Terlepas dari isu hak asasi manusia, proses terpilihnya Saudi sebagai tuan rumah memang membuka celah perdebatan. Pasalnya, slot penyelenggara Piala Dunia untuk Asia (AFC), kali terakhir diambil oleh Qatar di Piala Dunia 2022.
Terpilihanya Saudi sebagai tuan rumah membuat Piala Dunia dimainkan di kawasan Timur Tengah untuk kali kedua dengan jarak yang terbilang dekat (12 tahun).
FIFA menjelaskan, penetapan Arab Saudi sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034, telah mempertimbangkan siklus rotasi. Harapannya tiap-tiap benua bisa mendapatkan jatah untuk menjadi tuan rumah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Piala Dunia 2026 digelar di Amerika Utara dengan tiga negara sekaligus menjadi tuan rumah yaitu Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Meksiko.
Kemudian edisi 2030 digelar di tiga benua sekaligus, Eropa, Amerika Selatan, dan Afrika dengan konsep yang tak biasa.
Pertandingan Piala Dunia 2030 akan diselenggarakan di Spanyol, Portugal (Eropa) serta Maroko (Afrika). Tak hanya itum partai pembuka sebagai perayaan Piala Dunia 1930 akan digelar di Uruguay, Argentina, dan Paraguay (Amerika Selatan).
Dengan begitu, Piala Dunia 2034 hanya menyisakan 2 benua yang berhak mendapatkan giliran, yaitu Asia dan Oseania.
Arab Saudi menjadi satu-satunya negara yang melakukan lolos penilaian bidding untuk Piala Dunia 2034 pada Oktober 2023 hingga tenggat yang telah ditetapkan.
![]() |
Negara Minyak itu kemudian melenggang tanpa lawan setelah Australia dan Indonesia memutuskan mundur dari proses bidding.
Anggapan bahwa Infantino memiliki kedekatan dengan Saudi pun mencuat. Apalagi sebelumnya mereka juga telah ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia Antarklub FIFA 2023.
Perjuangan Saudi sebagai negara Islam penyelenggara Piala Dunia tak akan mudah. Banyak kritik dan perbedaan cara pandang budaya.
Namun, Saudi bisa meniru Qatar yang sukses mempertahankan nilai-nilai Islam di mata dunia saat menjadi tuan rumah di hajatan sepak bola sejagad.
(jun/rhr)