Indonesia jatuh di lubang yang sama.