Saat masih ditangani Luis Milla Aspas, Timnas Indonesia biasa menggunakan formasi 4-3-3. Formasi ini sampai jadi filosofi sepak bola Indonesia (Filanesia).
Begitu Simon McMenemy masuk, gayanya berganti lagi. Formasi 4-4-2 lebih sering digunakan. Dan, saat bersama Shin Tae Yong yang lebih sering dipakai formasi 3-5-2.
Bagaiman dengan Patrick Kluivert? Ada potensi 3-5-2 kembali digunakan. Namun tanda-tandanya lebih mengarah ke perubahan formasi 4-3-3 atau 4-3-2-1 yang biasa dipakai Kluivert.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Formasi tiga bek memang lebih identik dengan gaya bertahan dan empat bek cocok untuk mode menyerang. Kluivert sebagai mantan seorang striker lebih suka main menyerang.
Pertanyaannya, apakah Indonesia layak main menyerang saat tampil melawan tim kuat seperti Australia? Formasi pohon natal yang dipopulerkan Carlos Ancelotti bisa jadi opsi.
Formasi ini tak hanya agresif saat menyerang, tetapi juga stabil dalam bertahan. Kunci sukses skema ini adalah transisi dari menyerang ke bertahan yang lugas dan sebaliknya.
Sejauh ini, tim Garuda agak kepayahan dalam antisipasi serangan balik dan bola mati. Kedua hal ini kiranya bisa menjadi perhatian Kluivert sebelum laga melawan Australia.
Untuk itu dibutuhkan pula pemain bek sayap yang kuat dan cepat dari menyerang ke bertahan dan sebaliknya. Kualitas individu pertahanan juga sangat dibutuhkan.
Jika mengacu hal-hal ini, ada potensi Eliano Reijnders jadi pilihan. Postur yang ramping membuat Eliano cukup gesit dalam membantu serangan. Hanya umpan silangnya belum jitu.
Melawan pemain-pemain Australia yang tinggi besar dan kuat dalam hal fisik, ketahanan bek sayap akan diuji. Bila laga sebelumnya jadi acuan, Sandy Walsh bakal menjadi pilihan.
Kendati demikian tak ada yang pasti hingga Kluivert debut bersama Timnas Indonesia. Gaya bermain, termasuk konsep bertahan dan menyerang, akan tergambar saat jumpa Australia.