Jika berpikir pragmatis, Pratama Arhan akan kembali ke dalam negeri. Lingkungan sepak bola Indonesia akan sangat mendukung Arhan berada dalam performa terbaiknya lagi.
Bila itu pilihannya, kemungkinan PSIS Semarang jadi pelabuhannya. Ini mudah saja ditebak, sebab PSIS melepas Arhan ke Jepang pada 2022 dengan status bebas transfer.
Saat ini PSIS juga butuh sosok yang bisa mengatrol performa tim. Laskar Mahesa Jenar, julukan PSIS, saat ini sedang berjuang menjauh dari zona degradasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kehadiran Arhan, sedikit banyak akan membantu PSIS selamat dari degradasi. Status Arhan sebagai pemain Timnas Indonesia, membuatnya tak akan jadi cadangan lagi.
Dengan menjadi pemain inti, sentuhan permainan Arhan akan panas lagi. Setelah setengah musim di Liga 1 misalnya, Arhan bisa kembali pergi mencari tantangan baru.
Banyak pemain Indonesia yang bisa dijadikan contoh untuk perjalanan seperti ini. Bambang Pamungkas misalnya, bersinar di Malaysia setelah berjaya dengan Persija.
Rochy Putiray pun demikian. Ia sempat jadi diaspora di Hong Kong kemudian pulang ke Indonesia dan bisa kembali lagi ke Hong Kong dalam tiga periode berbeda.
![]() |
Ini isyarat bahwa 'pulang kampung' tak menutup mimpi berkarier di kompetisi yang lebih tinggi. Pulang juga bisa menjadi sarana mengisi amunisi dan kepercayaan diri.
Itulah yang dinamakan pragmatis atau lebih halusnya disebut realistis. Asa dan cita tak akan tertutup hanya dengan kembali ke Liga 1, meski peluang ke luar negeri lagi akan berat.
Namun, jika Arhan menolak disudutkan keadaan, ia tetap memilih berkiprah di luar negeri. Hanya mungkin ekspektasinya yang diturunkan, misal kasta kedua Liga Korea.
Meminta menit bermain dalam kontrak kiranya bukan sikap. Sebaliknya yang utama bagi Arhan adalah yakin dan percaya bisa dapat menit main tanpa bantuan siapa-siapa.
(nva)