Indonesia harus lebih jeli menghadapi situasi unggul skor di lapangan. Tetap bermain menyerang atau bertahan total bisa jadi pilihan untuk mempertahankan keunggulan.
Opsi mengulur-ulur waktu juga lumrah terjadi dalam sepak bola. Semestinya para pemain Indonesia bisa melakukan opsi ini saat unggul 2-1 atas Bahrain, terutama di masa injury time.
Sekilas, para pemain Indonesia memilih untuk menyerang ketika menguasai bola. Namun, sayang para pemain justru lebih sering salah umpan dan membuang-buang peluang secara percuma. Bola liar justru jadi celah bagi Bahrain untuk melancarkan serangan balik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semestinya Indonesia bisa mengulur waktu saat memegang bola. Para pemain dapat memainkan bola berlama-lama dalam situasi bola 'hidup'. Langkah ini juga biasa dilakukan para pemain top dunia demi mempertahankan keunggulan.
Alih-alih memainkan bola lebih lama, Indonesia malah sering melakukan pelanggaran tak perlu. Padahal kini wasit justru menghentikan waktu di masa injury time dalam situasi bola mati.
Berkaca dari hasil imbang lawan Bahrain, para pemain Indonesia mesti lebih tenang menghadapi agresivitas lawan yang sedang mengejar ketinggalan gol. Aksi killing time bisa jadi opsi terbaik untuk mempertahankan keunggulan ketimbang melakukan banyak pelanggaran tak penting.
Tak dimungkiri bahwa pemain Indonesia masih sering melakukan pelanggaran tak perlu dalam kondisi bertahan. Hal ini kerap terjadi di waktu normal maupun injury time.
Celakanya, saat ini wasit berhak mengakumulasi waktu yang terbuang saat terjadi pelanggaran di masa injury time. Itulah yang membuat laga Bahrain vs Indonesia diakhiri di menit ke-99 meski semula waktu tambahan ditetapkan selama enam menit.
Pelanggaran yang dilakukan Witan Sulaeman pada menit ke-89 jadi contoh. Pertandingan tertunda selama dua menit di momen ini. Selain itu, pelaggaran yang dilakukan Marselino pada menit ke-94, memakan waktu hampir semenit.
Artinya, wasit berhak memperpanjang injury time lebih dari enam menit imbas akumulasi waktu yang terbuang akibat pelanggaran-pelanggaran 'receh' para pemain Indonesia.
Pelanggaran tak perlu di masa injury time membuat pertandingan tidak langsung tuntas di menit ke-90+6. Pengalaman ini bisa jadi evaluasi pelatih Shin Tae Yong di masa mendatang.
Panjangnya tambahan waktu di laga Bahrain vs Indonesia masih jadi perdebatan hingga saat ini. Tapi yang terpenting bisa jadi pengalaman berharga jelang lawan China.
Bukan rahasia lagi bahwa konsentrasi skuad Garuda sering buyar di menit-menit akhir. Gol penyeimbang Bahrain di Stadion Riffa jadi bukti terbaru.
Ini kali kedelapan tim Merah Putih kebobolan di 10 menit terakhir pertandingan, babak pertama dan babak kedua, atau yang kelima kemasukan gol di masa injury time dalam 15 pertandingan selama 2024.
Nahasnya juga, gol-gol yang bersarang di gawang Indonesia banyak yang berawal dari bola mati. Artinya antisipasi bola mati tim Merah Putih masih lemah.
Dalam lima laga terakhir, melawan Bahrain, Australia, Arab Saudi, Filipina, dan Irak, gawang Indonesia kebobolan lima kali dan empat di antaranya dari bola mati.
Hadirnya bek-bek level Eropa, seperti Mees Hilgers, Jay Idzes, hingga Eliano Reijnders, belum membuat situasi bola mati bisa diatasi. Kelemahan ini semestinya harus diperbaiki jelang lawan China nanti.
(jun/jun/ptr)