ANALISIS

Marselino Ferdinan, Buah Pembinaan Legit di Tengah Ekspektasi Selangit

Muhammad Ikhwanuddin | CNN Indonesia
Kamis, 21 Nov 2024 07:15 WIB
Marselino Ferdinan mencuat sebagai bintang kemenangan Timnas Indonesia saat menghajar Arab Saudi di babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Kemenangan atas Arab Saudi membuat Timnas Indonesia kembali punya peluang bagus untuk lolos ke Piala Dunia. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)

Usianya masih sangat muda, 20 tahun. Tapi Marselino sudah 'berkelahi' dengan ekspektasi. Tak heran jika dirinya menyebut 'lega' selepas mencetak gol sekaligus jadi penentu kemenangan.

Rasa lega sekaligus jadi jawaban Marselino terhadap kritik yang menyasar padanya. Bagi pesepakbola, tak ada respons lebih baik dibandingkan main bagus di lapangan dan Marselino sudah melakukannya.

Kini tinggal publik butuh mengelola ekspektasi terhadap pemain yang masih perlu mengecap asam garam di berbagai kompetisi. Terlebih dalam berkomentar di dunia maya, tak elok jika pemain muda dirongrong menggendong Timnas Indonesia di pentas tertinggi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Publik perlu melihat Marselino dalam perspektif yang lebih luas. Medan laga yang dipijak Marselino saat ini adalah buah dari tapak demi tapak sejak ditempa di akademi Persebaya Surabaya.

Jurnalis senior dan eks menteri, Dahlan Iskan, mengajak publik merawat ingatan melalui unggahan di Instagramnya, Rabu (20/11). Ia menunjukkan foto Marselino bersama rekan-rekan setimnya di Lembah Karanggayam bersama akademi Persebaya.

Di foto itu, ada pula dua pemain lain yang jadi langganan Timnas Indonesia kiwari, yakni Ernando Ari dan Rizky Ridho. Apa risalah yang bisa diambil dari foto itu? Salah satunya adalah pemain bintang lahir dari pembinaan yang matang.

Marselino Ferdinan mencoba melakukan blok ketika Abdullah Al Kassar melepaskan bola dalam laga Indonesia vs Arab Saudi, Selasa (19/11) malam.Marselino aktif melakukan pressing dan ikut menggalang pertahanan saat Indonesia bertemu Arab Saudi.  (CNNIndonesia.com/Adhi Wicaksono)

Aspek inilah yang perlu lebih diperhatikan oleh PSSI sebagai payung sepak bola Indonesia. Marselino adalah contoh kecil dari hasil didikan ekosistem bal-balan Tanah Air.

Contoh kecil inilah yang perlu diperbesar. Seiring dengan peningkatan kualitas Timnas Indonesia, PSSI perlu membangun fondasi yang lebih kokoh di lingkup nasional. Dalam hal ini kompetisi dalam negeri.

Saat ini hanya Liga 1 yang berdiri tunggal sebagai kasta tertinggi. Kompetisi pendamping seperti Piala Indonesia belum kembali ke permukaan setelah tenggelam lima tahun.

Itu baru bicara level profesional, belum menyebar ke turnamen kelompok umur seperti Elite Pro Academy (EPA), dan kejuaraan junior yang digelar pihak swasta. Lagi-lagi PSSI harus jadi orkestrator simpul-simpul kompetisi agar muara kualitas pemain bisa jelas.

Kembali ke Marselino dan Timnas Indonesia, kemenangan tentu layak dirayakan. Tapi ini adalah kepingan puzzle yang belum lengkap dari lingkup yang lebih luas.

Perjuangan Timnas Indonesia pun masih panjang. Ada empat pertandingan yang mesti dihadapi tim Merah Putih menatap Piala Dunia 2026. Apakah kegemilangan Marselino jadi titik balik kebangkitan Indonesia di fase kualifikasi ini? Waktu yang akan menjawabnya.



(ptr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER